Penegakan Peraturan Keimigrasian Dalam Mencegah Masuknya Imigran Illegal Ke Indonesia

(1)

PENEGAKAN PERATURAN KEIMIGRASIAN DALAM

MENCEGAH MASUKNYA IMIGRAN ILLEGAL KE INDONESIA

TESIS

Oleh

DARMAN 087005040/HK

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PENEGAKAN PERATURAN KEIMIGRASIAN DALAM

MENCEGAH MASUKNYA IMIGRAN ILLEGAL KE INDONESIA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Humaniora dalam Program Studi Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

DARMAN 087005040/HK

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Tesis : PENEGAKAN PERATURAN KEIMIGRASIAN DALAM MENCEGAH MASUKNYA IMIGRAN

ILLEGAL KE INDONESIA

Nama Mahasiswa : Darman Nomor Pokok : 087005040 Program Studi : Ilmu Hukum

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH) Ketua

(Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH) (Prof. Dr. Sunarmi, SH, M.Hum) Anggota Anggota

Ketua Program Studi Dekan Fakultas Hukum


(4)

Tanggal lulus : 02 September 2010 elah diuji pada

ANITIA PENGUJI TESIS

etua : Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH Anggota : 1. Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH

2. Prof. Dr. Sunarmi, SH, M.Hum 3. Dr. Pendastaren Tarigan, SH, MS T

Tanggal 02 September 2010

P


(5)

4. Dr. Agusmidah,

n UU N

i penelitian doctrinal (doctrinal

resear

aktu dan administrasi juga sebagai alat kepentingan negara dalam mengambil tindakan

rhadap orang asing dalam rangka kegiatan intelijen dan keamanan negara.

ata Kunci : Penegakan Peraturan Keimigrasian, Mencegah Imigran Ilegal

SH, M.Hum ABSTRAK

Penegakan peraturan keimigrasian dalam mencegah masuknya imigran ilegal ke Indonesia merupakan sebuah keharusan, sehingga imigran-imigran yang ada dapat diawasi dengan baik dan benar sesuai prosedur yang berlaku. Penegakan sanksi terhadap penyalahgunaan izin masuk sebagai imigran yang sering terjadi selama ini belum mendapat penanganan yang serius, dan sejauh mana keberhasilan dari penegakan hukum keimigrasian ini dapat diterapkan di Indonesia sesuai dengan peraturan yang berlaku. Adapun yang akan menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah syarat-syarat dan prosedur mendapatkan izin masuk sebagai imigran di Indonesia, Bagaimanakah penyalahgunaan izin masuk sebagai imigran dan akibat hukumnya berdasarka

o. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian dan Bagaimanakah penegakan peraturan keimigrasian dalam mencegah masuknya imigran ilegal ke Indonesia

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Metode penelitian normatif disebut juga sebaga

ch) yaitu suatu penelitian yang menganalisis hukum yang tertulis

didalam buku (law as it is written in the book)

Syarat-syarat dan prosedur mendapatkan izin masuk sebagai imigran di Indonesia pada saat kedatangan di Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) pelabuhan di Indonesia dilakukan dengan cara : Memeriksa surat perjalanan / paspor yang bersangkutan dengan mencocokkan data / identitas yang terdapat pada dokumen yang dimilikinya. Memeriksa pengisian kartu E/D card dan mencocokkan dengan data yang ada pada paspor yang bersangkutan. Memeriksa daftar pencegahan / penangkalan. Memeriksa visa bagi yang menggunakan visa. Memeriksa Return Ticket. Jika masuk dalam daftar penangkalan maka yang bersangkutan ditolak masuk dan di deportasi Penegakan Peraturan keimigrasian perlu mendapat perhatian yang serius dari berbagai pihak yang terkait, dapat mengurangi jumlah imigran gelap yang masuk ke Indonesia, revisi Undang-undang keimigrasian merupakan salah satu cara untuk mengoptimalkan penegakan peraturan keimigrasian di Indonesia. Bahwa tindakan keimigrasian terbukti lebih efektif dan efisien dalam segi biaya, w

te


(6)

ABSTRACT

Enforcement of immigration laws in preventing the entry of illegal immigrants to Indonesia is a requirement, so that there are immigrants who can be properly supervised in accordance with applicable procedures. Enforcement of sanctions against misuse of entry permits as immigrants that often occur during the handling of this has not got serious, and how far the success of the enforcement of immigration laws can be applied in Indonesia is in accordance with the regulations berlaku.Adapun will be problems in this research is How to pre- requirements and procedures for admission as an immigrant to get in Indonesia, How abuse of admission as an immigrant and the legal consequences under the Law. 9 Year 1992 on Immigration and How immigration enforcement in preventing the entry of illegal immigrants to Indonesia.

The method used in this research is normative legal. Normative research methods are also called doctrinal studies (doctrinal research) is a study that analyzed the law written in the books (law as it is written in the book).

The terms and procedures to get admission as an immigrant in Indonesia at the time of arrival at the Immigration Check Point Place (TPI) ports in Indonesia is conducted by: Checking the travel documents / passports are concerned with matching the data / identity contained in the document has. Checking the card charging the E / D card and match with existing data on the relevant passport. Checking the list of prevention / penangkalan. Checking for visas for the use of a visa. Checking the Return Ticket. If the entry in the list concerned penangkalan then refused entry and deported on immigration enforcement rules need serious attention from various interested parties, can reduce the number of illegal immigrants entering Indonesia, the revision of immigration laws is one way to optimize the regulatory enforcement Immigration Indoenesia. That proved to be more effective immigration

measures would prove more effective and efficient in terms of cos , t time and

ministration as well as a means of state interests in taking action against ad

fo

reigners in the framework of state security and intelligence activities.


(7)

h-Nya sehingga Tesis ini dapat diselesaik

ogram Studi Ilmu Hukum, Sekolah Pascasarjana Univesitas Sumate

an Keimigrasian dalam M

, dan mendorong semangat penulis untuk menyelesaikan penulisan

erima kasih kepada

am Magister Ilmu Hukum Sekolah

s pikir merupakan hal yang sangat substansi sehingga Tesis ini selesai di tulis.

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan YME atas segala karunia-Nya, rahmat dan hidaya

an dengan baik dan tepat pada waktunya.

Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi syarat untuk mencapai gelar Magister Hukum pada Pr

ra Utara, Medan.

Adapun judul Tesis ini adalah: “Penegakan Peratur

encegah Masuknya Imigran Ilegal ke Indonesia”

Di dalam menyelesaikan Tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan baik berupa pengajaran, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu Penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat para pembimbing : Prof. Dr. H. Bismar Nasution, SH, MH, Prof. Dr. Suhaidi, SH, MS, dan Prof. Dr. Sunarmi, SH,M.Hum. Dimana di tengah-tengah kesibukannya masih tetap meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, petunjuk

Tesis ini.

Perkenankanlah juga, penulis menyampaikan ucapan t semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian studi ini, kepada :

1. Prof.Dr. Runtung Sitepu, SH.M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum USU atas kesempatan menjadi mahasiswa Progr

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. H. Bismar Nasution, SH, MH, sebagai Ketua Program studi Magister Ilmu Hukum sekaligus sebagai Pembimbing Utama penulis, yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulisan dalam penulisan Tesis ini, serta dorongan dan masukan yang penuli


(8)

3. Prof. Dr. Suhaidi, SH, M.Hum. sebagai Komisi Pembimbing dengan penuh perhatian memberikan dorongan, bimbingan dan saran kepada penulis.

4. Prof. Dr. Sunarmi, SH, M.Hum., sebagai Komisi Pembimbing, dengan penuh perhatian memberikan arahan, bimbingan serta dorongan dalam penulisan Tesis ini.

5. Kedua Orang Tua tercinta yang mendidik dengan penuh rasa kasih sayang, menanamkan budi pekerti yang luhur serta iman kepada Allah SWT.

6. Kepada Istriku tercinta, anakku, Saudara-saudara ku, Kakak dan Adik yang Penulis sayangi, atas kesabaran dan pengertiannya serta memberikan do’a dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan Tesis ini.

7. Kepada Rekan-rekan di Program Magister Ilmu Hukum, dan rekan-rekan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Allah Swt membalas jasa, amal dan budi baik tersebut dengan pahala yang berlipat ganda.

Akhirnya penulis berharap semoga Tesis ini dapat memberi manfaat dan menyampaikan permintaan yang tulus jika seandainya dalam penulisan ini, penulisan Tesis ini terdapat kekurangan dan kekeliruan di sana-sini, penulis juga menerima kritik dan saran yang bertujuan serta bersifat membangun untuk menyempurnakan penulisan Tesis ini.

Medan, Agustus 2010 Penulis,


(9)

RIWAYAT HIDUP

Nama : D a r m a n

Tempat/Tanggal Lahir : Padang, 22 Januari 1965

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : PNS IMIGRASI

Alamat : Jl. Utama Gg. T. Yunan LK. 17 No. 104 Medan

Pendidikan : SD Negeri No. 2 Salido Kec. IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan Sumbar Tamat Tahun 1981

SMP Negeri Salido Kec. IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan Sumbar Tamat Tahun 1984

SMU Negeri Painan Sumbar Tamat Tahun 1987 Strata Satu (S1) Fakultas Hukum Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia (UPMI) Medan Tamat Tahun 2005

Strata Dua (S2) Program Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) Tamat Tahun 2010


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI... vi

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... ... 1

B. Perumusan Masalah ... 19

C. Tujuan Penelitian ... 20

D. Manfaat Penelitian ... 20

E. Keaslian Penulisan ... 21

F. Kerangka Teori dan Konsepsi... 22

G. Metode Penelitian ... 32

BAB II : SYARAT-SYARAT DAN PROSEDUR IZIN MASUK SEBAGAI IMIGRAN DI INDONESIA ... 38

A. Imigran dan Imigran Illegal ……….. 38

B. Syarat –Syarat Dan Prosedur Mendapatkan Izin Masuk Sebagai Imigran Di Indonesia………... 49

C. Ketentuan Keimigrasian Yang Berlaku Di Indonesia……… 55

BAB III : PENYALAHGUNAAN IZIN MASUK SEBAGAI IMIGRAN DAN AKIBAT HUKUMNYA BERDASARKAN UU NO. 9 TAHUN1992 TENTANG KEIMIGRASIAN ………… 60

A. Penyalahgunaan Izin Masuk Sebagai Imigran……… 60


(11)

C. Penanganan Kasus-kasus Imigran Illegal oleh kantor

Imigrasi belawan………... 75

BAB IV : PENEGAKAN PERATURAN KEIMIGRASIAN DALAM MENCEGAH MASUKNYA IMIGRAN ILEGAL KE

INDONESIA ……… 84

A. Peraturan Keimigrasian Dalam Mencegah Masuknya Imigran

Illegal ke Indonesia………...84

B. Penyebab Masuknya Imigran Illegal……….. 106 .

C. Penegakan Peraturan Keimigrasian dalam Mencegah Masuknya Imigran Illegal ke Indonesia ……….. 111

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ……… 119

A. Kesimpulan ……….. 119

B. Saran ……… 120


(12)

