Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

terjadinya perceraian itu sangat penting. Selain itu perceraian akan banyak berdampak negatif baik secara psikologis, sosial dan ekonomi. 3 Dampak perceraian dari segi kejiwaan akan memberikan dampak negatif terhadap jiwa orang-orang yang terlibat. Ada sebuah kajian di Ottawa menyatakan bahwa pria maupun wanita akan mengalami depresi dua tahun pertama perceraian. Menurut penelitian ini, ternyata pria yang berusia 20-64 tahun yang telah mengalami perceraian atau perpisahan, enam kali lebih banyak merasa tertekan, dibanding mereka yang tetap dalam hubungan pernikahan. Sedangkan wanita hanya 3.5 lebih depresi dibandingkan mereka yang bertahan dalam pernikahan. 4 Adapun dari segi perekonomian perceraian itu memberi beban tambahan kepada mantan suami istri, dan lebih-lebih kepada mantan istri yang tidak mempunyai penghasilan karena bergantung kepada suami. Sedangkan dari segi sosial, perceraian menyebabkan pekat atau penyakit masyarakat misalnya pencurian, penodongan, pelacuran, mabuk-mabukan, perjudian dan narkoba, hal tersebut merupakan tindakan asusila dan kriminal yang dilakukan oleh orang- orang yang bersal dari keluarga broken home. Pelaku-pelaku pekat ini biasanya tidak mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang secukupnya dari rumah, sehingga mereka melampiaskan hal 3 Mendesak, Revitalisasi Keluarga sakinah, diakses Pada tanggal 2 September 2010 dari http:bimasislam. depag. go. Id. 4 Muhamad Ichsan, Jagan Pernah Bercerai, Yogyakarta: Ichsan Media, 2009, h. 14. tersebut bersama kawan-kawan mereka yang mempunyai kecenderungan yang sama. 5 Keluarga adalah asas masyarakat, jika seluruh anggota keluarga tidak mendapatkan pendidikan awal yang mencukupi dari rumah maka sangat dikhawatirkan mereka akan keluar rumah dan bergabung didalam lingkungan jahat yang akan mendorong mereka kearah yang tidak baik. Ketika menjalani kehidupan berkeluarga, maka tentu ada saja waktu terjadinya perselisihan antara dua pasangan suami istri. Karena itu komunikasi sangat penting untuk dijaga oleh kedua belah pihak. Untuk mengatasi permasalahan yang seyogyanya akan timbul didalam kehidupan berumah tangga, maka pemerintah telah memberikan solusi berupa tindakan preventif agar kedua calon suami dan istri memahami secara benar makna dan tujuan pernikahan itu sendiri sehingga terwujudlah keluarga harmonis. Sebagai respon tersebut, pemerintah telah memberikan tugas kepada BP4 sebagai lembaga semi resmi yang telah menjalin kerja sama dengan KEMENAG Kementerian Agama sejak 1960. Lembaga pemerintah yang bertugas untuk memberikan pembinaan calon pengantin pra nikah melalui lembaga Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian 5 Ibid., h. 14. Perkawinan atau sering disingkat dengan BP4 dan konsultasi keluarga pasca menikah di bawah naungan KEMENAG dengan SK Menag No. 85 tahun 1961. 6 Melalui KMA No.477 Tahun 2004, Pemerintah mengamanatkan agar sebelum pernikahan dilangsungkan, setiap calon pengantin harus diberikan wawasan terlebih dahulu tentang arti sebuah rumah tangga melalui kursus bimbingan kepada calon pasangan suami istri atau suscatin kursus calon pengantin. Ada banyak hal yang diberikan dalam masa kursus calon penantin suscatin ini antara lain tujuan pernikahan, psikologi keluarga dan reproduksi sehat keluarga. Program ini mestinya mampu menjadi modal awal bagi kedua calon suami istri untuk membina keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah sebelum memasuki jenjang pernikahan yaitu berupa akad nikah sesuai dengan prosedur hukum Islam di Indonesia yang berlaku. Pasca menikah, kedua pasangan ini pada hakikatnya juga diberikan ruang seluas-luasnya untuk meminta nasihat kepada pihak pemerintah di atas, ketika rumah tangga mengalami permasalahan karena memang sejatinya dalam menjalani kehidupan keluarga akan dihadapkan pada banyak permasalahan, baik masalah kecil yang bisa diselesaikan secara kekeluargaan sampai permasalahan besar yang berujung pada pemutusan ikatan perkawinan di Pengadilan Agama. 6 Proyek Pembinaan Keluarga Sakinah, 2004. Fungsi BP4 bertujuan untuk bimbingan kepada calon suami istri yang akan menikah dan sebagai lembaga konseling bagi pasangan suami istri yang telah berumah tangga yang mengalami krisis rumah tangga yaitu dengan membantu para keluarga yang tersandung masalah agar dibantu untuk memberikan solusinya, sehingga perceraian sebagai sesuatu yang halal namun dibenci Allah SWT tidak terjadi ataupun sungguh-sungguh menjadi pintu darurat, bukan menjadi hal biasa dan mudah dilakukan sebagaimana dewasa ini. 7 Jika peranan ini berfungsi dengan optimal, maka pemutusan tali perkawinan nampaknya akan mampu di bendung atau paling tidak di minimalisir, karena masing-masing pasangan suami istri benar-benar mampu mengerti makna sebuah perkawinan dan siap menghadapi berbagai macam problem yang seyogyanya timbul dalam kehidupan berumah tangga. Selain itu tujuan perkawinan yaitu membentuk keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah sebagai bentuk rumah tangga idaman setiap pasangan bukan tidak mungkin akan terwujud. Untuk sekedar gambaran, kasus-kasus perceraian yang terjadi setiap saat seolah-olah sangat mencerminkan tidak harmonisnya kehidupan berumah tangga muslim di Negara Indonesia. Misalnya saja di kota Bekasi pada tahun 2009 angka perceraian mencapai 211 kasus dan tahun 2010 mencapai 276 kasus dan 7 Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Pembinaan Syariat Islam, Modul Pelatihan Motivator Keluarga Sakinah, Jakarta: Dirjen Bimas, 2006. bisa diprediksi hingga akhir tahun 2011 akan mencapai 300 kasus, angka ini sungguh sangat mengagetkan dan memprihatinkan. 8 Berdasarkan hal tersebut, tujuan pernikahan untuk terbentuknya hidup berkeluarga yang sakinah masih sangat jauh, karena dari tahun ke tahun angka perceraian ditengah-tengah masyarakat Indonesia meningkat. Melihat data perceraian di atas meningkat dengan berbagai macam alasan, misalnya alasan kekerasan dalam rumah tangga, ekonomi, perselingkuhan dan lain sebagainya sebagai fenomena sosial yang terjadi di atas menggugah rasa keingintahuan penulis untuk menelisik lebih jauh peranan BP4 selaku badan bimbingan bagi keluarga dan konseling yang diharapkan mampu mewujudkan tujuan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah menurut ajaran Islam dan peran mediasi yang dilakukan oleh Pengadilan Agama, untuk mencapai masyarakat dan bangsa Indonesia yang maju, mandiri, sejahtera materil dan spirituil. Berdasarkan permasalahan di atas peneliti tertarik untuk mengambil judul “PERAN BP4 DAN TIM MEDIATOR DALAM MEMBINA KELUARGA SAKINAH” dengan studi kasus di KUA Bekasi Barat dan PA Bekasi. 8 Subag Kepegawaian Pengadilan Agama Bekasi

