Konsepsi Penegakan Peraturan Keimigrasian Dalam Mencegah Masuknya Imigran Illegal Ke Indonesia

2. Konsepsi

Guna menghindarkan perbedaan pengertian tentang istilah-istilah yang dipakai dalam penulisan ini, definisi operasional dari istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut: Illegal Migran ialah Migrasi yang terjadi diluar prosedur aturan negara yang ada. Atau juga perpindahan manusia lewat batas negara yang menyalahi aturan imigrasi yang berlaku. 25 Pengungsi refugee adalah sebagai akibat peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelum 1 Januari 1951 dan yang disebabkan oleh kecemasan yang sungguh-sungguh berdasar akan persekusi karena alasan-alasan ras, agama, kebangsaan, keanggotaan pada kelompok sosial tertentu atau opini politik, berada di luar negara kewarganegaraannya dan tidak dapat atau, karena kecemasan tersebut, tidak mau memanfaatkan perlindungan negara itu; atau seseorang yang tidak mempunyai kewarganegaraan dan berada di luar negara di mana ia sebelumnya biasanya bertempat tinggal, sebagai akibat peristiwa-peristiwa termaksud, tidak dapat atau, karena kecemasan tersebut, tidak mau kembali ke negara itu Ps. 1 Konvensi Jenewa Tahun 1951 tentang Pengungsi Definisi pengungsi diperluas cakupannya melalui Protokol Tambahan tahun 1967. 26 25 INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR MIGRATION Ronnie Bala National Program Officer Email address : hbalaiom.int hal. 8 26 Ibid hal. 10 Universitas Sumatera Utara Warga Negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. 27 Kewarganegaraan adalah segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara. 28 Menurut Blacks Law Dictionary, citizen is a person who, by either birth or naturalization, is a member of a political community, giving allegiance to the community and being entitled to enjoy all its civil rights and protections; a member of the civil state, entitled to all its privileges. 29 Bila dibicarakan mengenai hubungan warganegara dengan negara atau keanggotaan dalam negara, maka hubungan tersebut dinyatakan dengan istilah kewarganegaraan yang menyatakan hubungan atau ikatan hukum antara seorang individu dengan suatu negara atau keanggotaan daripada suatu negara. Dalam menyatakan hubungan atau ikatan hukum tersebut di masing-masing negara tidak dinyatakan dalam istilah yang sama dalam arti dan isinya. Terkadang digunakan istilah citizen, national atau subject yang penggunaannya sering membingungkan. 30 Kewarganegaraan citizenship adalah suatu status menurut hukum dari suatu negara yang memberi keuntungan-keuntungan hukum tertentu dan membebankan kewajiban-kewajiban tertentu kepada individu. Sedangkan kebangsaan nationality 27 UU No. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan, Pasal 1 ayat 1 28 UU No. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan, Pasal 1 ayat 2 29 Garner A. Bryan, Black’s Law Dictionary, Eighth Edition, Thomson West,USA,2004, hlm. 261. 30 B.P. Paulus, Op. Cit., hlm. 42. Universitas Sumatera Utara sebagai istilah hukum internasional menunjuk kepada ikatan yaitu ikatan seorang individu terhadap suatu negara yang memberi kepada suatu negara hak untuk mengatur atau melindungi nationals-nya, meski di luar negeri sekalipun. 31 Sudargo Gautama menyimpulkan bahwa pengertian pokok dari kewarganegaraan ialah ikatan antara individu dengan negara, yaitu individu merupakan anggota penuh secara politik dalam negara itu dan berkewajiban untuk tetap setia kepada negara permanence of allegiance, tetapi sebaliknya negara berkewajiban melindungi individu tersebut di manapun ia berada. 32 Pengertian kewarganegaraan sendiri menurut Kho Wan Sik dapat dibedakan atas : 1. Kewarganegaraan dalam arti yuridis juridische nationaliteit dan sosiologis sociologische nationaliteitsbegrip Kewarganegaraan dalam arti yuridis adalah ikatan hukum derechtsband antara negara dengan orang-orang pribadi natuurlijke personen yang karena ikatan itu menimbulkan akibat, bahwa orang-orang tersebut jatuh di bawah lingkungan kuasa pribadi dari negara yang bersangkutan atau dengan kata lain warga dari negara itu burgers van die Staat zijn. 33 Kewarganegaraan dalam arti sosiologis adalah kewarganegaraan yang tidak 31 Ibid, hlm. 46. 32 Sudargo Gautama, Warganegara dan Orang Asing, Cetakan 6, Alumni, Bandung, 1997, hlm. 21. 33 Kho Wan Sik, De Meervoudige Nationalteit: A.W. Sijthoff’s Uitgeversmaatschappij N.V., Leiden, 1957, hlm. 1. Universitas Sumatera Utara berdasarkan ikatan yuridis, tetapi sosial politik yang disebut natie. Kewarganegaraan yang sosiologis adalah kewarganegaraan yang terikat pada suatu negara oleh karena adanya perasaan kesatuan ikatan karena satu keturunan, kebersamaan sejarah, daerahtanah wilayah dan penguasa berkembang dalam suatu persekutuan daerah atau negara tempat ia tinggal. 