ABSTRAK

Penegakan peraturan keimigrasian dalam mencegah masuknya imigran ilegal ke Indonesia merupakan sebuah keharusan, sehingga imigran-imigran yang ada dapat diawasi dengan baik dan benar sesuai prosedur yang berlaku. Penegakan sanksi terhadap penyalahgunaan izin masuk sebagai imigran yang sering terjadi selama ini belum mendapat penanganan yang serius, dan sejauh mana keberhasilan dari penegakan hukum keimigrasian ini dapat diterapkan di Indonesia sesuai dengan peraturan yang berlaku. Adapun yang akan menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah syarat-syarat dan prosedur mendapatkan izin masuk sebagai imigran di Indonesia, Bagaimanakah penyalahgunaan izin masuk sebagai imigran dan akibat hukumnya berdasarkan UU No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian dan Bagaimanakah penegakan peraturan keimigrasian dalam mencegah masuknya imigran ilegal ke Indonesia

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Metode penelitian normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal (doctrinal

research) yaitu suatu penelitian yang menganalisis hukum yang tertulis

didalam buku (law as it is written in the book)

Syarat-syarat dan prosedur mendapatkan izin masuk sebagai imigran di Indonesia pada saat kedatangan di Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) pelabuhan di Indonesia dilakukan dengan cara : Memeriksa surat perjalanan / paspor yang bersangkutan dengan mencocokkan data / identitas yang terdapat pada dokumen yang dimilikinya. Memeriksa pengisian kartu E/D card dan mencocokkan dengan data yang ada pada paspor yang bersangkutan. Memeriksa daftar pencegahan / penangkalan. Memeriksa visa bagi yang menggunakan visa. Memeriksa Return Ticket. Jika masuk dalam daftar penangkalan maka yang bersangkutan ditolak masuk dan di deportasi Penegakan Peraturan keimigrasian perlu mendapat perhatian yang serius dari berbagai pihak yang terkait, dapat mengurangi jumlah imigran gelap yang masuk ke Indonesia, revisi Undang-undang keimigrasian merupakan salah satu cara untuk mengoptimalkan penegakan peraturan keimigrasian di Indonesia. Bahwa tindakan keimigrasian terbukti lebih efektif dan efisien dalam segi biaya, waktu dan administrasi juga sebagai alat kepentingan negara dalam mengambil tindakan terhadap orang asing dalam rangka kegiatan intelijen dan keamanan negara.


(13)

ABSTRACT

Enforcement of immigration laws in preventing the entry of illegal immigrants to Indonesia is a requirement, so that there are immigrants who can be properly supervised in accordance with applicable procedures. Enforcement of sanctions against misuse of entry permits as immigrants that often occur during the handling of this has not got serious, and how far the success of the enforcement of immigration laws can be applied in Indonesia is in accordance with the regulations berlaku.Adapun will be problems in this research is How to pre- requirements and procedures for admission as an immigrant to get in Indonesia, How abuse of admission as an immigrant and the legal consequences under the Law. 9 Year 1992 on Immigration and How immigration enforcement in preventing the entry of illegal immigrants to Indonesia.

The method used in this research is normative legal. Normative research methods are also called doctrinal studies (doctrinal research) is a study that analyzed the law written in the books (law as it is written in the book).

The terms and procedures to get admission as an immigrant in Indonesia at the time of arrival at the Immigration Check Point Place (TPI) ports in Indonesia is conducted by: Checking the travel documents / passports are concerned with matching the data / identity contained in the document has. Checking the card charging the E / D card and match with existing data on the relevant passport. Checking the list of prevention / penangkalan. Checking for visas for the use of a visa. Checking the Return Ticket. If the entry in the list concerned penangkalan then refused entry and deported on immigration enforcement rules need serious attention from various interested parties, can reduce the number of illegal immigrants entering Indonesia, the revision of immigration laws is one way to optimize the regulatory enforcement Immigration Indoenesia. That proved to be more effective immigration measures would prove more effective and efficient in terms of cost, time and administration as well as a means of state interests in taking action against foreigners in the framework of state security and intelligence activities.


(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Patrick Manning dalam bukunya Migration in World History (2005) menyatakan bahwa migrasi yang dilakukan oleh manusia–homo sapiens–telah terjadi sejak 40 ribu tahun sebelum Masehi. Dorongan utama dilakukannya migrasi pada masa itu secara umum berasal dari naluri alamiah umat manusia untuk mencari tempat tinggal atau daerah bermukim yang dapat memberikan keamanan dan kenyamanan. Sejarah mencatat, bangsa Canaan (yang sekarang disebut bangsa Palestina) pernah melakukan migrasi dari Asia menuju Eropa, demikian juga yang dilakukan oleh bangsa Romawi di masa kejayaannya dan bangsa-bangsa lainnya.1

Para ahli sejarah dan geografi sepaham dengan pendapat bahwa migrasi manusia selanjutnya disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain faktor ketidaknyamanan kondisi iklim, kurangnya persediaan makanan (ekonomi), perang (konflik senjata dan keamanan), dan faktor sosial yang meliputi tekanan politik, ras, agama, dan ideologi.2 Terkait alasan atau faktor-faktor tersebut, pada periode saat ini–dimana berlaku konsep negara-bangsa yang mengusung prinsip kedaulatan atas suatu wilayah negara, serta berlaku prinsip kewarganegaraan atas diri seseorang– praktik migrasi oleh bangsa atau warganegara tertentu ke wilayah negara lain dapat menjadi permasalahan serius.

1

IOM, Buku Petunjuk Bagi Petugas Dalam Rangka Penanganan Kegiatan Penyelundupan

Manusia dan Tindak Pidana yang Berkaitan dengan Penyelundupan Manusia, (Jakarta : 2009), hal.24 2


(15)

Dalam hal ini banyak negara di dunia umumnya sependapat bahwa migrasi yang dilakukan tidak sesuai dengan peraturan keimigrasian atau migrasi ilegal akan mengakibatkan ancaman terhadap kedaulatan, keamanan, kehidupan sosial dan ekonomi, bahkan juga ancaman terhadap ideologi suatu bangsa. Belum lagi migrasi ilegal bisa dihentikan, telah timbul varian baru yang kini kian mengemuka, yakni penyelundupan manusia (people smuggling), dan perdagangan manusia (human

trafficking).3

Dalam pengertian dan batasan hukum internasional dalam hal ini hukum internasional publik merupakan keseluruhan kaidah dan azas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara (hubungan internasional) yang bukan bersifat perdata4. Pengertian ini untuk membedakan dengan pengertian hukum perdata internasional.

Dari pengertian hukum internasional publik tersebut, maka jika dikajikan dari fungsi dan tujuannya, keimigrasian melaksanakan sebagian fungsi dan tugas hukum internasional publik, termasuk perjanjian bilateral tentang bidang lintas batas. Pengertian imigrasi mempunyai makna di satu sisi merupakan tindakan masuk ke negara lain untuk tinggal menetap5 sedangkan sisi lain dari segi kelembagaan mempunyai fungsi dan tujuan yaitu mengatur orang asing yang masuk ke negeri ini; sisi pertama tersebut menunjuk pada suatu aktivitas (dari kalimat ”Tindakan masuk

3

Ibid

4

Kusumaatmadja Mochtar, Pengantar Hukum Internasional, (Jakarta : Bina Cipta 1976), halaman 4.

5

WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka 1982), halaman 376.


(16)

ke negara lain”) manusia, yaitu aktivitas berupa lalu lintas manusia dari suatu negara ke negara lain. Sisi kedua, menunjukkan tata laksana dari suatu organisasi atau instansi yang mengurus lalu lintas manusia antar negara.

Individu/manusia merupakan obyek dari pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang pelaksanaan keimigrasian, yang tidak dapat dipisahkan dengan kewarganegaraan seseorang. Kewarganegaraan merupakan hubungan yang paling sering dan kadang-kadang merupakan suatu hubungan satu-satunya antara seorang individu dan suatu negara yang menjamin diberikannya hak-hak dan kewajiban-kewajiban itu pada hukum internasional.6

Kewarganegaraan memang tidak dapat dipisahkan bahkan merupakan suatu hubungan hukum yang kesinambungan antara negeri yang berdaulat di satu pihak dan warganya tersebut di pihak lain. Sebagai dasar fundamental kewarganegaraan seseorang adalah keanggotaaannya dalam suatu komunitas politik yang merdeka. Hubungan hukum ini meliputi hak-hak dan kewajiban dan keduanya dipihak warganegara dan di pihak lain.7

Sebagai pelaksana dari hubungan hukum tersebut perlu diimplementasikan dalam suatu organisasi atau instansi yang mengurus lalu lintas manusia antara negara sebagai wujud dari pencerminan kedaulatan hukum dan kedaulatan negara. Secara hukum internasional, aspek kewarganegaraan merupakan hak atas perlindungan

6

Starke J.G., Pengantar Hukum Internasional 2, edisi kesembilan (Jakarta : Penerbit Aksara Pustaka Indonesia cet 1984), hal 23.

7

Annual Digest of Public International Law Cases 1929-1930, Terjemahan J.G. Starke, (Jakarta : Penerbit Aksara Pustaka Indonesia, 1990), hal 23.


(17)

diplomatik di luar negeri dan ini merupakan atribut yang esensial, dimana negara bertanggung jawab untuk melindungi warganya yang merupakan pencerminan aspek korelatif dan kesetiaan dan perlindungan ”Protectio tvahit subjectionem et subjectio

Protectionem”.8

Organisasi yang mempunyai fungsi keimigrasian tersebut diatas, di Indonesia diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi Departemen Kehakiman RI, yang keberadaannya, tugas pokok serta fungsinya diatur berdasarkan Keputusan Presiden RI nomor 44 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Organisasi Departemen jo keputusan Presiden RI nomor 15 tahun 1984 tentang susunan organisasi Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan keputusan Presiden RI nomor 8 tahun 1991 dan Keputusan Menteri Kehakiman RI No. M-PR. 07 04 tahun 1991 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Imigrasi di daerah-daerah seluruh Indonesia.

Sebagaimana diketahui negara Republik Indonesia lahir dari proses sejarah yang panjang, termasuk sejarah perkembangan keimigrasian yang dapat dibedakan dalam dua periode yaitu periode pendudukan/penjajahan dan setelah kemerdekaan. Dalam periode pendudukan/penjajahan, pemerintah penjajahan Hindia Belanda di bidang keimigrasian menerapkan kebijaksanaan ”opendeur politiek” yaitu kebijaksanaan terbuka terhadap masuknya orang asing untuk menetap di Indonesia, tujuan dan kebijaksanaan ini untuk masuknya modal asing dan tenaga asing yang murah.

8


(18)

Dalam rangka menyamakan persepsi mengenai sikap tindak dan keputusan yang akan dilakukan, maka pada tanggal 23-24 Juni 2008 Direktorat Jenderal Imigrasi mengadakan suatu kegiatan Penyuluhan Peraturan Keimigrasian Terpusat (PPKT).

