Peran BP4 dan tim mediator dalam membina keluarga sakinah: studi kasus di KUA Bekasi Barat dan PA Bekasi

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S. Sy)

Oleh :

AHMAD ZAKIE NIM: 107044101945

K O N S E N T R A S I PE R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL AS-SYAKHSIYYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A


(2)

(3)

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya, yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 13 Mei 2011


(5)

i Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, yang telah memberikan rahmat dan kasih sayangnya kepada umat manusia yang ada dimuka bumi ini, khususnya kepada penulis. Shalawat serta salam kita sanjungkan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan ummatnya hingga akhir zaman.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini penulis menyadari bahwa rintangan dan hambatan yang terus menerus datang silih berganti. Berkat bantuan dan motivasi dari berbagai pihak maka segala kesulitan dan hambatan tersebut dapat diatasi dan tentunya dengan izin ALLAH SWT, serta dengan wujud yang berbeda-beda dapat diminimalisir dengan adanya nasihat-nasihat atau dukungan yang diberikan oleh keluarga dan teman-teman penulis.

Pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan rasa terima kasih yang tiada terhingga untuk semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil kepada penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini. Tentunya kepada yth :


(6)

ii

1. Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta serta Pembantu Dekan I, II, III Fakultas Syariah dan Hukum.

2. Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA. Ketua Program Studi Ahwal Syakhsiyyah, serta ibu Hj. Rosdiana, MA. Selaku Sekretaris Program Studi Ahwal Syakhsiyyah yang telah bekerja dengan maksimal.

3. Dr. KH. A. Juaini Syukri, Lcs., MA. menjadi pembimbing skripsi yang telah banyak membimbing, memberikan pencerahan, motifasi, semangat dan ilmunya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu-ilmu yang tak ternilai harganya, seluruh staf dan karyawan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan bagian Tata Usaha Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan pelayanan dengan baik.

5. Teristimewa untuk kedua orang tua penulis yaitu ayahanda H. Ahmad Zaini Yusuf, S. Pd. I dan ibunda Hj. Halimatussadiah, S. Pd. I yang telah memberikan motivasi dan arahan yang tak pernah jenuh serta tak henti-hentinya mendoakan penulis dalam menempuh pendidikan. Juga kepada adik penulis Ulfah Solehah, Hilwah, Huzair, dan Muhammad Hazir yang selalu memberikan doa, dukungan dan semangat dengan penuh keikhlasan dan kesabaran yang tiada tara.

6. Penyemangat hidupku yang selama ini menyemangati jalannya penulisan skripsi ini yang tak kenal lelah untuk terus memberi dukungan penuh kepada penulis.


(7)

iii

memberikan semangat dan hiburan kepada penulis.

9. Teman-teman Program Studi Peradilan Agama Angkatan 2007 yang telah memberikan masukan, saran, motifasi dan menghibur kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan banyak yang perlu diperbaiki lebih dalam. Oleh karena itu, saran dan kritik penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan setiap pembaca pada umumnya serta menjadi amal baik di sisi Allah SWT. Semoga setiap bantuan, doa, motivasi yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 13 Mei 2011


(8)

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

D. Review Studi... 10

E. Metode Penelitian ... 12

F. Sistematika Penulisan... 16

BAB II LANDASAN TEORITIS A. BP4 ... 17

1. Pengertian ... 17

2. Sejarah Singkat dan Dasar Hukum ... 18

3. Fungsi ... 22

B. Tim Mediator ... 23

C. Konsep Keluaraga Sakinah Menurut Islam ... 26

BAB III POTRET KUA KEC. BEKASI BARATDAN PA BEKASI A. Potret KUA Kec. Bekasi Barat ... 29

1. Sejarah Dan Letak Geografis KUA Kec. Bekasi Barat ... 29

2. Visi Dan Misi ... 30


(9)

v

B. Potret PA Bekasi ... 40

1. Sejarah Dan Letak Geografis PA Bekasi ... 40

2. Visi Dan Misi ... 42

3. Srtuktur Organisasi ... 43

4. Daftar Jumlah Pejabat ... 45

5. Wilayah Yuridiksi ... 45

BAB IV KINERJA DAN KEBERHASILAN BP4 DAN TIM MEDIATOR DALAM MEMBINA KELUARGA SAKINAH A. Pelaksanaan Fungsi Kepenasihatan ... 47

B. Konsep Mediasi Pengadilan Agama dan BP4 ... 49

C. Kendala dan Solusi BP4 dalam Membina Keluarga Sakinah ... 52

D. Peran BP4 dan Tim Mediator ... 58

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 66

B. Saran-saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 70


(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Perkawinan merupakan akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalididzan, untuk mentaati perintah Allah SWT dan melaksanakannya merupakan ibadah. Al-Qur’an menyatakan bahwa, hai sekalian manusia bertaqwalah kamu kepada Tuhan Mu yang menciptkan kamu dari seorang diri, hal tersebut dijelaskan dalam QS. An-Nisa ayat 1.

Perkawinan sangat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun kelompok. Dengan jalan perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara terhormat sesuai kedudukan manusia sebagai makhluk yang berkehormatan. Pergaulan hidup berumah tangga dibina dalam suasana damai, tentram dan rasa kasih sayang antara suami dan istri. Anak keturunan dari hasil perkawinan yang sah menghiasi kehidupan keluarga dan sekaligus merupakan kelangsungan hidup manusia secara bersih dan berkehormatan.1

Islam memandang Kehidupan berumah tangga bukan hanya sebagai persekutuan hidup terkecil saja, tetapi lebih dari itu sebagai lembaga pendidikan

1


(11)

masyarakat yang dapat terjadinya kecelakaan dan bahagianya anggota keluarga, baik kehidupan akhirat kelak, bahkan menjadi persekutuan yang lebih besar yaitu Negara, kehancuran sendi-sendi rumah tangga dalam suatu bangsa lambat laun akan disusul oleh kehancuran bangsa itu sendiri.

Rumah tangga dapat di ibaratkan seperti Negara kecil, dimana orang tua sebagi dwi tunggal pimpinannya. Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah SAW bahwa tiap-tiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan ditanya tentang kepemimpinan terhadap yang dipimpinnya. Seorang pemimpin akan ditanya tentang kepemimpinannya terhadap rakyatnya.2

Sebagai pemimpin dalam rumah tangga orang tua bertanggug jawab penuh terhadap pemeliharaan, merawat, memberi pendidikan bagi anak-anaknya dengan jalan memberi teladan yang baik dalam kehidupan rumah tangga. Keberhasilan pembangunan tidak bisa dilepaskan dari peran keluarga.

