Hal ini di dukung dengan penelitian Aprilia Ayu Pamela 2009 yang menyatakan bahwa ada hubungan yang siginifikan antara pemakaian kawat kasa nyamuk dengan
kejadian malaria. Keadaan ini juga sesuai dengan penelitian Ikrayama Babba 2008 yang menunjukkan bahwa ventilasi rumah responden yang tidak memakai kawat kasa memiliki
resiko untuk terkena penyakit malaria dari pada rumah responden yang memakai kawat kasa nyamuk pada ventilasi rumahnya.
5.2.2. Pencahayaan
Hasil observasi dan analisa data menunjukkan bahwa rumah responden yang memiliki pencahayaan yang kurang terang adalah sebesar 79. Pencahayaan yang
kurang membuat rumah menjadi lembab sehingga dinding rumah menjadi basah, tempat inilah yang disukai nyamuk untuk beristirahat.
Kurangnya pencahayaan atau sinar matahari di dalam rumah menyebabkan rumah menjadi teduh dan lembab dan keadaan ini merupakan tempat istirahat yang di senangi
nyamuk Anopheles spp, sehingga jumlah nyamuk disekitar rumah rumah bertambah dan menyebabkan keluarga yang tinggal di rumah yang kurang pencahayaan mempunyai
risiko untuk terjadi penularan penyakit malaria Lestari dkk, 2007.
5.2.3. Kelembaban
Hasil observasi dan analisa data menunjukkan rumah responden yang lembab adalah sebesar 94. Rumah yang lembab memungkinkan nyamuk untuk beristirahat di
dalam rumah. Karena rumah yang lembab merupakan tempat yang sangat disenangi oleh nyamuk untuk beristirahat.
Mardihusodo menyatakan bahwa kelembaban udara menentukan rentang umur nyamuk kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk dan memperkecil
Universitas Sumatera Utara
kesempatan parasit malaria untuk menyelesaikan masa inkubasi ekstrinsiknya, kelembaban juga mempengaruhi kecepatan berkembang biak, kebisaan mengigit dan
istirahat. Pada kelembabab yang lebih tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih sering
mengigit sehingga meninggkatkan penularan malaria Harijanto, 2000. Dengan demikian bahwa kelembaban akan mempengaruhi aktivitas nyamuk sehingga berpengaruh terhadap
angka kejadian malaria.
5.2.4. Langit-langitPlafon Rumah
Hasil observasi dan analisa data menunjukkan bahwa rumah responden yang tidak memiliki langit-langitplafon rumah adalah sebesar 92 dan keberadaan langit-langit tau
plafon pada ruangan adalah sebesar 62,5 diseluruh ruangan. Rumah yang tidak terdapat langit-langit atau ada celah antara dinding bagian atas
dengan atap akan memudahkan nyamuk untuk masuk ke dalam rumah. Dengan demikian kondisi langit-langit dapat mempengaruhi terjadinya malaria. Hal ini sesuai dengan
penelitian Harmendo 2009 yang menyatakan bahwa ada hubungan antara keberadaan langit-langitplafon rumah dengan kejadian malaria.
5.2.5. Kerapatan Dinding