Stadium Tropozoit Stadium Sizon Manifestasi Klinis

siklus ini yaitu dengan mengusahakan umur nyamuk harus lebih singkat dari masa inkubasi ekstrinsik sehingga siklus sprogami tidak dapat berlangsung dengan demikian rantai penularan akan terputus. Depkes RI, 2005

3. Morfologi Parasit Malaria

Parasit malaria tergolong Protozoa Genus plasmodium, Familia plasmodiae dari Ordo coccidiidae yang terdiri dari 3 tiga stadium yaitu:

a. Stadium Tropozoit

Merupakan stadium terpanjang dalam siklus kehidupan parasit. Sebab itu hampir pada semua Staduim SD positif dapat ditemukan stadium ini. Memeriksa SD malaria berarti mencari tropozoit pada SD tersebut. Morfologi cirri-ciri khas inti: a Parasit vivaxparasit malariae, bentuk besar, sifat dan warna merah bervariasi. Semakin tua tropozoid kekompakan intinya berkurang. b Parasit falciparum, bentuk intinya bulat, besar seperti titik haluskasar, bersifat kompak atau padat sehingga warna menjadi kontras dan jelas.

b. Stadium Sizon

Beberapa pedoman yang perlu diketahui mengenai sizon adalah : a Dalam satu siklus kehidupan parasit, sizon jam terjadinya sporulasi singkat sekali. b Bentuk sizon baru dapat ditemukan pada SD bila pengambilan darah dilakukan dekat pada jam sebelum atau sesudah sporulasi mengigil. Keadaan klinis berat pada saat sporulasi menyebabkan penderita tidak mampu pergi ke unit Universitas Sumatera Utara kesehatan, tidak dapat dibuat SD-nya. Sebab itu jarang ditemukan SD positif yang mengandung sizon. c Tidak pernah ditemukan sizon Parasit falciparum SD yang berasal dari darah organ, kadang-kadang sizon Parasit falciparum dapat ditemukan. d Bila pada pemeriksaan SD lebih dahulu ditemukan bentuk sizon harus dicari bentuk ring, Tropozoit amuboit dan gametosit Parasit falciparum pada lapangan berikutnya untuk menentukan speciesnya.

c. Staduim gametosit

Beberapa pedoman yang perlu diketahui mengenai gametosit : a Gametosit ada pada darah tepi paling cepat 1 satu minggu atau paling lambat 10 hari setelah pasien mengalami demam pertama. Adanya gametosit Parasit falciparum pasa SD memberi pengertian pasien terlambat ditemukan. Jadi tidak semua SD positif mengandung gametosit. b Gametosit Parasit vivax dan Parasit falciparum tidak pasti dapat dibedakan demikian juga terhadap tropozoit dewasa pra sizon. c Gametosit Parasit falciparum adalah bentuk pasti untuk menentukan species Falciparum.

2.2.3. Lingkungan Environment 1. Lingkungan Fisik

a. Suhu Udara sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus Sprogami atau masa inkubasi Ektrinsik. Masa inkubasi Ekstrinsik adalah mulai saat masuknya gametosit ke dalam tubuh nyamuk sampai terjadinya stadium sporogami dalam nyamuk yaitu Universitas Sumatera Utara terbentuknya sporozoid yang kemudian masuk kedalam kelenjar liur. Makin tinggi suhu maka makin pendek masa inkubasi Ekstrinsik. Pengaruh suhu berbeda dari setiap species pada suhu 26,7 o C masa inkubasi Ekstrinsik untuk setiap species sebagai berikut: 1. Parasit falciparum : 10 – 12 hari 2. Parasit vivax : 8 – 11 hari 3. Parasit malariae : 14 hari 4. Parasit ovale : 15 hari Masa inkubasi Intrinsik adalah waktu mulai masuknya Sprozoid darah sampai timbulnya gejala klinisdemam atau sampai pecahnya sizon darah dalam tubuh penderita. Masa inkubasi Intrinsik berbeda tiap species : 1. Plasmodium falciparum : 10 – 14 hari 12 2. Plasmodium vivax : 12 – 17 hari 13 3. Plasmodium malariae : 18 – 40 hari 28 4. Plasmodium ovale : 16 – 18 hari 7 b. Kelembaban udara Kelembaban udara yang rendah, mempengaruhi umur nyamuk, tingkat kelembaban 63 misalnya merupakan angka paling rendah untuk memungkinkan adanya penularan. c. Hujan Terdapat hubungan langsung antara hujan dan perkembangan larva nyamuk menjadi dewasa. Hujan diselingi oleh panas akan memperbesar kemungkinan berkembangnya Anopheles spp. Bila curah hujan yang normal pada sewaktu-waktu maka Universitas Sumatera Utara permukaan air akan meningkat sehingga tidak menguntungkan bagi malaria. Curah hujan yang tinggi akan merubah aliran air pada sungai atau saluran air sehingga larva dan kepompong akan terbawa oleh air Chwaat-Bruce. L.J, 1985 d. Angin Jarak terbang nyamuk dapat dipengaruhi oleh kecepatan angin artinya jarak jangkau nyamuk dapat diperpanjang atau di perpendek tergantung kepada arah angin. e. Sinar Matahari Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda. An.sundaicus. Lebih menyukai tempat yang teduh dan An.barbirostris dapat hidup di tempat yang teduh maupun tempat yang terang. An.macculatus lebih suka hidup di tempat yang terlindung sinar matahari tidak langsung. f. Arus air Masing-masing nyamuk menyukai tempat perindukan yang aliran airnya berbeda. An.barbirostris menyukai tempat perindukan yang airnya statis atau sedikit mengalir. An.minimus menyukai tempat perindukan yang airnya cukup deras dan An. Letifer di tempat air yang tergenang Depkes RI, 2006