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Adapun dalam penelitian skripsi ini agar tidak meluas dan mudah dipahami maka penulis membatasinya yaitu pada peran BP4 dan konsep mediasi dalam membina keluarga sakinah di KUA Kec. Bekasi Barat dan PA Bekasi yang mengacu pada UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan dan PERMA No. 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pangadilan Agama.

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam skrisip ini adalah berdasarkan SK Menag No. 85 Tahun 1961, bahwasanya lembaga BP4 bertugas memberikan bimbingan, pembinaan, penasihatan dan konsultasi kepada pasangan suami istri apabila terjadi perselisihan yang berujung pada percerai, namun pada kenyataan saat ini fungsi dari BP4 itu tersendiri tidak berjalan dengan semestinya, banyak pasangan suami istri tidak memanfaatkan lembaga tersebut atau bahkan tidak tahu, kebanyakan dari mereka langsung ke PA dan melakukan mediasi disana, namun hanyalah perceraian yang ada, sedikit sekali mediasi di PA yang berhasil. Seharusnya pasangan suami istri sebelum melakukan perceraian harus melalui proses mediasi terlebih dahulu di BP4 yang ada di KUA sebelum ke PA. Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kinerja BP4 dan Tim mediator dalam membina keluarga sakinah? 2. Apakah BP4 telah menjalankan dan mengoptimalkan kepenasihatanya dalam membina keluarga sakinah? 3. Kendala apa saja yang menjadi penghambat dan bagaimana solusi BP4 KUA Kec. Bekasi Barat menjalankan fungsi kepenasihatanya dalam membina keluarga sakinah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan

1. Sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Syariah pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Untuk mengetahui bagaimana kinerja BP4 di KUA Kec. Bekasi Barat dalam membina keluarga sakinah. 3. Untuk mengetahui apakah BP4 telah menjalankan dan mengoptimalkan fungsi kepanisahatannya. 4. Untuk mengetahui kendala dan solusi penasihat BP4 di KUA Kec. Bekasi Barat dalam menjalankan fungsi kepenasihatanya untuk membina keluarga sakinah.

2. Manfaat

1. Secara akademik, sebagai pengembangan ilmu pengetahuan bidang Ahwal As-Syakhsiyyah. 2. Dapat memberikan wawasan kepada penulis secara pribadi tetang peranan BP4 dalam membina keluarga sakinah. 3. Sebagai salah satu refrensi bagi penelitian yang berkaitan dengan peranan BP4 dalam membina keluarga sakinah. 4. Memberiakan masukan positif dan saran kepada BP4 khususnya petugas agar lebih optimal dalam melaksanakan tugasnya sebagai penasihat. 5. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai peranan BP4 dan PA dalam membina keluarga sakinah.

D. Review Studi

1. Skripsi tentang “Peran petugas BP4 terhadap pembentukan keluarga sakinah di kabupaten Magelang-UIN 2001” , oleh Sulaiman Affandi, peneliti ini berpendapat bahwa dalam menjalankna tugasnya belum maksimal, yakni masih terhenti pada tingkat idealis-normatif. Kemudian dalam tingkat realistis empiris belum terwujud secara keseluruhan. Implikasi di kabupaten Magelang masih belum optimal, indikatornya adalah masih rendahnya pasangan yang melakukan rujuk, angka talak masih tinggi dan angka perceraian masih tinggi.