Pembicara dalam kegiatan PPKT berasal dari berbagai unsur kedinasan seperti:9Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) - memaparkan mengenai pengertian Gratifikasi secara luas,Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memaparkan tentang pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, Badan Intelijen Negara (BIN) - memaparkan tentang jaringan komunitas intelijen Indonesia khususnya mengenai subversi asing,Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) - memaparkan tentang analisis jabatan sebagai perangkat realisasi pendapatan berbasis kinerja, Departemen Keuangan - memaparkan tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak Terkait dengan Dasar Pengelolaan, Perencanaan dan Penganggaran PNBP,Departemen Luar Negeri - memaparkan tentang kedudukan dan peran Atase Imigrasi pada Perwakilan RI di Luar Negeri,Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda - memaparkan tentang nasionalisme dan perjuangan membela NKRI pada peranan Keimigrasian, Sekretaris Jenderal Departemen Hukum dan HAM RI - memaparkan tentang penjelasan anggaran belanja Departemen Hukum dan HAM RI dan pelaksanaan tugas Sekretariat Jenderal Departemen Hukum dan HAM RI, Inspektur

9

Dikutip dari www.google.com, Dirjen Imigrasi Penyuluhan Peraturan Keimigrasian Terpusat, 2008, diakses tanggal 20 Februari 2010


(19)

Jenderal Departemen Hukum dan HAM RI - memaparkan tentang Peran pengawasan dalam meningkatkan kinerja aparat keimigrasian, Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) - memaparkan tentang UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik khususnya mengenai pengakuan informasi dan atau dokumen elektronik sebagai alat bukti hukum yang sah, Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) POLRI - membahas tentang Strategi POLRI dalam Penanggulangan Kejahatan Transnasional serta membangun Kapasitas Penyidik, dan Direktur PT Premysis Consulting - memaparkan tentang Prinsip pelayanan yang diterapkan dalam imigrasi, Standar pelayanan yang diambil sebagai pedoman untuk menjalankan pelayanan dan Solusi terpenting dalam menaikan standar pelayanan (ISO 9001).

Melalui kegiatan PPKT tersebut, diharapkan dapat menjadi sarana untuk melakukan evaluasi terhadap segala bentuk kegiatan yang telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi. Hal tersebut senada dengan yang dikatakan oleh Direktur Jenderal Imigrasi-Basyir Ahmad Barmawi dalam sambutan penutupan kegiatan PPKT yang mengatakan bahwa kegiatan PPKT ini diselenggarakan untuk melakukan evaluasi masalah dan kendala yang ada dalam pelaksanaan


(20)

tugas keimigrasian di lapangan. Jika ada keluhan-keluhan dalam melaksanakan tugas, inilah sarananya untuk bisa mendapatkan masukan dari para pakar. 10

Undang-Undang No. 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian mengatur hal-hal sebagai berikut:

1. Hak Setiap Warga Negara Indonesia

Setiap warga negara Indonesia berhak melakukan perjalanan keluar dan masuk wilayah Indonesia. Ketentuan ini dimaksudkan untuk menghormati hak asasi manusia, sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Fungsi dan Pelaksanaan Keimigrasian

Fungsi keimigrasian dilaksanakan oleh Pemerintah dan untuk melaksanakan fungsi tersebut, pemerintah menetapkan kebijakan keimigrasian yang pelaksanaannya dilakukan oleh Pimpinan. Untuk melaksanakan tugas keimigrasian, pada setiap kabupaten, kota, atau kecamatan dapat dibentuk Kantor Imigrasi. Selain Kantor Imigrasi, di ibukota negara, provinsi, kabupaten/kota, dapat dibentuk Rumah Detensi.

Ditentukan pula bahwa pada setiap perwakilan Republik Indonesia di luar negeri atau tempat lain di luar negeri terdapat tugas dan fungsi

10

Basyir Ahmad Barmawi, “Penyuluhan Peraturan Keimigrasian Terpusat sebagai Sarana

Evaluasi Pelaksana”, Dikutip dari www.infoanda.com/wap/id/link.php?l, diakses tanggal 04 Januari


(21)

keimigrasian yang dilaksanakan oleh Pejabat Imigrasi. Untuk menjalin hubungan internasional di bidang keimigrasian, Pimpinan dapat melakukan kerja sama internasional di bidang keimigrasian dengan negara lain atau dengan badan atau organisasi internasional.11

3. Masuk dan Keluar Wilayah Indonesia

Setiap orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia wajib memiliki dokumen perjalanan yang sah dan masih berlaku. Orang asing yang masuk wilayah Indonesia wajib memiliki visa yang sah dan masih berlaku. Petugas Pemeriksa Pendaratan berperan dalam melakukan pemeriksaan dan pengawasan orang yang masuk dan keluar wilayah Indonesia, terutama melalui Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI).

Pengaturan mengenai masuk dan keluarnya orang dari atau ke wilayah Indonesia, meliputi pula pengaturan mengenai kewajiban bagi penanggung jawab alat angkut. Untuk membatasi yuridiksi pemeriksaan, diatur pula mengenai Area Imigrasi yakni suatu area tertentu untuk melakukan pemeriksaan keimigrasian dan merupakan area terbatas yang hanya dapat dilalui oleh penumpang atau awak alat angkut yang akan keluar atau masuk wilayah Indonesia atau pejabat dan petugas yang berwenang.

11

Dikutip dari www.legalitas.org/database/lain/.../ketpemruuimigrasi2007.pdf, Diakses tanggal 04 Januari 2010


(22)

4. Pencegahan dan Penangkalan

Pimpinan berwenang dan bertanggung jawab melakukan pencegahan yang menyangkut bidang keimigrasian.

Demi keamanan dan ketertiban umum, Pimpinan berwenang pula melakukan penangkalan bagi seseorang yang masuk ke wilayah Indonesia. Pejabat yang berwenang dapat meminta kepada Pimpinan untuk melakukan penangkalan. Untuk melakukan penangkalan ini, diatur pula mengenai syarat dikeluarkannya keputusan penangkalan dan perlindungan hukum bagi yang ditangkal, beserta batas waktu penangkalan.12

5. Visa, Izin Masuk, dan Izin Tinggal

Dalam bagian ini diatur mengenai jenis visa dan kepada siapa dapat diberikan dan kepada siapa tidak dapat diberikan. Termasuk pula pengaturan mengenai orang asing yang dapat dibebaskan dari kewajiban memiliki visa. Dalam bagian ini diatur pula mengenai ketentuan izin masuk bagi orang asing yang telah memenuhi persyaratan untuk masuk wilayah Indonesia. Bagi orang asing yang berada di wilayah Indonesia, diwajibkan memiliki izin tinggal. Dalam bagian ini diatur mengenai jenis dan macam izin tinggal.

12


(23)

6. Dokumen Perjalanan Republik Indonesia

Dokumen Perjalanan Republik Indonesia dalam Rancangan Undang-Undang ini meliputi Paspor Republik Indonesia (sebagai dokumen negara) dan Surat Perjalanan Laksana Paspor (sebagai dokumen resmi).

Paspor Republik Indonesia terdiri atas: a. Paspor Diplomatik;

b. Paspor Dinas; dan c. Paspor Biasa.

Surat Perjalanan Laksana Paspor terdiri atas:

a. Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk warga negara Indonesia; b. Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk orang asing;

c. Surat Perjalanan Lintas Batas atau Pas Lintas Batas; dan d. Pas Perjalanan Haji.

Dalam bagian ini diatur pula mengenai siapa yang dapat memperoleh Paspor dan Surat Perjalanan Laksana Paspor, beserta persyaratannya. Dengan adanya Pas Perjalanan Haji nantinya tidak dikenal lagi adanya pas-pas haji.

7. Pengawasan Keimigrasian


(24)

a. pengawasan terhadap warga negara Indonesia yang memohon dokumen perjalanan, keluar atau masuk wilayah Indonesia, dan yang berada di luar wilayah Indonesia.

b. pengawasan terhadap lalu lintas orang asing yang masuk atau keluar wilayah Indonesia, serta pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan orang asing di wilayah Indonesia.

Dalam rangka melakukan pengawasan terhadap orang asing, Pimpinan membina hubungan kerja sama dengan badan atau instansi pemerintah terkait dan bertindak selaku koordinator pengawasan orang asing. Untuk menegakkan pengawasan yang dilakukan oleh Pejabat Imigrasi, diatur pula mengenai Tindakan Administratif Keimigrasian dan pengaturan mengenai Rumah Detensi Imigrasi.

8. Penyidikan

Penyidik Keimigrasian yang telah melakukan penyidikan tindak pidana keimigrasian, berkas perkaranya diserahkan kepada penuntut umum melalui Penyidik Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia. Penyidik Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia wajib menyerahkan berkas perkara tersebut kepada penuntut umum paling lama 1 (satu) hari kerja tanpa mengubah isi berkas perkara.


(25)

9. Ketentuan Pidana

Dalam ketentuan ini, ada beberapa perbuatan yang menyangkut bidang keimigrasian yang dikriminalisasi dan beberapa perbuatan yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian ditingkatkan pidananya dalam rangka pemberatan. Pidana tidak hanya dijatuhkan kepada orang perseorangan, melainkan juga dapat dijatuhkan kepada korporasi.

10. Ketentuan Peralihan

Untuk memberi kejelasan dan kepastian hukum dalam ketentuan peralihan ini ditentukan bahwa:

a. Izin Tinggal Kunjungan, Izin Tinggal Terbatas, dan Izin Tinggal Tetap yang dikeluarkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian dinyatakan tetap berlaku sampai jangka waktunya habis;

b. Dokumen Perjalanan Republik Indonesia yang telah dikeluarkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian dinyatakan tetap berlaku sampai jangka waktunya habis;


(26)

c. perkara tindak pidana di bidang keimigrasian yang sedang diproses dalam tahap penyidikan, tetap diproses berdasarkan Undang-Undang Hukum Acara Pidana. 13

Hasil kegiatan Lokakarya Strategi Penanganan Imigran gelap di Indonesia Putaran Ke VI pada tanggal 11 s.d 13 Agustus 2009 bertempat di Pangandaran Kabupaten Ciamis yang diselenggarakan oleh International

Organization for Migration (IOM) bekerjasama dengan Direktorat Jenderal

Imigrasi dan Bareskrim Markas Besar POLRI. Esensi materi meliputi:

1) Penyebab timbulnya migrasi adalah Ekonomi/Kemiskinan; Tekanan Demografis; Globalisasi; Lapangan Kerja; Climate Change; Bencana Alam; Perang & Konflik; Politik.

2) Migrasi dimulai sejak ada peradaban dan tidak akan pernah berakhir hingga hari kiamat tiba.

3) Pengertian Imigran gelap adalah Migrasi yang terjadi di luar prosedur & aturan negara yang ada atau juga perpindahan manusia lewat batas negara yang menyalahi aturan imigrasi yang berlaku.

Ada 4 situasi orang disebut imigran gelap:

a. Imigran yang masuk secara klandestin (sembunyi), dengan dokumen palsu; b. Menetap lebih dari waktu yang diijinkan (over-stay);

13

Dikutip dari www.legalitas.org/database/lain/.../ketpemruuimigrasi2007.pdf, Diakses tanggal 04 Januari 2010.