2. Lingkungan Kimia

Beberapa species nyamuk dapat juga memanfaatkan oksigen yang terlarut Dissolved oxygen melalui pernafasan kulit. Dari lingkungan kimia yang baru diketahui pengaruhnya adalah kadar garam dari tempat perindukan, seperti An.sundaicus tumbuh optimal pada air payau yang kadar garamnya berkisar 12-18 dan tidak dapat berkembang biak pada garam lebih dari 40. Untuk mengatur derajat keasaman air yang Universitas Sumatera Utara disenangi pada tempat perkembangbiakan nyamuk perlu dilakukan pengukuran pH air, karena An.Letifer dapat hidup ditempat yang asam atau pH rendah Depkes RI, 2006

3. Lingkungan Biologi

Jenis tumbuhan air yang ada seperti bakau Mangroves, ganggang dan berbagai jenis tumbuhan lain yang dapat mempengaruhi kehidupan larva nyamuk, karena ia dapat menghalangi sinar matahari yang masuk atau menghalangi dari serangan mahkluk hidup lain. Beberapa jenis tanaman air merupakan indicator bagi jenis-jenis nyamuk tertentu. Tanaman air bukan saja menggambarkan sifat fisik, tetapi juga menggambarkan susunan kimia dan suhu air misalnya pada lagun banyak ditemui lumut perut ayam Heteromorpha dan lumut sutera Enteromorpha kemungkinan di lagun tersebut ada larva An. Sundaicus. Adanya berbagai jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah Plocheilus panchax Panchax spp, Gambusi sp, Oreochromis niloticus nila merah, Oreochromis mossambica mujair, akan mempengaruhi populasi nyamuk disuatu daerah. Selain itu adanya ternak besar seperti sapid dan kerbau dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia, apabila kandang hewan tersebut diletakkan diluar rumah, tetapi tidak jauh dari rumah atau cattle barrier Rao, T.R, 1984.

4. Lingkungan Sosial Budaya

Faktor ini kadang- kadang besar sekali pengaruhnya dibandingkan dengan faktor lingkungan yang lain. Kebiasaan untuk berada diluar rumah sampai larut malam, di mana vector lebih bersifat eksofilik dan eksofagik akan memperbesar jumlah gigitan nyamuk. Penggunaan kelambu, kawat kasa pada rumah dan penggunaan zat penolak nyamuk yang Universitas Sumatera Utara intensitasnya berbeda sesuai dengan perbedaan status social masyarakat akan mempengaruhi angka kesakitan malaria Iskandar,1985.