Keluarga adalah basis pertama yang akan menentukan langkah pertama arah pembangunan. Ibarat bangunan, keluarga adalah pondasinya. Jika pondasi itu kuat, maka bangunan pun akan kokoh. Menurut Dirjen Bimas Islam Nasaruddin Umar, tanpa keluarga sakinah mustahil pembangunan dapat berjalan. Berdasarkan hal ini, segala usaha untuk mencegah dan menghindari

2


(12)

3

terjadinya perceraian itu sangat penting. Selain itu perceraian akan banyak berdampak negatif baik secara psikologis, sosial dan ekonomi.3

Dampak perceraian dari segi kejiwaan akan memberikan dampak negatif terhadap jiwa orang-orang yang terlibat. Ada sebuah kajian di Ottawa menyatakan bahwa pria maupun wanita akan mengalami depresi dua tahun pertama perceraian. Menurut penelitian ini, ternyata pria yang berusia 20-64 tahun yang telah mengalami perceraian atau perpisahan, enam kali lebih banyak merasa tertekan, dibanding mereka yang tetap dalam hubungan pernikahan. Sedangkan wanita hanya 3.5 lebih depresi dibandingkan mereka yang bertahan dalam pernikahan.4

Adapun dari segi perekonomian perceraian itu memberi beban tambahan kepada mantan suami istri, dan lebih-lebih kepada mantan istri yang tidak mempunyai penghasilan karena bergantung kepada suami. Sedangkan dari segi sosial, perceraian menyebabkan pekat atau penyakit masyarakat misalnya pencurian, penodongan, pelacuran, mabuk-mabukan, perjudian dan narkoba, hal tersebut merupakan tindakan asusila dan kriminal yang dilakukan oleh orang-orang yang bersal dari keluarga broken home.

Pelaku-pelaku pekat ini biasanya tidak mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang secukupnya dari rumah, sehingga mereka melampiaskan hal

3

Mendesak, Revitalisasi Keluarga sakinah, diakses Pada tanggal 2 September 2010 dari http://bimasislam. depag. go. Id.

4


(13)

tersebut bersama kawan-kawan mereka yang mempunyai kecenderungan yang sama.5

Keluarga adalah asas masyarakat, jika seluruh anggota keluarga tidak mendapatkan pendidikan awal yang mencukupi dari rumah maka sangat dikhawatirkan mereka akan keluar rumah dan bergabung didalam lingkungan jahat yang akan mendorong mereka kearah yang tidak baik.

Ketika menjalani kehidupan berkeluarga, maka tentu ada saja waktu terjadinya perselisihan antara dua pasangan suami istri. Karena itu komunikasi sangat penting untuk dijaga oleh kedua belah pihak. Untuk mengatasi permasalahan yang seyogyanya akan timbul didalam kehidupan berumah tangga, maka pemerintah telah memberikan solusi berupa tindakan preventif agar kedua calon suami dan istri memahami secara benar makna dan tujuan pernikahan itu sendiri sehingga terwujudlah keluarga harmonis.

Sebagai respon tersebut, pemerintah telah memberikan tugas kepada BP4 sebagai lembaga semi resmi yang telah menjalin kerja sama dengan KEMENAG (Kementerian Agama) sejak 1960.

Lembaga pemerintah yang bertugas untuk memberikan pembinaan calon pengantin pra nikah melalui lembaga Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian

5


(14)

5

Perkawinan atau sering disingkat dengan BP4 dan konsultasi keluarga pasca menikah di bawah naungan KEMENAG dengan SK Menag No. 85 tahun 1961.6

Melalui KMA No.477 Tahun 2004, Pemerintah mengamanatkan agar sebelum pernikahan dilangsungkan, setiap calon pengantin harus diberikan wawasan terlebih dahulu tentang arti sebuah rumah tangga melalui kursus bimbingan kepada calon pasangan suami istri atau suscatin (kursus calon pengantin).

Ada banyak hal yang diberikan dalam masa kursus calon penantin (suscatin) ini antara lain tujuan pernikahan, psikologi keluarga dan reproduksi sehat keluarga. Program ini mestinya mampu menjadi modal awal bagi kedua calon suami istri untuk membina keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah sebelum memasuki jenjang pernikahan yaitu berupa akad nikah sesuai dengan prosedur hukum Islam di Indonesia yang berlaku.

Pasca menikah, kedua pasangan ini pada hakikatnya juga diberikan ruang seluas-luasnya untuk meminta nasihat kepada pihak pemerintah di atas, ketika rumah tangga mengalami permasalahan karena memang sejatinya dalam menjalani kehidupan keluarga akan dihadapkan pada banyak permasalahan, baik masalah kecil yang bisa diselesaikan secara kekeluargaan sampai permasalahan besar yang berujung pada pemutusan ikatan perkawinan di Pengadilan Agama.

6


(15)

Fungsi BP4 bertujuan untuk bimbingan kepada calon suami istri yang akan menikah dan sebagai lembaga konseling bagi pasangan suami istri yang telah berumah tangga yang mengalami krisis rumah tangga yaitu dengan membantu para keluarga yang tersandung masalah agar dibantu untuk memberikan solusinya, sehingga perceraian sebagai sesuatu yang halal namun dibenci Allah SWT tidak terjadi ataupun sungguh-sungguh menjadi pintu darurat, bukan menjadi hal biasa dan mudah dilakukan sebagaimana dewasa ini.7

Jika peranan ini berfungsi dengan optimal, maka pemutusan tali perkawinan nampaknya akan mampu di bendung atau paling tidak di minimalisir, karena masing-masing pasangan suami istri benar-benar mampu mengerti makna sebuah perkawinan dan siap menghadapi berbagai macam problem yang seyogyanya timbul dalam kehidupan berumah tangga. Selain itu tujuan perkawinan yaitu membentuk keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah sebagai bentuk rumah tangga idaman setiap pasangan bukan tidak mungkin akan terwujud.

Untuk sekedar gambaran, kasus-kasus perceraian yang terjadi setiap saat seolah-olah sangat mencerminkan tidak harmonisnya kehidupan berumah tangga muslim di Negara Indonesia. Misalnya saja di kota Bekasi pada tahun 2009 angka perceraian mencapai 211 kasus dan tahun 2010 mencapai 276 kasus dan

7

Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Pembinaan Syariat Islam, Modul Pelatihan Motivator Keluarga Sakinah, (Jakarta: Dirjen Bimas, 2006).


(16)

7

bisa diprediksi hingga akhir tahun 2011 akan mencapai 300 kasus, angka ini sungguh sangat mengagetkan dan memprihatinkan.8

Berdasarkan hal tersebut, tujuan pernikahan untuk terbentuknya hidup berkeluarga yang sakinah masih sangat jauh, karena dari tahun ke tahun angka perceraian ditengah-tengah masyarakat Indonesia meningkat.

Melihat data perceraian di atas meningkat dengan berbagai macam alasan, misalnya alasan kekerasan dalam rumah tangga, ekonomi, perselingkuhan dan lain sebagainya sebagai fenomena sosial yang terjadi di atas menggugah rasa keingintahuan penulis untuk menelisik lebih jauh peranan BP4 selaku badan bimbingan bagi keluarga dan konseling yang diharapkan mampu mewujudkan tujuan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah menurut ajaran Islam dan peran mediasi yang dilakukan oleh Pengadilan Agama, untuk mencapai masyarakat dan bangsa Indonesia yang maju, mandiri, sejahtera materil dan spirituil.