(27)

c. Korban jaringan people smuggling;

d. Sengaja melecehkan sistem suaka internasional.

4) Beberapa hukum/ konvensi international yang berkaitan dengan Migran: a. Deklarasi Umum Hak-Hak Asasi Manusia (DUHAM) PBB 1948; b. Konvensi Internasional Hak-Hak Sipil & Politik;

c. Konvensi Internasional Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya; d. Konvensi menentang penyiksaan;

e. Konvensi perlindungan hak-hak anak;

f. Konvensi tentang penghapusan diskriminasi terhadap perempuan; g. Konvensi tentang Pekerja Migran.

5) Peraturan Perundang-undangan yang terkait dengan migran/imigran gelap di Indonesia adalah :

6) Cara menanggulangi fenomena imigran gelap adalah diperlukan Koordinasi lintas sektoral (inter-departemen)-Sosialisasi-Masyarakat Perbatasan, Pantai, Pedesaan, Perkotaan tentang Kepekaan Terhadap Keberadaan Orang Asing yg dicurigai untuk melapor ke Pemda / Polri / Kantor Imigrasi. Meningkatkan profesionalisme aparatur penegak hukum dan keamanan, Memanfaatkan sarana


(28)

dan prasarana yang saat ini dimiliki secara maksimal, Perlu ditingkatkan kerjasama bilateral dengan negara lain, termasuk negara asal imigran (gelap).14

Dalam pembuatan paspor ada beberapa syarat dan standar operasional prosedur pembuatan paspor baru yaitu :

1. Datangi kantor imigrasi.

Boleh ke kantor imigrasi di mana saja, lokasi kantor imigrasi gak sama dengan lokasi tempat pembuatan KTP juga gak apa-apa. Jadi org ber KTP Papua bisa aja bikin paspor di Jakarta. Atau orang berKTP Jakarta Timur bisa bikin paspor di kantor imigrasi jakarta selatan, dll. Di kantor imigrasi ambil formulir. Isi secara lengkap dan lampirkan dokumen sbb :

1. KTP asli dan fotokopi

2. Kartu Keluarga (KK) asli dan fotokopi 3. Akte Kelahiran asli dan fotokopi

Jika tidak ada Akte kelahiran / Akte Kenal Lahir, bisa digunakan ijasah pendidikan formal apa saja, ijasah SD juga bisa, tidak perlu ijasah terakhir 1. Surat Sponsor / surat keterangan / surat rekomendasi dari tempat kerja

2. Meterai Rp.6000,-

Surat tambahan yang disiapkan saja, siapa tau diperlukan : 1. Akte Nikah (bila sudah menikah)

2. Surat WNI/SKKRI/SBKRI untuk yang memiliki

14

Andrie K. Wardana, “Penanganan Imigran Gelap”, Dikutip dari http://nationfortressonline.blogspot.com/2009/08/penanganan-imigran-gelap.html, Diakses tanggal 04 Januari 2010.


(29)

3. Surat Keterangan Ganti Nama 4. Ijazah terakhir

Kepala Kantor Imigrasi Belawan di Medan mengatakan bahwa Peranan Komite Intelijen Daerah (Kominda) sangat strategis dalam membantu jajaran Imigrasi Belawan mencegah masuknya imigran gelap melalui pelabuhan liar. Kominda bukan hanya strategis dalam memantau pergerakan teroris, tapi juga imigran gelap, pihaknya tidak dapat memonitor masuknya imigran gelap melalui pelabuhan liar karena di pelabuhan liar tidak terdapat pos pemeriksaan imigrasi.15

Jadi tidak mungkin melakukan pemeriksaan di sana, dengan adanya Kominda diharapkan dapat membantu kami mengantisipasi masuknya imigran gelap itu. Bantuan yang diharapkannya adalah saling bertukar informasi terhadap keluar masuknya orang yang dicurigai warga asing yang masuk ilegal melalui pelabuhan-pelabuhan liar itu.

Kepala Kantor Imigrasi Belawan menyatakan bahwa Imigrasi Belawan memang mempunyai petugas berpakaian preman yang bertugas memantau orang asing, tapi jumlahnya terbatas.

Kepala Imigrasi Belawan berharap seluruh komponen masyarakat yang tergabung dalam Kominda maupun bukan turut proaktif melaporkan orang asing di

15

Hasil wawancara dengan Bapak Martahan Hutapea Kepala Kantor Imigrasi Belawan di Medan pada tanggal 22 Mei 2010


(30)

lingkungannya, sehingga lolosnya sejumlah imigran asal Afghanistan beberapa hari lalu tidak terulang kembali.16

Isu Migran Secara Global yaitu hingga saat ini terdapat 192 juta migran , yang artinya berjumlah 3 % dari penduduk sedunia, dan berarti Setiap 35 orang terdapat 1 migran17

Penegakan peraturan keimigrasian dalam mencegah masuknya imigran ilegal ke Indonesia merupakan sebuah keharusan, sehingga imigran-imigran yang ada dapat diawasi dengan baik dan benar sesuai prosedur yang berlaku. Penegakan sanksi terhadap penyalahgunaan izin masuk sebagai imigran yang sering terjadi selama ini belum mendapat penanganan yang serius, dan sejauhmana keberhasilan dari penegakan hukum keimigrasian ini dapat diterapkan di Indonesia ini sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Secara Faktual harus diakui bahwa peningkatan arus lalu lintas orang, barang, jasa dari dan ke wilayah Indonesia dapat mendorong dan memacu pertumbuhan ekonomi serta proses modernisasi masyarakat. Peningkatan arus orang asing ke wilayah RI tentunya akan meningkatkan penerimaan uang yang dibelanjakan di Indonesia, meningkatnya investasi yang dilakukan, serta meningkatnya aktifitas perdagangan yang akan meningkatkan penerimaan devisa.

16

Hasil wawancara dengan Bapak Martahan Hutapea Kepala Kantor Imigrasi Belawan di Medan pada tanggal 22 Mei 2010

17

INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR MIGRATION Ronnie Bala National Program Officer Email address : hbala@iom.int hal.6


(31)

Berdasarkan politik hukum keimigrasian yang bersifat selektif, ditetapkan bahwa hanya orang asing yang:

a. Memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat, bangsa dan negara Republik Indonesia.

b. Tidak membahayakan keamanan dan ketertiban umum, serta

c. Tidak bermusuhan dengan rakyat, bangsa dan negara Republik Indonesia, diizinkan masuk dan dibolehkan berada di wilayah Indonesia, serta diberi izin tinggal sesuai dengan maksud dan tujuannya datang di Indonesia. Oleh sebab itu penulis mengangkat ini menjadi sebuah topik penelitian dengan judul “penegakan peraturan keimigrasian dalam mencegah masuknya imigran ilegal ke Indonesia”

Jenis kejahatan transnasional terorganisasi (TOC) yang terkait dengan Imigran Ilegal :

a. Penyelundupan Manusia (People Smuggling) b. Perdagangan Orang (Trafficking in Persons)18

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut di atas, selanjutnya dapat dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah syarat-syarat dan prosedur mendapatkan izin masuk sebagai imigran di Indonesia?

18

DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI ,penanganan imigran ilegal di Indonesia sudut


(32)

2. Bagaimanakah penyalahgunaan izin masuk sebagai imigran dilakukan dengan cara akibat hukumnya berdasarkan UU No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian?

3. Bagaimanakah penegakan peraturan keimigrasian dalam mencegah masuknya imigran ilegal ke Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui syarat-syarat dan prosedur mendapatkan izin masuk sebagai imigran di Indonesia.

2. Untuk mengetahui penyalahgunaan izin masuk sebagai imigran dan akibat hukumnya berdasarkan UU No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian.

3. Untuk mengetahui peraturan keimigrasian dalam mencegah masuknya imigran ilegal ke Indonesia.

D. Manfat Penelitian

Manfaat penulisan yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


(33)

1. Secara Teoritis

Dapat mengetahui peraturan hukum apa yang dipakai pemerintah untuk masuknya Imigran ke Indonesia yang mempunyai izin yang sesuai dengan UU No. 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian.

2. Secara Praktis

Dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui lebih lanjut mengenai upaya pencegahan terhadap penyalahgunaan izin masuk sebagai imigran. Sehingga dengan adanya penulisan ini pemerintah dapat mengatur izin masuk sebagai imigran yang baik dan sesuai dengan UU No. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian.

E. Keaslian Penulisan

“Penegakan Peraturan Keimigrasian Dalam Mencegah Masuknya Imigran Ilegal ke Indonesia”, ini sengaja penulis angkat menjadi judul penelitian ini merupakan karya ilmiah yang sejauh ini belum pernah ditulis di lingkungan Sekolah Pascasarjana Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara (USU), terutama yang berkaitan dengan Penegakan Peraturan Keimigrasian. Penulis menyusun penelitian ini berdasarkan referensi buku-buku, media cetak


(34)

dan media elektronik, juga melalui bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, keaslian penelitian ini dapat saya pertanggungjawabkan.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Dalam pembahasan mengenai Penegakan Peraturan Keimigrasian Dalam Mencegah Masuknya Imigran Ilegal Ke Indonesia Berdasarkan UU No.9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian, teori utama yang digunakan adalah teori kedaulatan negara (staats-souvereiniteit) yang dikemukakan oleh Jean Boudin dan George Jellinek. Menurut teori kedaulatan negara, kekuasaan tertinggi ada pada negara dan negara mengatur kehidupan anggota masyarakatnya. Negara yang berdaulat melindungi anggota masyarakatnya terutama anggota masyarakat yang lemah.

Tujuan hukum mengenai perijinan masuknya imigran ke Indonesia ini tidak terlepas dari tujuan hukum pada umumnya. Tujuan hukum adalah untuk mewujudkan keadilan (rechtsgerechtigheid), kemanfaatan (rechtsutiliteit), dan kepastian hukum (rechtszekerheid).19 Dalam hal mewujudkan keadilan, Adam Smith melahirkan ajaran mengenai keadilan (justice), Smith mengatakan bahwa “tujuan keadilan adalah untuk melindungi diri dari kerugian” (the end of the

19

Ahmad Ali, Menguak Tabir Hukum, (Satu Kajian filosofis dan Sosiologis), (Jakarta: Gunung Agung, 2002), hal. 85.


(35)

justice to secure from enjury).20 Menurut G.W. Paton, hak yang diberikan oleh hukum ternyata tidak hanya mengandung unsur perlindungan dan kepentingan tetapi juga unsur kehendak (the element of will).21 Maka teori hukum perlindungan dan kepentingan bertujuan untuk menjelaskan nilai-nilai hukum dan postulat-postulatnya hingga dasar-dasar filsafatnya yang paling dalam. Hukum pada hakikatnya adalah sesuatu yang abstrak, namun dalam manifestasinya dapat berwujud konkrit. Suatu ketentuan hukum dapat dinilai baik jika akibat-akibat yang dihasilkan dari penerapannya adalah kebaikan, kebahagiaan yang sebesar-besarnya dan berkurangnya penderitaan.22

Ketertiban adalah tujuan pokok dan pertama dari segala hukum. Kebutuhan terhadap ketertiban ini syarat pokok (fundamental) bagi adanya suatu masyarakat manusia yang teratur. Di samping ketertiban, tujuan lain dari hukum adalah tercapainya keadilan yang berbeda-beda isi dan ukurannya menurut masyarakat dan zamannya. Untuk mencapai ketertiban dalam masyarakat ini diperlukan adanya kepastian dalam pergaulan antar manusia dalam masyarakat.