2.3. Manifestasi Klinis

Malaria sebagai penyebab infeksi yang disebabkan oleh Plasmodium mempunyai gejala utama yaitu demam. Demam yang terjadi diduga berhubungan dengan proses skizogoni pecahnya merozoit atau skizon, pengaruh GPI Glycosyl Phosphatidylinositol atau terbentuknya sitokin atau toksin lainnya. Pada beberapa penderita, demam tidak terjadi misalnya pada daerah hiperendemik banyak orang dengan parasitemia tanpa gejala. Gambaran karakteristik dari malaria ialah demam periodic, anemia dan splenomegali. Mansyor A dkk, 2001 Manifestasi umum malaria adalah sebagai berikut: 1. Masa inkubasi Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies parasit terpendek untuk P. falciparum dan terpanjanga untuk P. malariae, beratnya infeksi dan pada pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes. Selain itu juga cara infeksi yang mungkin disebabkan gigitan nyamuk atau secara induksi misalnya transfuse darah yang mengandung stadium aseksual. Harijanto P.N, 2000 2. Keluhan-keluhan prodromal Keluhan-keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam, berupa: malaise, lesu, sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada tulang dan otot, anoreksia, perut tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di punggung. Keluhan prodromal sering terjadi pada P. vivax dan P. ovale, sedangkan P. falciparum dan P. malariae keluhan prodromal tidak jelas. Harijanto P.N, 2000 Universitas Sumatera Utara 3. Gejala-gejala umum Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria Malaria proxym secara berurutan: a. Periode dingin Dimulai dengan menggigil, kulit dingin, dan kering, penderita sering membungkus dirinya dengan selimut atau sarung pada saat menggigil, sering seluruh badan gemetar, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperature. Mansyor A dkk, 2001 b. Periode panas Wajah penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tubuh tetap tinggi, dapat sampai 40 o C atau lebih, penderita membuka selimutnya, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah- muntah dan dapat terjadi syok. Periode ini berlangsung lebih lama dari fase dingin dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat. Harijanto P.N, 2006 c. Periode berkeringat Penderita berkeringan mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, penderita merasa capek dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan biasa. Harijanto P.N, 2006 Anemia merupakan gejala yang sering ditemui pada infeksi malaria, dan lebih sering ditemukan pada daerah endemik. Kelainan pada limpa akan terjadi setelah 3 hari dari serangan akut dimana limpa akan membengkak, nyeri dan hiperemis. Harijanto P.N, 2006 Universitas Sumatera Utara Hampir semua kematian akibat malaria disebabkan oleh P. falciparum. Pada infeksi P. falciparum dapat menimbulkan malaria berat dengan komplikasi umumnya digolongkan sebagai malaria berat yang menurut WHO didefinisikan sebagai infeksi P. falciparum stadium aseksual dengan satu atau lebih komplikasi sebagai berikut Harijanto P.N, 2000: 1. Malaria serebral, derajat kesadaran berdasarkan GCS kurang dari 11. 2. Anemia berat Hb5 gr atau hematokrit 15 pada keadaan hitung parasit 10.000µl. 3. Gagal ginjal akut urin kurang dari 400ml24jam pada orang dewasa atau 12 mlkgBB pada anak-anak setelah dilakukan rehidrasi, diserta kelainan kreatinin 3mg. 4. Edema paru. 5. Hipoglikemia: gula darah 40 mg. 6. Gagal sirkulasisyok: tekanan sistolik 70 mmHg disertai keringat dingin atau perbedaan temperature kulit-mukosa 1 o C. 7. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, saluran cerna dan atau disertai kelainan laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler. 8. Kejang berulang lebih dari 2 kali24jam setelah pendinginan pada hipertermis. 9. Asidosis plasma bikarbonat 15mmolL. 10. Makroskopik hemaglobinuri oleh karena infeksi malaria akut bukan karena obat antimalaria pada kekurangan Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase. 11. Diagnosa post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada pembuluh kapiler jaringan otak. Universitas Sumatera Utara

2.4. Diagnosis

Dokumen yang terkait

Nandong (Studi Etnogarfi tentang Kesenian Nandong di Simeulue Timur, Kabupaten Simeulue, Propinsi Nanggroe Darusslam)

7 114 136

Identifikasi Strategi Pemberdayaan Bidang Ekonomi Pada Ibu Rumah Tangga Desa Suka Makmur oleh Pemerintah Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Tahun 2006

0 35 102

Beberapa Aspek Lingkungan Yang Berhubungan Dengan Angka Kejadian Malaria Di Desa Suka Jaya,Sukakarya,Suka Makmur Dan Air Dingin,Kecamatan Simeulue Timur, Kabupaten Simeulue,Provinsi Naggroe Aceh Darussalam Tahun 2003

0 20 222

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN LINGKUNGAN SEKITAR RUMAH DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA KETOSARI KECAMATAN BENER KABUPATEN PURWOREJO.

0 1 111

Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Dukungan Suami Dengan Kesiapan Wanita Dalam Menghadapi Masa Menopause Di Desa Sinabang Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue

0 0 18

Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Dukungan Suami Dengan Kesiapan Wanita Dalam Menghadapi Masa Menopause Di Desa Sinabang Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue

0 0 2

Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Dukungan Suami Dengan Kesiapan Wanita Dalam Menghadapi Masa Menopause Di Desa Sinabang Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue

0 0 10

Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Dukungan Suami Dengan Kesiapan Wanita Dalam Menghadapi Masa Menopause Di Desa Sinabang Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue

0 0 34

Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Dukungan Suami Dengan Kesiapan Wanita Dalam Menghadapi Masa Menopause Di Desa Sinabang Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue

0 0 4

PEMBENTUKAN KABUPATEN SIMEULUE DI WILAYAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

0 0 15