Berdasarkan permasalahan di atas peneliti tertarik untuk mengambil judul “PERAN BP4 DAN TIM MEDIATOR DALAM MEMBINA KELUARGA SAKINAH” dengan studi kasus di KUA Bekasi Barat dan PA Bekasi.

8


(17)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Adapun dalam penelitian skripsi ini agar tidak meluas dan mudah dipahami maka penulis membatasinya yaitu pada peran BP4 dan konsep mediasi dalam membina keluarga sakinah di KUA Kec. Bekasi Barat dan PA Bekasi yang mengacu pada UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan dan PERMA No. 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pangadilan Agama.

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam skrisip ini adalah berdasarkan SK Menag No. 85 Tahun 1961, bahwasanya lembaga BP4 bertugas memberikan bimbingan, pembinaan, penasihatan dan konsultasi kepada pasangan suami istri apabila terjadi perselisihan yang berujung pada percerai, namun pada kenyataan saat ini fungsi dari BP4 itu tersendiri tidak berjalan dengan semestinya, banyak pasangan suami istri tidak memanfaatkan lembaga tersebut atau bahkan tidak tahu, kebanyakan dari mereka langsung ke PA dan melakukan mediasi disana, namun hanyalah perceraian yang ada, sedikit sekali mediasi di PA yang berhasil. Seharusnya pasangan suami istri sebelum melakukan perceraian harus melalui proses mediasi terlebih dahulu di BP4 yang ada di KUA sebelum ke PA.


(18)

9

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kinerja BP4 dan Tim mediator dalam membina keluarga sakinah?

2. Apakah BP4 telah menjalankan dan mengoptimalkan kepenasihatanya dalam membina keluarga sakinah?

3. Kendala apa saja yang menjadi penghambat dan bagaimana solusi BP4 KUA Kec. Bekasi Barat menjalankan fungsi kepenasihatanya dalam membina keluarga sakinah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan

1. Sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Syariah pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Untuk mengetahui bagaimana kinerja BP4 di KUA Kec. Bekasi Barat

dalam membina keluarga sakinah.

3. Untuk mengetahui apakah BP4 telah menjalankan dan mengoptimalkan fungsi kepanisahatannya.

4. Untuk mengetahui kendala dan solusi penasihat BP4 di KUA Kec. Bekasi Barat dalam menjalankan fungsi kepenasihatanya untuk membina keluarga sakinah.


(19)

2. Manfaat

1. Secara akademik, sebagai pengembangan ilmu pengetahuan bidang Ahwal As-Syakhsiyyah.

2. Dapat memberikan wawasan kepada penulis secara pribadi tetang peranan BP4 dalam membina keluarga sakinah.

3. Sebagai salah satu refrensi bagi penelitian yang berkaitan dengan peranan BP4 dalam membina keluarga sakinah.

4. Memberiakan masukan positif dan saran kepada BP4 khususnya petugas agar lebih optimal dalam melaksanakan tugasnya sebagai penasihat.

5. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai peranan BP4 dan PA dalam membina keluarga sakinah.

D. Review Studi

1. Skripsi tentang “Peran petugas BP4 terhadap pembentukan keluarga sakinah di kabupaten Magelang-UIN 2001”, oleh Sulaiman Affandi, peneliti ini berpendapat bahwa dalam menjalankna tugasnya belum maksimal, yakni masih terhenti pada tingkat idealis-normatif. Kemudian dalam tingkat realistis empiris belum terwujud secara keseluruhan. Implikasi di kabupaten Magelang masih belum optimal, indikatornya adalah masih rendahnya pasangan yang melakukan rujuk, angka talak masih tinggi dan angka perceraian masih tinggi.


(20)

11

Dari segi prosedural dan kepercayaan masyarakat, ditemukan segi kelemahan pada petugas BP4, yakni secara prosedur dalam pengurusan perselisihan sering diloncati (klien langsung ke Pengadilan Agama tidak melalui BP4 kecamatan terlebih dahulu). Karena problem kepercayaan, karena klien tidak mau mengkonsultasikan masalah pribadi keluarganya di BP4 Kecamatan.

Persoalan tersebut sama dengan BP4 yang akan saya teliti namun berbeda lokasi yakni di BP4 Kec. Bekasi Barat, masih belum adanya solusi untuk mengurangi angka perceraian dan untuk menumbuhkan rasa percaya klien terhadap BP4.

2. Skripsi tentang “Peran dan kontribusi BP4 dalam meningkatkan kualitas perkawinan di kecamatan Cijeunjing kabupaten Ciamis Jawa Barat-UIN 2008” oleh Nurjamil, peneliti mengatakan bahwa peran BP4 dalam menjalankan tugasnya untuk meningkatkan kualitas perkawinan di Kec. Cijeunjing belum maksimal, karena masih tingginya angka perceraian, dengan demikian keberhasilan meningkatkan kualitas perkawinan belum tercapai.

Atas dasar tersebut BP4 Kec. Cijeunjing belum melakukan tugas penyuluhan secara professional dan faktor pendukung yang sangat minim. Sama halnya dengan tempat saya yang akan teliti di KUA Kec. Bekasi Barat yang masih banyak kasus perceraian dan faktor kelemahan para petugas BP4 yang kurang professional. Penelitian tersebut sama namun


(21)

tempat yang diteliti berbeda dan akan menjawab persoalan yang belum tuntas pada penelitian yang sebelumnya.

3. Skripsi tentang “Peran BP4 dalam Mensukseskan Perkawinan di KUA Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok-UIN 2010” oleh Noor Zaman dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa peneliti lebih menekankan kepada upaya mewujudkan perkawinan yang sukses dengan menguraikan indikator sebagai alat ukurnya. Namun belum optimal karena masih ada kelemahan yang belum ada solusinya, penelitian ini sama dengan penelitian saya yaitu peran badan penasihat perkawinan dalam membina kelurga sakinah, namun lokasi penelitian yang berbeda dan pembahasan yang lebih rinci lagi tentang cara membina dan mensukseskan keluarga sakinah.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian yuridis sosiologis.9 Yakni penelitian tentang pelaksanaan berlakunya hukum positif yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan terhadap tingginya peranan BP4 dalam menanggulangi tingginya angka perceraian di Kec. Bekasi Barat dan Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) No. 1

9


(22)

13

tahun 2002 (Eks Pasal 130 HIR/154 Rbg) Tentang Pemberdayaan Pengadilan Tingkat Pertama Menerapkan Lembaga Damai.

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan pendekatan kualitatif dengan memakai bentuk studi deskriptif biasa. Maksudnya adalah dalam penelitian deskriptif data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo dan catatan dokumen resmi lainnya.