34 Dari sudut kewarganegaraan sosiologis dapat dilihat bahwa kewarganegaraan yuridis mungkin tidak memiliki persyaratan kewarganegaraan sosiologis, sedangkan dari sudut kewarganegaraan sosiologis hanya satu persyaratan yang tidak dipenuhi yaitu persyaratan yuridis yang merupakan ikatan formal dengan negara tersebut dalam bentuk antara lain surat bukti. Terkadang kedua ikatan tersebut tidak bersamaan, sehingga sangatlah ideal apabila kewarganegaraan yuridis dan kewarganegaraan sosiologis itu manunggal dalam diri seorang warganegara. Kewarganegaraan da 2. lam arti formal dan materil formal en materiil g mengenai nationaliteitsbegrip Kewarganegaraan dalam arti formal gatranya adalah tempat kewarganegaraan itu dalam sistematika hukum karena menyangkut salah satu sendi dari negara, yaitu rakyat negara, maka kewarganegaraan itu terletak di bidang hukum publik, sebab kaidah-kaidah yan 34 Ibid, hlm. 1. Universitas Sumatera Utara adanya negara semata-mata bersifat publik publiekrechtelijk. Kewarganegaraan dalam arti materiil isinya adalah akibat hukum dari pengertian kewarganegaraan itu, yaitu apakah hak-hak dan kewajiban- kewajiban yang konkrit terhadap seseorang yang timbul dari pengertian kewarganegaraan itu atau dengan kata lain, apakah perbedaan yang timbul dari ikatan hukum antara kedudukan seorang warganegara dengan orang ukum maupun suatu status apabila dilihat dari sudut alam Blacks Law Dictionary juga disebutkan pengertian citizenship 36 the quality of a persons conduct as a member of a community. asing. Kho Wan Sik, melukiskan sifat hukum dari pengertian kewarganegaraan sebagai pertalian hukum antara negara dengan seorang manusia dengan akibat hukum, bahwa orang itu menjadi warganegara dan jatuh di bawah lingkungan kekuasaan pribadi personengebeid atau personal jurisdiction negara tersebut. Menurutnya juga bahwa kewarganegaraan itu bersifat baik suatu pertalian h perseorangan. 35 D adalah: 1 the status of being a citizen; 35 Ibid, hlm. 2. 36 Garner A. Bryan, Op. Cit., hlm. 261. Universitas Sumatera Utara Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau ke luar wilayah Negara Republik Indonesia dan pengawasan orang asing di wilayah Negara Republik Indonesia. 37 Wilayah Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat wilayah Indonesia adalah seluruh wilayah Negara Republik Indonesia yang meliputi darat, laut, dan udara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 38 Surat Perjalanan adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang dari suatu negara yang memuat identitas pemegangnya dan berlaku untuk melakukan perjalanan antar negara. 39 Tempat Pemeriksaan Imigrasi adalah pelabuhan, bandar udara, atau tempat- tempat lain yang ditetapkan oleh Menteri sebagai tempat masuk atau ke luar wilayah Indonesia. 40 Orang Asing adalah orang bukan Warga Negara Republik Indonesia. 41 Visa untuk Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Visa adalah izin tertulis yang diberikan oleh pejabat yang berwenang pada Perwakilan Republik Indonesia atau di tempat lainnya yang ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia 37 UU RI No. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian, Pasal 1 ayat 1 38 UU RI No. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian, Pasal 1 ayat 2 39 UU RI No. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian, Pasal 1 ayat 3 40 UU RI No. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian, Pasal 1 ayat 4 41 UU RI No. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian, Pasal 1 ayat 6 Universitas Sumatera Utara yang memuat persetujuan bagi orang asing untuk masuk dan melakukan perjalanan ke wilayah Indonesia. 42 Izin Masuk adalah izin yang diterakan pada Visa atau Surat Perjalanan orang asing untuk memasuki wilayah Indonesia yang diberikan oleh Pejabat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi. 43 Izin Masuk Kembali adalah izin yang diterakan pada Surat Perjalanan orang asing yang mempunyai izin tinggal di Indonesia untuk masuk kembali ke wilayah Indonesia. 44 Tanda Bertolak adalah tanda tertentu yang diterakan oleh Pejabat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi dalam Surat Perjalanan setiap orang yang akan meninggalkan wilayah Indonesia. 45 Alat Angkut adalah kapal laut, pesawat udara, atau sarana transportasi lainnya yang lazim dipergunakan untuk mengangkut orang. 46 Pencegahan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap orang orang tertentu untuk ke luar dari wilayah Indonesia berdasarkan alasan tertentu. 47 42 UU RI No. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian, Pasal 1 ayat 7 43 UU RI No. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian, Pasal 1 ayat 8 44 UU RI No. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian, Pasal 1 ayat 9 45 UU RI No. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian, Pasal 1 ayat 10 46 UU RI No. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian, Pasal 1 ayat 11 47 UU RI No. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian, Pasal 1 ayat 12 Universitas Sumatera Utara Penangkalan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap orang-orang tertentu untuk masuk ke wilayah Indonesia berdasarkan alasan tertentu. 48 Tindakan Keimigrasian adalah tindakan administratif dalam bidang keimigrasian di luar proses peradilan. 49 Karantina Imigrasi adalah tempat penampungan sementara bagi orang asing yang dikenakan proses pengusiran atau deportasi atau tindakan keimigrasian lainnya. 50 Penegakan adalah tindakan disiplin yang berdampak pada berjalannya peraturan adalah seperangkat aturan yang mengatur tentang sebuah sistem Illegal adalah suatu tindakan yang tidak sesuai dengan peraturan perundang- undangan tidak sesuai dengan hukum yang berlaku Pengusiran atau deportasi adalah tindakan mengeluarkan orang asing dari wilayah Indonesia karena keberadaannya tidak dikehendaki. 51

