Rumah Sehat Persyaratan Rumah Sehat 1. Luas Bangunan Rumah Kepadatan Hunian Ruang Tidur

2.8.1. Rumah Sehat

Menurut Organisasi Kesehatan Sedunia WHO yang dikutip oleh Masyuda 2003 mendefenisikan rumah sebagai tempat untuk tumbuh dan berkembang, baik secara jasmani, rohani dan sosial. Artinya dalam rumah diperlukan segala fasilitas untuk bertumbuh dan berkembang. Fasilitas tersebut harus ada di dekat rumah seperti sekolah, toko, pasar, tempat kerja, fasilitas air bersih, sanitasi dan lain- lain. Rumah yang sehat menurut Winslow dan American Public Health Asosiation APHA yang dikutip oleh Masyuda 2003 harus memenuh persyaratan antara lain: 1. Memenuhi Kebutuhan Fisiologis Kebutuhan ini meliputi pencahayaan, ventilasi, jauh dari kegaduhan dan cukupnya tempat bermain anak. 2. Memenuhi Kebutuhan Psikologis Kebutuhan psikologis meliputi cukup aman dan nyaman bagi masing-masing penghuni kamar tidur, ada ruang makan sekaligus untuk ruang duduk kamar tamu, lokasinya disekitar tetangga yang mempunyai tingkat ekonomi yang relatif sama, cara pengaturannya harus memenuhi rasa keindahan estetika tersedia WC dan kamar mandi dan adanya jaminan kebebasan yang cukup bagi setiap anggota keluarga. 3. Mencegah Penularan Penyakit Persyaratan ini meliputi persediaan air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan, bebas dari serangga dan tikus, pembuangan sampah yang saniter, pembuangan air limbah yang memenuhi syarat kesehatan dan harus cukup luasnya. 4. Mencegah Terjadinya Kecelakaan Universitas Sumatera Utara Persyaratan agar dapat mencegah terjadinya kecelakaan meliputi konstruksi lemah dan material yang digunakan harus cukup kuat berkualitas baik, diusahakan agar tidak mudah terbakar, pada bangunan bertingkat perlu dibuat tangga darurat yang terletak diluar bangunan, perlu adanya alat pemadam kebakaran dan dapat dihindari timbulnya kecelakaan lalu lintas. 2.8.2. Persyaratan Rumah Sehat 2.8.2.1. Luas Bangunan Rumah Kepadatan Hunian Ruang Tidur Rumah yang sehat harus memenuhi persyaratan psikologis meliputi privacy kebebasan, security keamanan, safety perlindungan, comfirt kesenangan dan rileks ketenangan. Disamping itu juga harus memenuhi persyaratan fisik yang meliputu konstriksi yang baik dan memenuhi syarat kesehatan dan sanitasi yang baik Reksosoebroto, 1978. Menurut Regional Houseing Center, suatu bangunan harus memenuhi ukuran luas yang layak dengan perhitungan untuk setiap keluarga yang terdiri dari 5 anggota keluarga rata-rata. Setidak-tidaknya harus ada batas-batas minimal dapat dianggap rumah tersebut tidak lagi memenuhi persyaratan-persyaratan Reksosubroto,1978. Di berbagai negara persyaratan luas ruangan, perumahan biasanya ditentukan berdasarkan banyaknya penghuni. Over crowding kepenuhsesakan dapat menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan fisik, mental maupun moral. Luas bangunan yang optimum menurut Notoatmodjo 2003 adalah apabila menyediakan 2,5 – 3 m 2 untuk tiap orang atau tiap anggota keluarga. Menurut Lubis 1985 over crowding suatu perumahan apabila kondisi rumah terhadap jumlah penghuni sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara a. Dua individu dari jenis kelamin yang berbeda dan usia diatas 10 tahun yang bukan suami istri, tidur dalam satu kamar. b. Jumlah penghuni dibandingkan dengan luas lantai melebihi ketentuan yang ditetapkan. Di Indonesia ketentuan mengenai kepadatan hunian ruang tidur di tetapkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 829 Menkes SK VII 1999, yaitu luas ruang tidur minimal 8 meter 2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah umur 5 tahun. Dan ukuran kamar tidur yang ideal minimal 9 meter 2 untuk orang dewasa dan anak – anak diatas 5 tahun, sedangkan untuk anak balita ukuran minimal 4,5 m 2 dan tidak dianjurkan digunakan untuk lebih dari 2 orang dalam satu ruang tidur.