Selain itu, teori yang menyatakan bahwa hukum sebagai sarana pembangunan dapat diartikan, bahwa hukum sebagai penyalur arah kegiatan manusia kearah yang dikehendaki oleh pembangunan atau pembaharuan. Teori

20

Bismar Nasution, Op. Cit., hal. 4-5.

21

George Whitecross Paton, A Text-Book of Jurisprudence, edisi kedua, (London: Oxford University Press, 1951), hal. 221.

22

Lili Rasjidi dan I.B. Wyasa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), hal. 79.


(36)

ini dikemukakan oleh Roscoe Pound, yakni “Law as A Tool as Social

Engineering”23. Dimana hukum harus diusahakan bersifat antisipatif, sehingga

tidak menghambat laju perkembangan efisiensi ekonomi nasional, mewujudkan iklim keimigrasian yang kondusif melalui pengaturan izin masuk bagi imigran ke Indonesia.

Secara umum, semua orang adalah sama kedudukannya dalam hukum, berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Hak perseorangan dilindungi oleh hukum. Hak perseorangan adalah relatif, sifat perseorangan dalam hukum perjanjian menimbulkan gejala-gejala hukum sebagai akibat hubungan hukum antara persoon dengan persoon lainnya. Konsep hukum dan teori hukum dalam sistem mendekatkan hukum pada permasalahan peran sekaligus fungsi hukum. Orang (termasuk dalam pengertian kelembagaan) dapat melakukan sesuatu kehendak melalui pemanfaatan hukum, Penegakan hukum serta pengawasan, dan lain-lain24

Oleh sebab itulah penelitian ini mengacu kepada teori yurisdiksi, karena setiap orang baik WNI, WNA ataupun mereka yang memiliki kewarganegaraan ganda yang berada di wilayah hukum Indonesia harus tunduk kepada peraturan hukum di Indonesia.

23

Roscoe Pound, “Social Control Through Law: Jural Postulets”, Cet.1, dikutip dalam Filsafat Hukum dari Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2001), hal. 578-579, dikutip dari Pound, Jurisprudence, Vol.3, hal.8-10, dikutip dari Stone, Human Law and Human Justice (1965), hal.280.

24

Mahfud MD, Pergulatan Politik dan Hukum di Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1999), hal. 69., Lihat Buku Imam Kabul, Paradigma Pembangunan Hukum di Indonesia, (Yogyakarta: Kurnia Kalam, 2005), hal. 7.


(37)

2. Konsepsi

Guna menghindarkan perbedaan pengertian tentang istilah-istilah yang dipakai dalam penulisan ini, definisi operasional dari istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:

Illegal Migran ialah Migrasi yang terjadi diluar prosedur & aturan negara yang ada.

Atau juga perpindahan manusia lewat batas negara yang menyalahi aturan imigrasi yang berlaku. 25

Pengungsi (refugee) adalah sebagai akibat peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelum 1 Januari 1951 dan yang disebabkan oleh kecemasan yang sungguh-sungguh berdasar akan persekusi karena alasan-alasan ras, agama, kebangsaan, keanggotaan pada kelompok sosial tertentu atau opini politik, berada di luar negara kewarganegaraannya dan tidak dapat atau, karena kecemasan tersebut, tidak mau memanfaatkan perlindungan negara itu; atau seseorang yang tidak mempunyai kewarganegaraan dan berada di luar negara di mana ia sebelumnya biasanya bertempat tinggal, sebagai akibat peristiwa-peristiwa termaksud, tidak dapat atau, karena kecemasan tersebut, tidak mau kembali ke negara itu (Ps. 1 Konvensi Jenewa Tahun 1951 tentang Pengungsi)

Definisi pengungsi diperluas cakupannya melalui Protokol Tambahan tahun 1967.26

25

INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR MIGRATION Ronnie Bala National Program Officer Email address : hbala@iom.int hal. 8

26


(38)

Warga Negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.27

Kewarganegaraan adalah segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara.28

Menurut Black's Law Dictionary, "citizen is a person who, by either birth or

naturalization, is a member of a political community, giving allegiance to the community and being entitled to enjoy all its civil rights and protections; a member of the civil state, entitled to all its privileges.29

Bila dibicarakan mengenai hubungan warganegara dengan negara atau keanggotaan dalam negara, maka hubungan tersebut dinyatakan dengan istilah kewarganegaraan yang menyatakan hubungan atau ikatan hukum antara seorang individu dengan suatu negara atau keanggotaan daripada suatu negara.

Dalam menyatakan hubungan atau ikatan hukum tersebut di masing-masing negara tidak dinyatakan dalam istilah yang sama dalam arti dan isinya. Terkadang digunakan istilah citizen, national atau subject yang penggunaannya sering membingungkan.30

Kewarganegaraan (citizenship) adalah suatu status menurut hukum dari suatu negara yang memberi keuntungan-keuntungan hukum tertentu dan membebankan kewajiban-kewajiban tertentu kepada individu. Sedangkan kebangsaan (nationality)

27

UU No. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan, Pasal 1 ayat (1)

28

UU No. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan, Pasal 1 ayat (2)

29

Garner A. Bryan, Black’s Law Dictionary, Eighth Edition, Thomson West,USA,2004, hlm. 261.

30


(39)

sebagai istilah hukum internasional menunjuk kepada ikatan yaitu ikatan seorang individu terhadap suatu negara yang memberi kepada suatu negara hak untuk mengatur atau melindungi nationals-nya, meski di luar negeri sekalipun.31

Sudargo Gautama menyimpulkan bahwa pengertian pokok dari kewarganegaraan ialah ikatan antara individu dengan negara, yaitu individu merupakan anggota penuh secara politik dalam negara itu dan berkewajiban untuk tetap setia kepada negara (permanence of allegiance), tetapi sebaliknya negara berkewajiban melindungi individu tersebut di manapun ia berada.32

Pengertian kewarganegaraan sendiri menurut Kho Wan Sik dapat dibedakan atas :

1. Kewarganegaraan dalam arti yuridis (juridische nationaliteit) dan sosiologis (sociologische nationaliteitsbegrip)

Kewarganegaraan dalam arti yuridis adalah ikatan hukum (derechtsband) antara negara dengan orang-orang pribadi (natuurlijke personen) yang karena ikatan itu menimbulkan akibat, bahwa orang-orang tersebut jatuh di bawah lingkungan kuasa pribadi dari negara yang bersangkutan atau dengan kata lain warga dari negara itu (burgers van die Staat zijn).33

Kewarganegaraan dalam arti sosiologis adalah kewarganegaraan yang tidak

31

Ibid, hlm. 46.

32

Sudargo Gautama, Warganegara dan Orang Asing, Cetakan 6, Alumni, Bandung, 1997, hlm. 21.

33

Kho Wan Sik, De Meervoudige Nationalteit: A.W. Sijthoff’s Uitgeversmaatschappij N.V., Leiden, 1957, hlm. 1.


(40)

berdasarkan ikatan yuridis, tetapi sosial politik yang disebut natie. Kewarganegaraan yang sosiologis adalah kewarganegaraan yang terikat pada suatu negara oleh karena adanya perasaan kesatuan ikatan karena satu keturunan, kebersamaan sejarah, daerah/tanah (wilayah) dan penguasa berkembang dalam suatu persekutuan daerah atau negara tempat ia tinggal.34

Dari sudut kewarganegaraan sosiologis dapat dilihat bahwa kewarganegaraan yuridis mungkin tidak memiliki persyaratan kewarganegaraan sosiologis, sedangkan dari sudut kewarganegaraan sosiologis hanya satu persyaratan yang tidak dipenuhi yaitu persyaratan yuridis yang merupakan ikatan formal dengan negara tersebut dalam bentuk antara lain surat bukti. Terkadang kedua ikatan tersebut tidak bersamaan, sehingga sangatlah ideal apabila kewarganegaraan yuridis dan kewarganegaraan sosiologis itu manunggal dalam diri seorang warganegara. Kewarganegaraan da

2. lam arti formal dan materil (formal en materiil

g mengenai

nationaliteitsbegrip)

Kewarganegaraan dalam arti formal (gatranya) adalah tempat kewarganegaraan itu dalam sistematika hukum karena menyangkut salah satu sendi dari negara, yaitu rakyat negara, maka kewarganegaraan itu terletak di bidang hukum publik, sebab kaidah-kaidah yan

34


(41)

adanya negara semata-mata bersifat publik (publiekrechtelijk).

Kewarganegaraan dalam arti materiil (isinya) adalah akibat hukum dari pengertian kewarganegaraan itu, yaitu apakah hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang konkrit terhadap seseorang yang timbul dari pengertian kewarganegaraan itu atau dengan kata lain, apakah perbedaan yang timbul dari ikatan hukum antara kedudukan seorang warganegara dengan orang

ukum maupun suatu status (apabila dilihat dari sudut

alam Black's Law Dictionary juga disebutkan pengertian citizenship36

the quality of a person's conduct as a member of a community.

asing.

Kho Wan Sik, melukiskan sifat hukum dari pengertian kewarganegaraan sebagai pertalian hukum antara negara dengan seorang (manusia) dengan akibat hukum, bahwa orang itu menjadi warganegara dan jatuh di bawah lingkungan kekuasaan pribadi (personengebeid atau personal jurisdiction) negara tersebut. Menurutnya juga bahwa kewarganegaraan itu bersifat baik suatu pertalian h

perseorangan).35 D

adalah:

1) the status of being a citizen;

35

Ibid, hlm. 2.