Tujuan dalam penelitian deskriptif kualitatif yaitu menggambarkan realitas empiris sesuai dengan fenomena yang ada secara mendalam, rinci dan tuntas.

Oleh karena itu, bentuk penelitian yang dilakukan adalah studi biasa, maksudnya yaitu penelitian tentang subyek penyuluhan yang berkenaan dengan fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas dan subyek penelitian dapat saja seperti individu, kelompok, lembaga maupun masyarakat.

3. Obyek Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi kantor di KUA Kec. Bekasi Barat dan PA Bekasi. Adapun pemilihan lokasi penelitian ini adalah karena tingginya tingkat perceraian di Bekasi.


(23)

Pengumpulan data dimulai dari menghimpun data penelitian dengan menggunakan metode sebagai berikut:

a. Dengan interview atau wawancara mendalam guna memperoleh keterangan atau tujuan penelitian.10

b. Observasi yaitu mengumpulkan data dengan melihat partisipasi calon pengantin mengikuti penataran mengenai kehidupan berkeluarga.11

c. Metode dokumentasi dilakukan untuk pengumpulan data dengan cara mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.

5. Analisa data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Adapun pengertian deskriptif kualitatif adalah membicarakan beberapa kemungkinan untuk memecahkan masalah yang aktual dengan jalan mengumpulkan data, menyusun, menganalisa dan menginterpretasikan.

Metode deskriptif kualitatif merupakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan, sebab data-data yang telah dikumpulkan disusun secara sitematis, kemudian dianalisa secara mendetail yang akhirnya sampai

10

I Made Wirartha, Pedoman Penulisan Usulan Penulisan Skripsi dan Tesis, (Yogyakarta: C.V. Andy Offset, 2005), h. 37.

11


(24)

15

interpretasinya kemudian dapat memberikan jawaban terhadap masalah yang dirumuskan dalam penelitian.12

Adapun tehnik penulisan skripsi ini berpedoman pada penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi yang dikeluarkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

12

J. Moeleong, Lexy, Metodelogi Penelitian Kualitatif , (Bandung: Remaja Rosdakarya), h. 103.


(25)

F. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan skripsi ini penulis membagi ke dalam lima bab dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, review studi, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan teoritis , meliputi pengertian BP4, sejarah singkat dan dasar hukum BP4, fungsi BP4, tim mediator, konsep keluaraga sakinah menurut Islam.

BAB III : Potret KUA Kec. Bekasi Barat dan PA Bekasi, meliputi sejarah dan letak eografis KUA Kec. Bekasi Barat, visi dan misi, struktur organisasi, tugas dan fungsi, kinerja organisasi, sejarah dan letak geografis PA Bekasi,visi dan misi, struktur organisasi, daftar jumlah pejabat, dan wilayah yuridiksi

BAB IV : Kinerja dan keberhasilan tim mediator dalam membina keluarga sakinah yang meliputi pelaksanaan fungsi kepenasihatan, konsep mediasi Pengadilan Agama dan BP4, kendala dan solusi BP4 dan tim mediator dalam membina keluarga sakinah, peran BP4 dan tim mediator.


(26)

17

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. BP4

1. Pengertian

BP4 adalah singkatan dari Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan. Sebuah lembaga yang bersifat profesi sebagai pengemban tugas dan mitra kerja KEMENAG (Kementerian Agama) dalam mewujudkan keluarga sakinah mawadah wa rahmah. Tujuan dibentuknya BP4 adalah untuk mempertinggi mutu perkawinan dan mewujudkan keluarga sakinah menurut ajaran Islam serta untuk mencapai masyarakat dan bangsa Indonesia yang maju, mandiri sejahtera materil dan spirituil.1

Menurut konsideran keputusan komisi A Munas BP4 XII poin (b) disebutkan bahwa BP4 adalah sebagai lembaga semi resmi yang membantu KEMENAG dalam meningkatkan mutu perkawinan dengan mengembangkan keluarga sakinah dan memberikan bimbingan serta penasihatan mengenai nikah, talak, cerai dan rujuk kepada masyarakat baik perorangan maupun kelompok.2

Kedudukan BP4 saat ini terpisah dari Pengadilan Agama. Namun, sebelum tahun 1955 antara BP4 dan Pengadilan Agama saling berkaitan,

1

Depatemen Agama Provinsi Jawa barat, Modul Kursus Calon Pengantin di Provinsi Jawa Barat, (Jakarta: Depag Jabar 2007).

2


(27)

terutama mengenai kewenangan mengeluarkan Akta Cerai ada di BP4, sehingga BP4 dapat mengetahui jumlah perceraian yang terjadi di wilayah BP4 tersebut.

Saat ini antara BP4 dengan Pengadilan Agama sudah terpisah dan tidak ada hubungan koordinasi. Penerbitan Akta Cerai merupakan wewenang Pengadilan Agama.

BP4 berada dalam struktur Departemen Agama, khususnya di bawah Direktorat Urusan Agama dan Pembinaan Syari’ah. Pada Kementerian Agama, terdapat BP4 Pusat yang membawahi BP4 Tingkat Provinsi, kemudian BP4 tingkat kota, dan lingkup terkecil adalah BP4 tingkat Kecamatan yang berada di setiap Kantor Urusan Agama.

2. Sejarah Singkat Dan Dasar Hukum

Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan atau disingkat BP4 yang dahulu bernama Badan Penasihatan Perkawinan Perselisihan dan Perceraian, merupakan badan semi resmi pemerintah yang bertugas membantu Kementerian Agama dalam bidang pembangunan keluarga. Kelahirannya dilatarbelakangi tingginya angka perceraian. Semula bersifat sektoral, kemudian disatukan dengan nama “Badan Penasihatan Perkawinan dan Penyelesaian Perceraian” melalui SK Menteri Agama No. 85 Tahun 1961, kemudian disusul dengan Keputusan Menteri Agama No. 30 Tahun 1977, dimana dalam Keputusan Menteri Agama tersebut ditegaskan mengenai kedudukan dan tugas BP4, yaitu sebagai berikut,


(28)

19

BP4 merupakan satu-satunya badan yang bertugas menunjang sebagian tugas Departemen Agama dalam hal ini Ditjen Bimas Islam dan Urusan Haji dalam bidang penasihatan perkawinan, perselisihan dan perceraian, namun bukan organisasi struktural Departemen Agama dan kedudukannya bersifat semi resmi yang mendapat subsidi dari pemerintah karena sifat keanggotaannya tidak mengikat. Dalam situasi dan kondisi semacam ini BP4 tetap melaksanakan tugas dan mengembangkan misi untuk meningkatkan mutu perkawinan dan mewujudkan keluarga bahagia sejahtera.3

Sejarah pertumbuhan organisasi BP4, dimulai dengan adanya organisasi BP4 di Bandung pada tahun 1954, kemudian di Jakarta dengan nama Panitia Penasihatan Perkawinan dan Penyelesaian Perceraian (P5), di Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan nama BP4 dan di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan nama Badan Kesejahteran Rumah Tangga (BKRT). Sebagai pelaksanaan keputusan konferensi Departemen Agama tanggal 25-30 Juni 1955, maka disatukanlah organisasi tersebut dengan nama “Badan Penasihatan Perkawinan” kemudian berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 1977 tentang Penegasan Pengakuan BP4 sebagai satu-satunya badan penunjang sebagaian tugas KEMENAG dalam Penasihatan Perkawinan, Perselisihan Rumah Tangga dan Perceraian, maka kepanjangan BP4 diubah menjadi Badan Penasihat Perkawinan, Perselisihan dan Perceraian.4

3

BP4 Pusat, Hasil-Hasil Musyawarah nasional BP4 VII dan PITNAS IV, (Jakarta: BP4 Pusat, 1986), h. 118.