2.8.2.2. Ventilasi

Suatu ruangan yang terlalu padat penghuninya dapat memberikan dampak yang buruk terhadap kesehatan penghuni rumah tersebut, untuk itu pengaturan sirkulasi udara sangat diperlukan. Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10 dari luas lantai Kepmenkes, 2002. Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tetap segar. Sehingga keseimbangan O 2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O 2 di dalam rumah yang berarti kadar CO 2 yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat. Di samping itu tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit. Kelembaban ini merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri patogen bakteri- Universitas Sumatera Utara bakteri penyebab penyakit. Fungsi kedua dari ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena selalu terjadi aliran udara yang terus menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir Notoatmodjo, 2003. Ada 2 macam ventilasi, yakni : 1. Ventilasi alamiah, di mana aliran udara di dalam ruangan terjadi secara alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin, lubang-lubang pada dinding dan sebagainya. 2. Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan udara tersebut, misalnya kipas angin, dan mesin penghisap udara Notoatmodjo, 2003.

2.8.2.3. Lantai

Perkembangbiakan mikroorganisme pada ruangan rumah juga dipengaruhi oleh kondisi lantai yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Lantai rumah biasanya hanya berupa tanah atau batu – batu yang langsung diletakkan di atas tanah, sehingga kelembabannya sangat tinggi. Umumnya masyarakat Indonesia terutama yang tinggal di daerah pedesaan belum memperhatikan kondisi perumahan khususnya kondisi lantai yang biasanya hanya berupa tanah saja. Lantai dari tanah atau batu bata biasanya langsung diletakkan di atas tanah sehingga menjadi lembab. Oleh karena itu perlu suatu lapisan kedap yang air, seperti semen, susunan tegel, dan lain-lain. Lantai yang tidak memenuhi syarat dapat mengundang berbagai serangga dan tikus untuk bersarang, demikian juga kotoran yang melekat padanya Notoatmojo, 2003. Universitas Sumatera Utara

2.8.2.4. Cahaya

Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam ruangan rumah, terutama cahaya matahari di samping kurang nyaman, juga merupakan media tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya di dalam rumah akan menyebabkan silau, dan akhirnya dapat merusak mata. Karena itu pencahayaan ruangan minimal intensitasnya 60 lux. Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yakni Notoatmodjo, 2003 : 1. Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya ini sangat penting, karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya jendela luasnya sekurang-kurangnya 10 sampai 20 dari luas lantai yang terdapat di dalam ruangan rumah. Perlu diperhatikan di dalam membuat jendela diusahakan agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan, tidak terhalang oleh bangunan lain. Di samping sebagai ventilasi, jendela juga berfungsi sebagai jalan masuk cahaya. 2. Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik, api dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara

2.8. Kerangka Konsep

Dokumen yang terkait

Nandong (Studi Etnogarfi tentang Kesenian Nandong di Simeulue Timur, Kabupaten Simeulue, Propinsi Nanggroe Darusslam)

7 114 136

Identifikasi Strategi Pemberdayaan Bidang Ekonomi Pada Ibu Rumah Tangga Desa Suka Makmur oleh Pemerintah Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Tahun 2006

0 35 102

Beberapa Aspek Lingkungan Yang Berhubungan Dengan Angka Kejadian Malaria Di Desa Suka Jaya,Sukakarya,Suka Makmur Dan Air Dingin,Kecamatan Simeulue Timur, Kabupaten Simeulue,Provinsi Naggroe Aceh Darussalam Tahun 2003

0 20 222

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN LINGKUNGAN SEKITAR RUMAH DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA KETOSARI KECAMATAN BENER KABUPATEN PURWOREJO.

0 1 111

Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Dukungan Suami Dengan Kesiapan Wanita Dalam Menghadapi Masa Menopause Di Desa Sinabang Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue

0 0 18

Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Dukungan Suami Dengan Kesiapan Wanita Dalam Menghadapi Masa Menopause Di Desa Sinabang Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue

0 0 2

Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Dukungan Suami Dengan Kesiapan Wanita Dalam Menghadapi Masa Menopause Di Desa Sinabang Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue

0 0 10

Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Dukungan Suami Dengan Kesiapan Wanita Dalam Menghadapi Masa Menopause Di Desa Sinabang Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue

0 0 34

Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Dukungan Suami Dengan Kesiapan Wanita Dalam Menghadapi Masa Menopause Di Desa Sinabang Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue

0 0 4

PEMBENTUKAN KABUPATEN SIMEULUE DI WILAYAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

0 0 15