36


(42)

Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau ke luar wilayah Negara Republik Indonesia dan pengawasan orang asing di wilayah Negara Republik Indonesia.37

Wilayah Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat wilayah Indonesia adalah seluruh wilayah Negara Republik Indonesia yang meliputi darat, laut, dan udara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.38

Surat Perjalanan adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang dari suatu negara yang memuat identitas pemegangnya dan berlaku untuk melakukan perjalanan antar negara.39

Tempat Pemeriksaan Imigrasi adalah pelabuhan, bandar udara, atau tempat-tempat lain yang ditetapkan oleh Menteri sebagai tempat-tempat masuk atau ke luar wilayah Indonesia.40

Orang Asing adalah orang bukan Warga Negara Republik Indonesia.41

Visa untuk Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Visa adalah izin tertulis yang diberikan oleh pejabat yang berwenang pada Perwakilan Republik Indonesia atau di tempat lainnya yang ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia

37

UU RI No. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian, Pasal 1 ayat 1

38

UU RI No. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian, Pasal 1 ayat 2

39

UU RI No. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian, Pasal 1 ayat 3

40

UU RI No. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian, Pasal 1 ayat 4

41


(43)

yang memuat persetujuan bagi orang asing untuk masuk dan melakukan perjalanan ke wilayah Indonesia.42

Izin Masuk adalah izin yang diterakan pada Visa atau Surat Perjalanan orang asing untuk memasuki wilayah Indonesia yang diberikan oleh Pejabat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi.43

Izin Masuk Kembali adalah izin yang diterakan pada Surat Perjalanan orang asing yang mempunyai izin tinggal di Indonesia untuk masuk kembali ke wilayah Indonesia.44

Tanda Bertolak adalah tanda tertentu yang diterakan oleh Pejabat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi dalam Surat Perjalanan setiap orang yang akan meninggalkan wilayah Indonesia.45

Alat Angkut adalah kapal laut, pesawat udara, atau sarana transportasi lainnya yang lazim dipergunakan untuk mengangkut orang.46

Pencegahan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap orang orang tertentu untuk ke luar dari wilayah Indonesia berdasarkan alasan tertentu.47

42

UU RI No. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian, Pasal 1 ayat 7

43

UU RI No. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian, Pasal 1 ayat 8

44

UU RI No. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian, Pasal 1 ayat 9

45

UU RI No. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian, Pasal 1 ayat 10

46

UU RI No. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian, Pasal 1 ayat 11

47


(44)

Penangkalan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap orang-orang tertentu untuk masuk ke wilayah Indonesia berdasarkan alasan tertentu.48

Tindakan Keimigrasian adalah tindakan administratif dalam bidang keimigrasian di luar proses peradilan.49

Karantina Imigrasi adalah tempat penampungan sementara bagi orang asing yang dikenakan proses pengusiran atau deportasi atau tindakan keimigrasian lainnya.50

Penegakan adalah tindakan disiplin yang berdampak pada berjalannya peraturan adalah seperangkat aturan yang mengatur tentang sebuah sistem

Illegal adalah suatu tindakan yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan / tidak sesuai dengan hukum yang berlaku

Pengusiran atau deportasi adalah tindakan mengeluarkan orang asing dari wilayah Indonesia karena keberadaannya tidak dikehendaki.51

G. Metode Penelitian

Metode penelitian digunakan dalam suatu penelitian ilmiah. Penelitian ilmiah ialah penalaran yang mengikuti suatu alur berfikir atau logika yang tertentu dan yang menggabungkan metode induksi (empiris), karena penelitian

48

UU RI No. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian, Pasal 1 ayat 13

49

UU RI No. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian, Pasal 1 ayat 14

50

UU RI No. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian, Pasal 1 ayat 15

51


(45)

ilmiah selalu menuntut pengujian dan pembuktian empiris dan hipotesis-hipotesis atau teori yang disusun secara deduktif.52 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Metode penelitian normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal (doctrinal research) yaitu suatu penelitian yang menganalisis hukum baik yang tertulis didalam buku (law as it

is written in the book), maupun hukum yang diputuskan oleh hakim melalui

proses pengadilan (law it is decided by the judge through judicial process)53 Penelitian hukum normatif berdasarkan data sekunder dan menekankan pada langkah-langkah spekulatif-teoritis dan analisis normatif-kualitatif.54

Jadi disimpulkan bahwa metode yang digunakan adalah metode penelitian normatif yang merupakan prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya.55 Logika keilmuan yang juga dalam penelitian hukum normatif dibangun berdasarkan disiplin ilmiah dan cara-cara kerja ilmu hukum normatif, yaitu ilmu hukum yang objeknya hukum itu sendiri. Penelitian hukum ini dikatakan juga penelitian yang ingin menelaah sinkronisasi suatu peraturan perundang-undangan, yang dilakukan secara vertikal dan horizontal. Ditelaah secara vertikal berarti akan dilihat bagaimana hirarkisnya, sedangkan secara

52

Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia Pada Akhir Abad ke-20, (Bandung : Rineka Cipta, 1994), hal. 105.

53

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Grafitti Press, 2006), hal. 118.

54

J. Supranto, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hal. 3.

55

Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2007), hal. 57.


(46)

horizontal adalah sejauh mana peraturan perundang-undangan yang mengatur pelbagai bidang itu mempunyai hubungan fungsional secara konsisten.

1. Tipe atau Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriftif analitis. Tujuan penelitian deskriptif adalah menggambarkan secara tepat, sifat individu, suatu gejala, keadaan atau kelompok tertentu.56 Deskriptif analitis berarti bahwa penelitian ini menggambarkan suatu peraturan hukum dalam konteks teori-teori hukum dan pelaksanaanya, serta menganalisis fakta secara cermat tentang Penegakan Peraturan Keimigrasian Dalam Mencegah Masuknya Imigran Ilegal Ke Indonesia.

2. Pendekatan Masalah

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan

(statute approach). Penelitian ini menggunakan pendekatan tersebut karena

yang akan diteliti adalah berbagai aturan hukum yang menjadi fokus sekaligus tema sentral suatu penelitian.57 Analisis hukum yang dihasilkan oleh suatu penelitian hukum normatif yang menggunakan pendekatan perundang-undangan, akan menghasilkan suatu penelitian yang akurat. Pendekatan tersebut melakukan pengkajian peraturan perundang-undangan yang

56

Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Prenada Media, 1997), hal. 42.

57


(47)

berhubungan dengan Penegakan Peraturan Keimigrasian Dalam Mencegah Masuknya Imigran Ilegal Ke Indonesia.

3. Sumber Data Penelitian

Sumber-sumber penelitian dapat dibedakan menjadi sumber-sumber penelitian yang berupa bahan-bahan hukum primer, bahan-bahan hukum sekunder, bahan hukum tersier , yang digunakan dalam penelitian ini.

a. Bahan Hukum Primer terdiri dari:

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif, artinya mempunyai otoritas. Terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim. Badan hukum primer yang otoritasnya di bawah undang-undang adalah peraturan pemerintah, peraturan presiden atau peraturan suatu badan hukum atau lembaga negara. Putusan pengadilan merupakan konkretitasi dari perundang-undangan.

b. Bahan Hukum Sekunder:

Berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen- dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamus- kamus hukum, jurnal-jurnal hukum dan komentar-komentar atas putusan pengadilan. Bahan hukum sekunder terutama adalah buku teks karena buku teks berisi mengenai prinsip-prinsip


(48)

dasar ilmu hukum dan pandangan-pandangan klasik para sarjana yang mempunyai klasifikasi tinggi.58

c. Bahan hukum tersier:

Berupa bahan hukum penunjang yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum sekunder seperti kamus umum, kamus hukum, kamus kesehatan, majalah dan jurnal ilmiah.59

Jadi penelitian ini menggunakan bahan hukum primer, sekunder dan tertier sebagai sumber penelitian.

4. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data ialah teknik atau cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Metode atau teknik menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, dokumen dan lainnya.60

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara studi kepustakaan dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder melalui pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan,

58

Petter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2006), hal 141.

59

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudi, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta : Grafindo, 2006), hal. 14.

60


(49)

literatur-literatur, tulisan-tulisan para pakar hukum dan bahan kuliah yang berkaitan dengan penelitian ini.

Adapun data yang digunakan dalam menyusun penulisan ini diperoleh dari wawancara dengan informan (dari kantor Imigrasi Belawan) dan penelitian kepustakaan (library research), sebagai suatu teknik pengumpulan data dengan memanfaatkan berbagai literatur berupa peraturan perundang-undangan, buku-buku, karya-karya ilmiah, bahan kuliah, wawancara, serta sumber data sekunder lain yang dibahas oleh penulis. Digunakan pendekatan yuridis normatif karena masalah yang diteliti berkisar mengenai keterkaitan peraturan yang satu dengan yang lainnya.

5. Metode analisis Data

Pengolahan, analisis dan konstruksi data penelitian hukum normatif dapat dilakukan dengan cara melakukan analisis terhadap kaedah hukum dan kemudian konstruksi dilakukan dengan cara memasukkan pasal-pasal ke dalam kategori-kategori atas dasar pengertian-pengertian dasar dari sistem hukum tersebut.61 Data yang diperoleh melalui studi kepustakaan yang berupa peraturan perundang-undangan, dan studi wawancara dengan Kepala Kantor Imigrasi Belawan di Medan, dan data juga diperoleh dari dokumen-dokumen atau arsip-arsip dari Kantor Imigrasi Belawan tersebut serta hasil wawancara diolah dan dianalisis berdasarkan metode kualitatif.

61


(50)

BAB II

SYARAT-SYARAT DAN PROSEDUR MENDAPATKAN IZIN MASUK SEBAGAI IMIGRAN DI INDONESIA

A. Imigran dan Imigran Illegal

Negara Republik Indonesia yang merupakan negara kepulauan terletak dijalur perlintasan laut internasional menghubungkan dua samudera yaitu samudera Pasifik dan samudera Indonesia serta di apit oleh dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia. Hal yang nyata bahwa Indonesia dengan kondisi geografisnya yang demikian merupakan jalan silang bagi jalur perlintasan pelayaran dan perdagangan Internasional.

Di samping letak geografis yang sangat menguntungkan dalam hal musim jika negara lain mengenal empat musim sedangkan negara Indonesia hanya mengenal dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan, hal ini berpengaruh besar terhadap kesuburan alamnya.62

Kekayaan sumber daya alam yang melimpah yang mempunyai nilai ekonomi serta keindahan panoramanya menjadi daya tarik tersendiri bagi setiap orang, tidak mengherankan apabila Indonesia merupakan salahsatu titik sentral perhatian negara-negara lain baik bidang politik maupun bidang lain seperti sosial, ekonomi dan keamanan. Jalur ekonomi terutama menjadikan Indonesia tempat persinggahan kapal-kapal asing baik hanya sekedar melewati jalur

62


(51)

perdagangan Intemasional maupun sekedar ingin mengambil hasil kekayaan alamnya.63

Kenyataan ini semakin lebih mudah bagi orang asing untuk datang ke Indonesia dengan diberikannya berbagai kemudahan prosedur terutama dengan adanya opendoor policy yaitu politik pintu terbuka yang dilaksanakan oleh Pemerintah Hindia Belanda yaitu membuka pintu selebar-lebarnya kepada orang asing untuk masuk ke Indonesia, sehingga berbondong-bondonglah orang asing masuk ke Indonesia dengan berbagai macam tujuan, ada yang numpang hidup, sekolah, bekerja, wisata bahkan tidak sedikit yang tinggal menetap.

Akibat banyak orang asing dari berbagai Ras yang diwariskan oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda yang tinggal di Indonesia diantaranya adalah bangsa China, India, Arab dan lain sebagainya. Semakin lama orang asing tersebut berdiam di Indonesia akan membawa pengaruh terhadap bidang politik, budaya, ekonomi, dan keamanan. Hal inilah yang perlu dipikirkan secara serius sehingga tidak sampai menimbulkan dampak yang negatif.