4

Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4), Hasil Munas BP4 XIII/2004 dan Pemilihan Ketua Sakinah Teladan Tingkat Nasional, Jakarta, 14 – 17 Agustus.


(29)

Beberapa alasan yang menjadi landasan filosofi didirikannya BP4 tercantum dalam mukaddimah Anggaran Dasar BP4 yang memuat inti motivasi dan semangat berdirinya BP4,di antaranya sebagai berikut: 5

Pertama, berdasarkan firman Allah SWT QS. Ar-Ruum ayat 21:

                          

Artinya: Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan di jadikan Nya diantaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS. Ar-Ruum: 21)

Dari ayat di atas dapat diambil kesimpulkan bahwa manusia, yaitu laki-laki dan perempuan dianjurkan untuk membentuk keluarga (menikah), agar tercipta ketentraman dan tumbuhnya rasa kasih sayang.

Kedua, bahwa untuk mewujudkan rumah tangga sejahtera dan bahagia, diperlukan adanya bimbingan yang terus menerus dan berkesinambungan dari para Korps Penasihat.

Ketiga, diperlukan adanya korps Penasihat Perkawinan yang berakhlak tinggi dan berbudi nurani bersih sehingga dapat melaksanakan tugas dengan baik.

5

Sumayya, Peranan BP4 Dalam Upaya Mencegah Perkawinan Usia Muda, (Skripsi Sarjana Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2006), h. 31.


(30)

21

Sedangkan sendi dasar operasionalnya yang berlandaskan peri kehidupan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dalam pembentukan rumah tangga yang menjadi sendi dasar Negara, dibebankan kepada Kementrian Agama, yaitu dengan melaksanakan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1946 Tentang Pengawasan dan Pencatatan NTR (Nikah, Thalaq, dan Rujuk) yang berlaku menurut Agama Islam.6

Tugas pemerintah sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang tersebut adalah hanya mengawasi dan mencatatkan perkawinan, sementara pemeliharaan dan perawatan kelestarian perkawinan diserahkan kepada pasangan suami istri. Dengan kata lain dalam hal penyelesaian krisis dalam rumah tangga bukan merupakan tugas langsung dari Kementerian Agama, apalagi Undang-Undang Perkawinan waktu itu baru dalam tahap persiapan.7

BP4 tentunya tidak lahir tanpa sebab, tentu saja ada beberapa alasan yang mendorong dilahirkannya organisasi yang bergerak dalam rumah tangga tersebut. Ada beberapa faktor yang mendorong berdirinya BP4 menurut Drs. Zubaidah Muchtar adalah : “Tingginya angka perceraian, banyaknya perkawinan

6

BP4 Pusat, BP4 Pertumbuhan dan Perkembangan, (Jakarta: BP4 Pusat, 1977), h. 13. 7


(31)

di bawah umur dan terjadinya praktek poligami yang tidak sehat serta sewenang-wenang.”8

3. Fungsi

Pada Pasal 4 mengenai anggaran dasar BP4, memberi 5 cara penting sebagai usaha menuju tercapainya tujuan di atas, yaitu:

1. Memberikan nasihat dan penerangan tentang pernikahan, thalak, cerai dan rujuk kepada pihak yang akan melakukannya.

2. Mengurangi terjadinya perceraian dan poligami.

3. Memberi bantuan dalam menyelesaikan kesulitan-kesulitan perkawinan dan perselisihan rumah tangga menurut hukum agama.

4. Menerbitkan buku/brosur dan menyelenggarakan kursus-kursus, penataran, diskusi, seminar dan sebagainya.

5. Bekerja sama dengan instansi/lembaga yang bersamaan tujuannya di dalam dan luar negeri.

6. Selain kelima bentuk usaha tersebut, juga dimungkinkan adanya usaha-usaha lain yang bermanfaat untuk tujuan BP4. BP4 memiliki keanggotaan yang terdiri atas: (1) tokoh-tokoh organisasi wanita dan pria, (2). Pejabat-pejabat, tenaga ahli atau tokoh perorangan yang diperlukan (pasal 5 Anggaran Dasar BP4). Para anggota BP4 dapat disebut sebagai Konselor BP4.

8

BP4 Pusat, Tantangan Baru BP4 Setelah 37 Tahun Berkiprah, Perkawinan dan Keluarga XXV, (Jakarta: BP4 Pusat, 1997), h. 8.


(32)

23

Konselor BP4 tidak hanya melayani suami istri yang sudah berkelahi sedemikian lama atau hebatnya sehingga mereka sudah memikirkan untuk bercerai. Hendaknya BP4 tidak membatasi hanya pada mengurus perselisihan-perselisihan yang sudah terjadi saja, melainkan melancarkan suatu program kegiatan tentang bagaimana suami istri dapat dididik dan dibina sehingga mereka sendiri dapat mewujudkan hubungan yang harmonis dan menciptakan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah.

Selanjutnya BP4 mendidik dan menatar para suami istri agar dapat mengatasi konflik dan menghindari terjadinya konflik, sehingga dapat mengurangi terjadinya konflik. Para suami istri hendaknya juga diberi ilmu dan kebijaksanaan tentang bagaimana mengelola konflik dan manajemen menyelesaikan konflik dengan baik, agar tidak meninggalkan luka dan dapat memulihkan keharmonisan dan kasih sayang antara suami istri.

B. Tim Mediator

Tim mediator adalah pihak yang bersifat netral dan tidak memihak, yang berfungsi membantu para pihak dalam mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa.9

Sebagai pihak ketiga yang netral, independent, tidak memihak, ahli dibidang yang disengketakan. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT QS. An-Nisa ayat 58:

9


(33)

          10…..

Artinya: Sesungguhnya Allah SWT menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya. (QS. An-Nisa: 58).