G. Metode Penelitian

Metode penelitian digunakan dalam suatu penelitian ilmiah. Penelitian ilmiah ialah penalaran yang mengikuti suatu alur berfikir atau logika yang tertentu dan yang menggabungkan metode induksi empiris, karena penelitian 48 UU RI No. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian, Pasal 1 ayat 13 49 UU RI No. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian, Pasal 1 ayat 14 50 UU RI No. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian, Pasal 1 ayat 15 51 UU RI No. 9 tahun 1992 tentang Keimigrasian, Pasal 1 ayat 16 Universitas Sumatera Utara ilmiah selalu menuntut pengujian dan pembuktian empiris dan hipotesis- hipotesis atau teori yang disusun secara deduktif. 52 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Metode penelitian normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal doctrinal research yaitu suatu penelitian yang menganalisis hukum baik yang tertulis didalam buku law as it is written in the book, maupun hukum yang diputuskan oleh hakim melalui proses pengadilan law it is decided by the judge through judicial process 53 Penelitian hukum normatif berdasarkan data sekunder dan menekankan pada langkah-langkah spekulatif-teoritis dan analisis normatif-kualitatif. 54 Jadi disimpulkan bahwa metode yang digunakan adalah metode penelitian normatif yang merupakan prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya. 55 Logika keilmuan yang juga dalam penelitian hukum normatif dibangun berdasarkan disiplin ilmiah dan cara-cara kerja ilmu hukum normatif, yaitu ilmu hukum yang objeknya hukum itu sendiri. Penelitian hukum ini dikatakan juga penelitian yang ingin menelaah sinkronisasi suatu peraturan perundang-undangan, yang dilakukan secara vertikal dan horizontal. Ditelaah secara vertikal berarti akan dilihat bagaimana hirarkisnya, sedangkan secara 52 Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia Pada Akhir Abad ke-20, Bandung : Rineka Cipta, 1994, hal. 105. 53 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Grafitti Press, 2006, hal. 118. 54 J. Supranto, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, Jakarta: Rineka Cipta, 2003, hal. 3. 55 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2007, hal. 57. Universitas Sumatera Utara horizontal adalah sejauh mana peraturan perundang-undangan yang mengatur pelbagai bidang itu mempunyai hubungan fungsional secara konsisten.

1. Tipe atau Jenis Penelitian