Setelah Indonesia Merdeka, Indonesia tidak menerapkan kebijaksanaan yang dulu yaitu kebijaksanaan "opendoor policy" yang dianggap sudah tidak sesuai lagi. Oleh karena itu Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan kebijaksanaan baru yaitu selective policy bahwa masuknya orang asing hanya dimungkinkan sesuai dengan kebutuhan dan memberikan manfaat bagi pembangunan Negara dan Pemerintah Republik Indonesia.

63


(52)

Dibukanya perusahaan-perusahaan besar baik dengan modal asing maupun gabungan dengan modal domestik membuka lapangan kerja baru baik untuk bangsa Indonesia sendiri juga bagi tenaga kerja asing (TKA) terutama tenaga ahli yang turut masuk ke Indonesia. Tetapi di lain pihak hal ini menimbulkan kerawanan terutama di bidang ketahanan nasional. Kedatangan orang asing tersebut sebenarnya tidak dapat dipisahkan dengan syarat-syarat sebagai warga negara asing yang akan mengunjungi suatu negara lain baik sebagai diplomat, pedagang maupun turis.64

Kenyataan bahwa pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan juga transportasi memudahkan orang untuk melakukan perjalanan dari suatu negara ke negara lain. Keadaan ini harus dipandang sebagai hal yang wajar tanpa menghilangkan kewaspadaan karena tanpa disadari pasti akan membawa dampak permasalahan terutama pada lalu lintas antar negara.

Dapat dipastikan tidak semua orang asing yang masuk ke Indonesia memberikan manfaat seperti yang diharapkan dalam kebijaksanaan pemerintah Negara Indonesia. Dengan demikian tugas Direktorat Jenderal Imigrasi sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis Departemen Kehakiman yang berubah menjadi Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) mempunyai peranan yang sangat penting untuk mengatur lalu lintas orang asing antar negara dan mengawasi kedatangan, keberadaan serta kegiatan orang asing sampai meninggalkan wilayah Republik Indonesia, hal ini ditunjukan untuk menjaga

64


(53)

kelancaran dan pelaksanaan pengamanan pembangunan. Suatu kenyataan di Indonesia, bahwa masih banyak terdapat penyalahgunaan ijin kunjungan.65

Dalam menghadapi lalu lintas orang asing setiap negara dimanapun letaknya, demi menjaga keutuhan dan keamanannya, mengadakan pengawasan terhadap orang asing dengan mengeluarkan ketentuan-ketentuan yang mengatur keluar masuknya orang asing ke negara tersebut atau yang mengatur orang asing yang hendaknya bertempat tinggal di negara tersebut.

Imigrasi dalam pengertiannya adalah menyangkut segala hal ihwal lalulintas orang, baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing yang masuk atau keluar wilayah Indonesia dan pengawasan yang dilakukan kepada orang-orang tersebut baik yang bersifat administratif maupun pro justitia terhadap keberadaan dan aktivitas orang asing di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Tentu saja, sistem pengawasan dan pelaksanaan prosedur keimigrasian tersebut haruslah mempertimbangkan keamanan dan kenyamanan yang berimbang, untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Atas dasar itulah, setiap WNA yang berada di Indonesia diberikan izin sesuai dengan tujuannya berada di wilayah Indonesia, apakah itu untuk wisata, belajar atau urusan diplomatik. Dalam konteks globalisasi, keimigrasian memiliki paradigma yang bersifat multidimensinal, yang melingkupi ruang :

65

Sulistiyana, keimigrasian dan fenomenanya, www.yahoo.com diakses tanggal 24 April 2010


(54)

a. Politik

Menyangkut hubungan Indonesia dengan dunia internasional, untuk melindungi kepentingan dan kedaulatan NKRI.

b. Kependudukan

Menyangkut pembatasan dan pengawasan izin tinggal baik sementara maupun tetap yang diberikan kepada orang asing dan pengaturan sistem kependudukan yang menyangkut unsur ketahanan nasional

c. Keamanan

Menyangkut pengawasan terhadap aktivitas orang asing di wilayah NKRI yang berkaitan dengan ancaman-ancaman yang bisa emngganggu stablitas nasional. d. Ekonomi

Menyangkut pemberian izin tinggal kepada orang asing haruslah memperhatikan kepentingan perekonomian nasional, termasuk di dalamnya perlindungan dan pemberian kesempatan kepada WNI dalam menghadapi persaingan ekonomi global.

Terkait dengan dokumen perjalanan (Paspor) menurut Undang-Undang No 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian, Dokumen perjalanan adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pejabat berwenang dari suatu negara yang memuat identitas pemegangnya meliputi kebangsaan, jatidiri dan berlaku untuk perjalanan negara, dan pemegang dokumen perjalanan tersebut mendapatkan perlindungan dari negara selama berada di Luar Negeri dan memegang dokumen perjalanan tersebut. Dalam istilah orang umum, dokumen perjalanan yang dimaksud adalah paspor.


(55)

Indonesia memiliki beberapa jenis paspor yang berbeda jenis, sesuai dengan kegunaan dan tujuannya, yaitu :66

a. paspor diplomatik, atau disebut paspor hitam, yang diterbitkan oleh Deplu dan dipergunakan untuk keperluan diplomatik. Biasanya dipergunakan oleh para

diplomat. Pemegang paspor ini memiliki kekebalan hukum tertentu. b. paspor dinas, atau disebut paspor biru, yang diterbitkan oleh Deplu dan diperlukan untuk keperluan Dinas

c. paspor biasa, atau disebut paspor hijau, yang diterbitkan oleh Ditjen Imigrasi, yang dipergunakan oleh orang umum apabila hendak bepergian keluar negeri. d. paspor haji, atau disebut paspor coklat, yang diterbitkan oleh Depag, yang hanya berlaku selama musim haji pada tahun itu dan hanya berlaku di kota Jeddah dan Mekkah. Terkadang seringkali timbul permasalahan keimigrasian karena pemegang paspor haji ini keluar dari wilayah Jeddah dan Mekkah tanpa berbekal paspor hijau. Dan sebenarnya paspor haji ini masih menjadi polemik dalam keberadaannya, karena dunia internasional tidak mengakui adanya paspor haji, yang ada hanyalah sebatas ID Pass atau surat jalan untuk ibadah haji. Sekarang sudah menggunakan paspor hijau untuk ibadah haji.

Pengertian daripada keimigrasian mengandung atau terdapat beberapa arti. Perpindahan makhluk hidup, baik manusia maupun hewan, dari suatu tempat ketempat lain. Perpindahan manusia dari suatu tempat ke tempat lain, telah

66


(56)

berlangsung lama, hal ini dari waktu kewaktu masa yang lalu, dapat kita pelajari melalui penelusuran sejarah peradaban umat manusia.67

Perpindahan manusia tersebut, dapat disebabkan beberapa alasan atau faktor, antara lain : untuk memperbaiki dan meninggalkan taraf kehidupan ekonomi yang lebih sejahtera.

Dalam perkembangan, migrasi manusia tersebut, dapat berupa masuk atau keluar dari wilayah suatu negara. Perpindahan orang dari suatu tempat dan masuk ke wilayah suatu negara disebut imigrasi, sedangkan sebaliknya emigrasi merupakan perpindahan orang dari dalam suatu negara ke luar menuju ke negara lain.

Istilah imigrasi berasal dari bahasa latin migratio yang artinya perpindahan orang dari suatu tempat atau negara menuju ke tempat atau negara lain. Ada istilah

emigratio yang mempunyai arti berbeda, yaitu perpindahan penduduk dari suatu

wilayah atau negara keluar menuju wilayah atau negara lain. Sebaliknya, istilah

immigratio dalam bahasa latin mempunyai arti perpindahan penduduk dari suatu

negara untuk masuk kedalam negara lain. Pada hakekatnya emigrasi dan imigrasi itu menyangkut yang sama yaitu perpindahan penduduk antar negara, tetapi yang berbeda adalah cara memandangnya. Ketika seseorang pindah kenegara lain, peristiwa ini dipandang sebagai peristiwa emigrasi, namun bagi negara yang didatangi orang tersebut peristiwa itu disebut sebagai peristiwa imigrasi.68

67

Ibid, Hal 134

68

Muhammad Iman Santoso, Perspektif Imigrasi, Dalam Pembangunan Ekonomi dan


(57)

Definisi imigrasi menurut Oxford Dictionary of Law adalah “Immigration is

the act of entering a country other than one’s native country with the intention of living there permanently”. Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa perpindahan

itu selalu mempunyai arti yang pasti, yakni untuk tinggal menetap dan mencari nafkah di tempat yang baru. Oleh karena itu, bagi orang asing yang datang ke suatu negara untuk tujuan wisata, bisnis, membawa misi kesenian atau misi olah raga, tugas dari negaranya, atau hal-hal yang sejenis lainnya tidak dapat dikatakan sebagai

immigrant.

Sebuah Konferensi Internasional yang dilaksanakan di Roma pada tahun 1924 tentang migrasi dan imigrasi, memberikan definisi tentang imigrasi sebagai berikut :

“Emmigration and Immigration is human mobility to enter a country with its purpose to make a living or for residence”. Dari kalimat tersebut, pengertian emigrasi dan

imigrasi adalah gerak pindah manusia memasuki suatu negara dengan niat untuk tinggal menetap dan mencari nafkah di negara tersebut.

Menurut ketentuan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang RI Nomor: 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian, bahwa keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar wilayah RI dan pengawasan orang asing di wilayah negara RI.

Dari perumusan ketentuan pasal 1 ayat (1) tersebut diatas, bahwa keimigrasian memuat 2 (dua) hal pokok yakni:

a. Lalu lintas orang, baik orang asing maupun warga negara Indonesia yang meliputi:


(58)

1) Mengatur setiap orang yang masuk ke wilayah Indonesia, baik warga negara Indonesia maupun orang asing;

2) Memberikan legalitas keberadaan orang asing; 3) Memberikan legalitas keberadaan orang asing;

4) Mengratur setiap orang yang keluar wilayah Indonesia, baik warga Negara Indonesia maupun orang asing.

b. Pengawasan orang asing di wilayah Indonesia, berupa pengwasan terhadap orang asing yang masuk, keberadaan, kegiatan dan keluar dari wilyah Indonesia, antara lain dapat menimbulkan 2 (dua) kemungkinan yakni:

1.) Orang asing menaati peraturan yang berlaku dan tidak melakukan kegiatan yang berbahaya bagi keamanan dan ketertiban umum, hal ini tidak menimbulkan masalah keimigrasian maupun kenegaraan.