Mediator ditunjuk oleh para pihak (secara langsung maupun melalui lembaga mediasi), dan berkewajiban untuk melaksanakan tugas dan fungsinya berdasarkan pada kehendak dan kemauan para pihak. Walaupun demikian ada suatu pola umum yang dapat diikuti pada umumnya dijalankan oleh mediator dalam rangka penyelesaian sengketa para pihak. Sebagai suatu pihak diluar perkara, yang tidak memiliki kewenangan memaksa, mediator berkewajiban untuk bertemu atau mempertemukan para pihak yang bersengketa guna mencari masukan mengenai pokok persoalan yang di persengketakan oleh para pihak. Berdasarkan pada informasi yang diperoleh, baru kemudian mediator dapat menentukan duduk perkara, kekurangan dan kelebihan dari masing-masing pihak yang bersengketa, dan selanjutnya mencoba menyusun proposal penyelesaian, yang kemudian dikomunikasikan kepada para pihak secara langsung.

Seorang mediator harus mampu menciptakan suasana dan kondisi yang kondusif bagi terciptanya kompromi diantara kedua belah pihak yang bersengketa untuk memperoleh hasil yang saling menguntungkan (win-win).11 Firman Allah SWT QS. An-Nisa ayat 58:

10

Al-Qur’an dan Terjemahanya. Depag RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV.

Kathoda, 2005). 11


(34)

25                       12

Artinya: Dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah SWT memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah SWT adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat. (QS. An-Nisa: 58).

Untuk melaksanakan tugasnya, seorang mediator dapat melakukan dua macam peran yaitu: peran pasif dan peran aktif. Kedua peran tersebut dapat dilakukan atau diterapkan oleh seorang mediator tergantung pola kondisi saat itu, apakah ia harus bersifat pasif atau aktif. Mediator bersifat pasif disebabkan apabila para pihak yang bersengketa memiliki kepedulian yang tinggi dan lebih aktif untuk menyelesaikan sengketanya yang mereka hadapi sehingga mediator hanya berperan sebagai penengah dan mengarahkan penyelesaian sengketa serta mengatur perundingan-perundingan, memimpin rapat dan sebagainya.

Mediator di harapkan bersifat aktif apabila para pihak bersikap pasif atau menunggu dan sulit berkomunikasi. Dalam kondisi yang demikian, mediator harus cepat tanggap dan mengambil inisiatif melakukan tindakan.

Christoper W. Moore menyebutkan ada tiga tipologi mediator yaitu; mediator hubungan sosial, (social network mediator), mediator autoritatif (authoritative mediator), mediator mandiri (independent mediator).13

12


(35)

Tipe mediator hubungan sosial sering kita temui dalam masyarakat pedesaan, misalnya para pemuka adat, pemuka masyarakat dan alim ulama. Tipe mediator autoratif adalah mediator yang bekerja di instansi pemerintah. Mediator yang demikian sering kita temui dalam penyelesaian kasus-kasus tanah yaitu antara pengusaha dan masyarakat pemilik tanah, yang menjadi mediator adalah seorang atau tim yang bekerja di instansi Pemerintah atau Pengadilan.14

Mediator mandiri adalah mediator yang dianggap paling baik atau profesional bila di bandingkan dengan dua tipe mediator diatas karena mediator mandiri tidak memiliki hubungan, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan para pihak yang bersengketa. Pada umumnya orang-orang yang menjadi mediator mandiri bersifat profesional. Dia akan melayani para pihak sepenuhnya dengan menggunakan pendekatan sukarela dan tidak mempunyai sumber daya untuk memantau pelaksanaan kesepakatan.

C. Konsep Keluarga Sakinah Menurut Islam

Mempunyai keluarga sakinah mawaddah wa rahmah adalah dambaan setiap insan, baik yang akan maupun yang tengah membangun rumah tangga. Faktanya menunjukan bahwa banyak orang yang merindukan rumah tangga menjadi suatu yang teramat indah, bahagia, penuh dengan berkah. Namun, fakta juga membuktikan tidak sedikit keluarga yang hari demi harinya hanyalah

13

Rachhmadi Usman, Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, (Bandung: PT. Aditya Bahkti, 2003). h. 94.

14


(36)

27

perpindahan dari kecemasan, kegelisahan dan penderitaan. Bahkan tidak jarang di akhiri dengan pertengkaran, perceraian dan juga penderitaan.

Ada ungkapan Rasulullah SAW “Baitii jannatii” rumahku adalah surgaku, merupakan ungkapan tepat tentang bangunan rumah tangga/keluarga ideal. Dimana dalam pembangunannya mesti dilandasi fondasi kokoh berupa Iman, kelengkapan bangunan dengan Islam, dan pengisian ruang kehidupannya dengan Ihsan, tanpa mengurangi kehirauan kepada tuntutan kebutuhan hidup sebagaimana layaknya manusia tak lepas dari hajat keduniaan, baik yang bersifat kebendaan maupun bukan.

Merindukan suatu keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah itu tidak asal jadi, yang hanya bermodalkan cinta saja, tetapi dibutuhkan kesungguhan, keyakinan, keberanian, serta dibutuhkan kerja keras dan kemauan yang kuat untuk mewujudkannya.

Ada beberapa indikasi untuk menciptakan keluarga yang bahagia:15

Pertama, dengan menjadikan keluarga yang ahli ibadah, keluarga yang ahli taat, keluarga yang menghiasi dirinya dengan dzikrullah dan keluarga yang selalu rindu untuk mengutuhkan kemulian hidup di Dunia, terutama mengutuhkan kemuliaan di hadapan Allah SWT kelak di Surga. Yang menjadikan tempat berkumpulnya keluarga di Surga sebagai motivasi dalam meningkatkan amal ibadah.

15

Suma, Muhammad Amin, Hukum Kelauarga Isalam di Dunia Islam, Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2004.


(37)

Kedua, menjadikan rumah tangga sebagai pusat ilmu. Pupuk iman adalah Ilmu. Memiliki harta tapi kurang ilmu akan menjadikan kita di perbudaknya. Harta di nafkahkan akan habis, iImu dinafkahkan tidak akan habis dan akan berlimpah. Pastikan keluarga kita sungguh-sungguh mencari ilmu baik ilmu tentang Dunia maupun Ilmu Akhirat, bekali anak sedari kecil dengan ilmu dan jadilah orang tua yang senantiasa menjadi sumber ilmu bagi anak-anaknya.

Ketiga, jadikan rumah sebagi pusat nasihat. Kita harus tahu persis semakin hari semakin banyak yang harus kita lakukan, untuk itu kita butuh orang lain agar bisa saling melengkapi kekurangan, guna memperbaiki kesalahan kita. Apabilan sebuah rumah tanga mulai saling menasihati, maka keluarga bagaikan cermin yang akan membuat anggota keluarganya berpenampilan lebih baik dan lebih baik lagi. Karena tidak ada koreksi yang lebih baik daripada koreksi dari keluarga.