2.) Orang asing menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, hal ini menimbulkan tindakan hukum, berupa:

a) Tindakan hukum pidana berupa penyidikan keimigrasian yang merupakan bagian daripada rangkaian integrated criminal justice system, sistem peradilan pidana (penyidikan, penuntutan, peradilan) dan atau;

b) Tindakan hukum administrasi negara berupa tindakan keimigrasian adalah tindakan administratif dalam bidang keimigrasian di luar proses peradilan. Termasuk bagian daripada tindakan keimigrasian ini adalah diantaranya


(59)

deportasi terhadap orang asing untuk keluar dari wilayah yurisdiksi negar kesatuan Republik Indonesia.69

Dari berbagai uraian mengenai pengertian umum keimigrasian diatas, maka dapat dinyatakan bahwa pada hakekatnya keimigrasian merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pemberian pelayanan dan penegakan hukum, serta pengamanan terhadap lalu lintas keluar masuknya orang dari dan ke dalam wilayah suatu negara, serta pengawasan atas keberadaan dan kegiatan orang asing selama berada di negara tersebut.70

1. Imigran ialah orang yang melakukan kegiatan Imigrasi (kata benda), yaitu perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lain

2. Illegal Migran ialah Migrasi yang terjadi diluar prosedur & aturan negara

yang ada. Atau juga perpindahan manusia lewat batas negara yang menyalahi aturan imigrasi yang berlaku. 71

Ilegal : ile·gal /ilégal/ a tidak legal; tidak menurut hukum; tidak sah: orang

asing itu masuk ke Indonesia secara – (kata sifat)72

Berdasarkan arti kata tersebut diatas, maka:

a. Imigran ilegal adalah subyek yang melakukan perpindahan dari suatu negara ke negara lain secara tidak sah atau tidak menurut hukum;

69

Prof.Dr.Yusril Ihza Mahendra, SH, Msc, Deportasi Sebagai Instrumen Penegakan Hukum

dan Kedaulatan Negara di Bidang Keimigrasian, PT.Adi Kencana Aji, Jakarta 2004, hlm.3. 70

Muhammad Iman Santoso, Perspektif Imigrasi, Dalam Pembangunan Ekonomi dan

Ketahanan Nasional, Universitas Indonesia Press, Jakarta, 2004, hlm. 21. 71

INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR MIGRATION Ronnie Bala National Program Officer Email address : hbala@iom.int hal. 8

72


(60)

b. Perpindahan yang dimaksud adalah terkait dengan proses masuk/keluar wilayah suatu negara

Di Indonesia, proses tersebut menjadi tidak sah atau tidak menurut hukum apabila melanggar ketentuan-ketentuan terkait dengan proses masuk/keluar dalam UU No. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian (pasal-pasal dlm Bab II, Pasal 24, 39, 44, 48, 53, dan 54 a & b)

Pengertian Imigran gelap adalah Migrasi yang terjadi di luar prosedur & aturan negara yang ada atau juga perpindahan manusia lewat batas negara yang menyalahi aturan imigrasi yang berlaku.73

Ada 4 situasi orang disebut imigran gelap:

a. Imigran yang masuk secara klandestin (sembunyi), dengan dokumen palsu; b. Menetap lebih dari waktu yang diijinkan (over-stay);

c. Korban jaringan people smuggling;

d. Sengaja melecehkan sistem suaka internasional.

73

Fachry Prayogi, Fenomena Imigran Gelap di Indonesia, http://wwww. Hukumonline.com. diakses tanggal 17 Juni 2010


(1)

terbatasnya. Izin masuk yang diberikan orang asing yang dibebaskan dari kewajiban memiliki visa berlaku sebagai izin kunjungan. Penyalahgunaan izin masuk keimigrasian akibat hukumnya dikenakan sanksi bagi yang bersangkutan atau pelanggar penyalahgunaan izin masuk akan dilakukan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dan keimigrasian bertindak serta berkoordinasi dengan kedutaan negara yang dimaksud, maka pelanggar bagi penyalahgunan izin masuk akan dideportasikan.

3. Penegakan Peraturan keimigrasian dilakukan oleh Dijen imigrasi dan Kepolisian didalam praktek pernah dilaksanakan oleh Dirjen imigrasi dengan didasarkan Pasal 50 Undang-undang nomor 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian jo Pasal 24 sampai Pasal 30 Peraturan Pemerintah Nomor 31 tahun 1994 tentang pengawasan orang asing dan tindakan keimigrasian jo Pasal 19 sampai Pasal 23 Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M.02-PW.09.02 tahun 1995 tentang Tata cara Pengawasan, Pengajuan Keberatan Orang Asing dan tindakan keimigrasian, adalah merupakan kewenangan bersifat khusus yang diberikan oleh Undang-undang kepada Pejabat Imigrasi untuk mengeluarkan keputusan guna melakukan tindakan Keimigrasian. Dengan demikian pejabat imigrasi berwenang melakukan tindakan administratif Keimigrasian dalam lingkup administrasi terhadap orang asing yang di duga melakukan penyalahgunaan izin Keimigrasian.


(2)

B. Saran

1. Permasalahan yang dihadapi dalam rangka untuk melakukan pengawasan di bidang keimigrasian perlu segara ditangani terutama untuk mencegah meluasnya praktek kejahatan yang sifatnya transnasional dan menghindari larinya orang yang sedang dalam proses hukum di Indonesia. Upaya yang akan dilakukan antara lain dengan pembangunan enhanced cekal system (ECS) yang dimaksudkan untuk mempermudah proses pencarian data ke seluruh wilayah Indonesia terhadap orang-orang yang perlu diwaspadai.

2. Di samping itu, bekerja sama dengan instansi terkait lainnya seperti Kepolisian RI, Bea cukai dan Ditjen Perhubungan Udara dan BNN akan mulai memanfaatkan system passanger name record (PNR) melalui passanger analysis unit (PAU) di mana sistem ini memungkinkan mendapatkan data penumpang langsung dari perusahaan penerbangan untuk dianalisa sesuai kebutuhan guna kepentingan identifikasi.dan disarankan menambahkan fasilitas sarana dan prasarana untuk melakukan aktifitas kerja dilingkungan keimigrasian. Dan meningkatkan profesionalisme Sumber Daya Manusia (SDM) yang bertugas di lapangan.

3. Mengamati kasus yang terjadi, perlu kiranya perhatian yang serius dari pemerintah negara Indonesia, khususnya aparat terkait, seperti Imigrasi perlu adanya pengawasan internal, untuk lebih bersungguh-sungguh dan berupaya meningkatkan kinerjanya demi terciptanya stabilitas dan keamanan nasional yang


(3)

tangguh dalam menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. perlu mendapat perhatian yang serius dari berbagai pihak yang terkait, dapat mengurangi jumlah imigran gelap yang masuk ke Indonesia, revisi Undang-undang keimigrasian merupakan salah satu cara untuk mengoptimalkan penegakan peraturan keimigrasian di Indoenesia. Bahwa tindakan keimigrasian terbukti lebih efektif dan efisien dalam segi biaya, waktu dan administrasi juga sebagai alat kepentingan negara dalam mengambil tindakan terhadap orang asing dalam rangka kegiatan intelijen dan keamanan negara.


(4)

DAFTAR PUSTAKA A. Buku

Ali, Ahmad Menguak Tabir Hukum, (Satu Kajian filosofis dan Sosiologis), Jakarta: Gunung Agung, 2002

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Grafitti Press, 2006.

Annual Digest of Public International Law Cases 1929-1930, Terjemahan J.G. Starke, Jakarta : Penerbit Aksara Pustaka Indonesia, 1990

George Whitecross Paton, A Text-Book of Jurisprudence, edisi kedua, (London: Oxford University Press, 1951

Hartono, Sunaryati, Penelitian Hukum di Indonesia Pada Akhir Abad ke-20, Bandung : Rineka Cipta, 1994.

IOM, Buku Petunjuk Bagi Petugas Dalam Rangka Penanganan Kegiatan Penyelundupan Manusia dan Tindak Pidana yang Berkaitan dengan Penyelundupan Manusia, Jakarta : 2009.

Ibrahim, Johnny, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2007.

Kabul, Imam, Paradigma Pembangunan Hukum di Indonesia, Yogyakarta: Kurnia Kalam, 2005.

Kusumaatmadja Mochtar, Pengantar Hukum Internasional,Jakarta : Bina Cipta 1976 Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Prenada

Media, 1997.

Marzuki, Petter Mahmud, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2006.

MD, Mahfud, Pergulatan Politik dan Hukum di Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1999.

Nasution, Bismar, Rezim Anti-Money Laundering Di Indonesia”, Book Terrace & Library, Bandung 2008


(5)

Riduan, Metode & Teknik Menyusun Tesis, Bandung : Bina Cipta, 2004.

Rasjidi Lili dan I.B. Wyasa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Grafindo, 2006. --- dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan

Singkat, Jakarta: Grafindo, 1990.

Starke J.G., Pengantar Hukum Internasional 2, edisi kesembilan (Jakarta : Penerbit Aksara Pustaka Indonesia cet 1984

Supranto, J., Metode Penelitian Hukum dan Statistik, Jakarta: Rineka Cipta, 2003.

Seksi Penyebaran Informasi Direktorat Lintas Batas dan Kerjasama Luar Negeri, Pemeriksaan Papor, Jakarta : Direktorat Jenderal Imigrasi, 2007.

Sutrisno, Djarot Profil dan Kegiatan Kantor Imigrasi Kelas II Belawan, Medan : Kantor Imigrasi Belawan, 2007

Sianturi, Irza Ratu Bagus Kapita Selekta Hukum Internasional, Jakarta : Akademi Imigrasi, 1998.

B. Artikel/Majalah/Jurnal

Direktorat Jenderal Imigrasi ,Penanganan Imigran Ilegal Di Indonesia Sudut Pandang Keimigrasian ,Medan, 15 Februari 2010

International Organization For Migration Ronnie Bala National Program Officer Email Address : Hbala@Iom.Int

Nasution, Bismar, Mengkaji Ulang Hukum Sebagai Landasan Pembangunan Ekonomi, Pidato pada Upacara Pengukuhan Guru Besar Tetap dalam llmu Hukum Ekonomi Fakultas Hukum USU, Medan: USU, 2004.

Roscoe Pound, “Social Control Through Law: Jural Postulets”, Cet.1, dikutip dalam Filsafat Hukum dari Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2001), hal. 578-579, dikutip dari Pound, Jurisprudence, Vol.3, hal.8-10, dikutip dari Stone, Human Law and Human Justice (1965)


(6)

C. Peraturan Perundang-undangan

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian.

D. Internet

http://www.google.com, Dirjen Imigrasi Penyuluhan Peraturan Keimigrasian Terpusat, 2008, diakses tanggal 20 Februari 2010

Basyir Ahmad Barmawi, “Penyuluhan Peraturan Keimigrasian Terpusat sbg Sarana

Evaluasi Pelaksana”, Dikutip dari http://www.infoanda.com/wap/id/link.php?l, diakses tanggal 04 Januari

2010.

http://www.legalitas.org/database/lain/.../ketpemruuimigrasi2007.pdf, Diakses tanggal 04 Januari 2010.

Andrie K. Wardana, “Penanganan Imigran Gelap”, Dikutip dari

http://nationfortressonline.blogspot.com/2009/08/penanganan-imigran-gelap.html, Diakses tanggal 04 Januari 2010.

http://news.id.finroll.com/news/14-berita-terkini/134488-____peranan-ominda-strategis-cegah-masuknya-imigran-gelap____.html, diakses tanggal 04 Januari 2010