Keempat, jadikan rumah sebagi pusat kemulian, pastikan keluarga kita sebagai contoh bagi keluarga yang lain. Berbahagialah jika keluarga kita di jadikan contoh teladan bagi keluarga lain. Itu berarti masing-masing anggota keluarga senantiasa menuai pahala dari setiap orang yang berubah karena kita sebagi jalan kebaikannya, saling berlomba-lombalah dalam memunculkan kemulian dikeluarga agar terciptanya keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah.


(38)

29

BAB III

POTRET KUA KEC. BEKASI BARAT DAN PA BEKASI

A. Potret KUA Kec. Bekasi Barat

1. Sejarah Dan Letak Geografis KUA Kec. Bekasi Barat

Kantor Urusan Agama Kec. Bekasi Barat Berdiri sejak Tahun 1985, di Jalan Bintara Raya No. 14 Bekasi Barat, pada Tahun 1995 dilakukan renovasi kembali sampai sekarang. Luas Tanah: 220 M2, Terdiri dari dari 1 bangunan/gedung 2 lantai.1

KUA Kec. Bekasi Barat terletak di jalan Bintara Raya No. 14 Bekasi Barat, berada di sebelah utara kantor Kecamatan Bekasi Barat. Kecamatan Bekasi Barat mempunyai wilayah 27 desa yang berbatasan dengan daerah lain :

Sebelah Utara : Kec. Bekasi Utara

Sebelah Selatan : Kec. Bekasi Selatan

Sebelah Timur : Kec. Bekasi Timur

Sebelah Barat : Kec. Bekasi Barat

Penduduk yang mendiami wilayah Kec. Bekasi Barat merupakan penduduk yang heterogen. Hal tersebut dapat dilihat dari data statistik

1


(39)

kependudukan Kec. Bekasi Barat. Dengan jumlah penduduk sebanyak 60.420 jiwa dengan rincian pemeluk agama sebagai berikut:

1. Penduduk yang beragama Islam : 59.928

2. Penduduk yang beragama Kristen : 171

3. Penduduk yang beragama Katolik : 229

4. Penduduk yang beragama Buddha : 72

5. Penduduk yang beragama Hindu : 5

6. Penduduk yang beragama Konghucu : 15

Dari data di atas, Islam merupakan agama mayoritas yang dipeluk oleh penduduk wilayah Kecamatan Kragan, sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap prosentase pelayanan pernikahan oleh Kantor Urusan Agama Kec. Bekasi Barat.

2. Visi dan Msi

Adapun visi dalam pelayanannya adalah terwujudnya KUA Kec. Bekasi Barat sebagai kantor pelayanan PRIMA2

2


(40)

31

P : Profesional dalam tugas

R : Ramah dalam pelayanan

I : Ikhlas dalam berkhidmah

M: MAksimal dalam bekerja

A : Amanah dalam mengemban tugas

Sedangkan misi pelayanan adalah sebagai berikut:3

1. Meningkatkan kualitas pelayanan nikah dan rujuk berbasis IPTEK mewujudkan validitas data dan informasi dengan mudah, cepat dan akurat 2. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia KUA yang handal dan

professional

3. Memberdayakan peran ulama dan penyuluh agama sebagai motivator dan fasilitator dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama

4. Mengoptimalkan bimbingan masyarakat dalam mewujudkan keluarga sakinah

5. Menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya perwakafan, zakat, infaq dan shadaqah Kepegawaian Pegawai merupakan salah satu unsur penting yang keberadaannya sangat vital dalam hal keberhasilan sebuah program.

3


(41)

3. Struktur Organisasi4

Stuktur Organisasi Kantor Urusan Agama Kec. Bekasi Barat Tahun 2011-2015

Kepala KUA : H. Adum HM, S, Ag, MM. Penyuluh Agama Islam : H. Samudih, S, Ag, MMpd. : Hj. Suwarni, MMpd. : Rohmat, S, Ag.

Pengawas/Pendais : Hj. Suwarni, MMpd. : Rohmat, S, Ag.

Kordinator Tata Usaha : Ismetullah, S, Ag, MMpd. a. Petugas Bendahara : Hj. Siti Inayatillah.

b. Petugas Umum : Sukinem.

Penghulu : H. Adum HM, S, Ag, MM. : Jakaria, S, Ag.

: Ismetullah, S, Ag, MM. Nikah dan Rujuk : Drs. H. Salim.

: Jakaria, S, Ag. Pembinaan Perkawinan : Drs.Syarifuddin.

4


(42)

33

: H. Adum HM, S, Ag, MM. Zakat, Wakaf dan Ibadah Sosial : Ismetullah, S, Ag, MM. Kantor Urusan Agama/Balai Nikah Kec. Bekasi Barat

Gedung dibangun/rehab : 1983/1995.

Luas Tanah : 220 M2/Sertifikat. Luas Bangunan : 168 M2/IMB ada.

Status Tanah : Milik Pemda Bekasi.

Hak atas Tanah : Hak Guna Pakai. Terdiri dari 2 lantai

Gedung BP4 Kec. Bekasi Barat

Luas Tanah : 220 M2/Sertifikat. Luas Bangunan : 168 M2/IMB ada. Status Tanah : Milik Pemda Bekasi. Hak atas Tanah : Hak Guna Pakai.


(43)

4. Tugas Dan Fungsi

Dalam melaksanakan sebagian tugas Departemen Agama dibidang urusan Agama Islam yang berdasarkan KMA No. 517 Tahun 2001 tentang Penataan Organisasi, maka KUA mempunyai tugas sebagai berikut:5

1. Menyelenggarakan statistik dan dokumentasi.

2. Menyelenggarakan surat menyurat, pengurusan surat, kearsipan, pengetikan dan rumah tangga KUA.

3. Melaksanakan pencatatan nikah dan rujuk, mengurus dan membina masjid, zakat, wakaf, baitul mall dan ibadah sosial, kependudukan dan pengembangan dan pembinaan keluarga sakinah sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Dirjen Bimas dan Haji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Selain itu juga, KUA berfungsi mengerjakan tugas Direktorat Pendidikan Agama Islam pada masyarakat dan Pemberdayaan Masjid., yang dahulunya Subdirektorat Urusan Agama Islam, kini menjadi Direktorat tersendiri sejak turunnya KMA No. 1 Tahun 2001 tentang kedudukan, tugas, fungsi, kewenangan, susunan organisasi dan tata kerja Departemen, bidang pembinaan Zakat dan Wakaf serta pembinaan Masjid.

Dengan demikian sejak adanya KMA No.1 Tahun 2001 tersebut, maka Kantor Urusan Agama selain melaksanakan tugas dari Direktorat Urusan Agama Islam, juga melaksanakan tugas dari Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf

5


(44)

35

dan Direktorat Pendidikan Agama Islam pada masyarakat dan Pemberdayaan Masjid.

Disamping itu, berdasarkan pada pasal 17 KMA No.1 Tahun 2001, walaupun ada dua subdirektorat kemudian menjadi Direktorat tersendiri. Direktorat Urusan Agama Islam mendapatkan tugas dan fungsi baru yaitu melaksanakan pengembangan jalinan kemitraan dan Ukhuwah Islamiyah, melaksanakan bimbingan dan penyuluhan dibidang pangan Halal. Kedua tugas dan fungsi baru tersebut masing-masing menjadi Subdirektorat Pembinaan Pangan Halal dan Subdirektorat Pengembangan Kemitaraan Umat. Namun, kedua tugas dan fungsi baru ini belum menjadi tugas dan fungsi KUA

Oleh karena itu, fungsi KUA yang sesuai dengan peraturan yang ada sampai saat ini adalah:

a. Pelayanan Administrasi Perkawinan dan Rujuk. b. Pembinaan Perkawinan dan Keluarga Sakinah. c. Pembinaan Kemasjidan.

d. Pembinaan Zakat, Wakaf, Ibadah Sosial dan Baitul Mall.

5. Kinerja Organisasi

Dalam suatu lembaga baik itu lembaga pemerintah ataupun lembaga swasta dalam mencapai tujuan yang sesuai dengan visi dan misi dari lembaga itu sendiri harus melalui sarana dalam bentuk organisasi yang digerakkan oleh


(45)

sekelompok orang yang berperan aktif sebagai pelaku (aktor) dalam upaya mencapai tujuan dari lembaga atau organisasi yang bersangkutan.

Yang meliputi adanya pembagian kinerja dalam suatu lembaga atau organisasi yang dimaksudkan agar kinerja dari organisasi tersebut dapat berjalan dengan efektif. Pembagian kerja tersebut harus didasarkan atas kemampuan dan kualitas yang dimiliki masing-masing individu. Hal ini diharapkan menjadikan kinerja suatu lembaga atau organisasi dapat berjalan secara profesional dan proposional. Pembagian kinerja harus didukung pula dengan adanya program kerja yang telah disusun terlebih dahulu sehingga tidak ada kesulitan dalam pelaksanaannya.

Program kerja suatu lembaga pemerintah seperti KUA harus sesuai dengan fungsi dan tugas yang telah dibebankan oleh pemerintah kepada lembaga atau organisasi itu sendiri.

Berdasarkan pada fungsi dan tugas yang telah dibebankan oleh Departemen Agama yang menaungi KUA, maka disusunlah sebuah program kerja yang berisikan tentang tugas pokok, tanggung jawab dan wewenang masing-masing bagian6, meliputi:

1. Tugas Kepala KUA Kec. Bekasi Barat

a. Memimpin pelaksanaan tugas Kantor Urusan Agama (KUA) Kec. Bekasi Barat.

6


(46)

37

b. Melakukan perumusan dan penetapan visi dan misi, serta sasaran program dan kegiatan KUA Kec. Bekasi Barat.

c. Membagi tugas, menggerakkan, mengarahkan, membimbing dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas KUA Kec. Bekasi Barat.

d. Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas bawahan.

e. Melakukan pelayanan bimbingan dibidang pencatatan Nikah dan Rujuk.

f. Melakukan pelayanan dan bimbingan dibidang pelaksanaan dan tugas Kemasjidan, Zakat, Wakaf, Baitul Maal dan Ibadah Sosial.

g. Melakukan pelayanan dan bimbingan dibidang pengembangan keluarga sakinah dan kependudukan.

h. Melakukan pelayanan dan bimbingan dibidang keagamaan, menanggapi dan menyelesaikan persoalan yang muncul dibidang pelaksanaan KUA.

i. Melakukan konsultasi atas pelaksanaan tugas Pengawasan Pendidikan Agama Islam dan Penyuluhan Agama.

j. Melakukan tugas kerja sama lintas sektoral dengan instansi terkait dibidang KUA.

k. Melakukan tugas lain yang diberikan oleh atasan l. Melaporkan proses dan hasil pelaksanaan kerja.


(47)

a. Menerima dan mengagendakan surat masuk, surat keluar dan mengarsipkannya.

b. Membuat investasi barang milik KUA. c. Membuat laporan bulanan.

d. Membuat statistik KUA Kec. Bekasi Barat.

3. Tugas dan Fungsi Kepala Seksi Administrasi Nikah dan Rujuk KUA Kec. Bekasi Barat

a. Mengadakan pembinaan pelayanan Nikah dan Rujuk. b. Menyelenggarakan administrasi Nikah dan Rujuk. c. Mencatat dan mengatur pencatatan Nikah dan Rujuk. d. Menagatur jadwal pelayanan Nikah dan Rujuk. e. Sebagai Wali Hakim.

4. Tugas dan Fungsi Kepala Seksi Administrasi Zakat dan Maal KUA Kec. Bekasi Barat

a. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat melalui jamaah Masjid. b. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat melalui jamaah Majlis

Ta’lim di Kec. Bekasi Barat.

c. Memberikan penyuluhan melalui guru Agama SD, MI, MTS, dan MA. d. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat melalui ibu-ibu PKK se

Kec. Bekasi Barat.

e. Memberikan penyuluhan kepada mayarakat melalui kegiatan Dharma Wanita.


(48)

39

f. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat melalui Pembinaan Personil.

5. Tugas dan Fungsi Kepala Seksi Administrasi Wakaf KUA Kec. Bekasi Barat

a. Memberikan penyuluhan tentang penataan perwakafan.

b. Mengintensifkan inventaris tanah dan Wakaf/bangunan, Wakaf dan wewenang serta hak-hak Wakaf.

c. Menyelesaikan pengesahan Nadzir Wakaf tanah milik.

6. Tugas dan Fungsi Kepala Seksi Penyuluhan Agama KUA Kec. Bekasi Barat.

a. Memberikan penerangan atau penyuluhan Agama Islam melalui lembaga Keagamaan atau organisasi kemasyarakatan seperti Majlis Ta’lim.

7. Tugas dan Fungsi Kepala Seksi Ibadah Sosial KUA Kec. Bekasi Barat a. Menata sistem pendataan dan kearsipan Masjid dan Mushola. b. Mengadakan status Masjid dan Mushola.

c. Memberikan rekomendasi kepada Masjid yang menerima bantuan. d. Menyelesaikan kasus-kasus tempat Ibadah, pengawasan dan bimbingan


(49)

B. Potret PA Bekasi

1. Sejarah Dan Letak Geografis PA Bekasi17

Pengadilan Agama Bekasi sesuai dengan tugas dan kewenangannya yaitu bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam dibidang perkawinan, warisan dan wasiat, wakaf, zakat, infak, hibah, shodaqoh dan ekonomi syari’ah dan tugas dan kewenangan lain yang diberikan oleh atau berdasarkan Undang-undang.

Sebagai salah satu lembaga yang melaksanakan amanat Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, dalam melaksanakan tugasnya guna menegakkan hukum dan keadilan harus memenuhi harapan dari para pencari keadilan yang selalu menghendaki peradilan yang sederhana, cepat, tepat, dan biaya ringan, hal mana Pengadilan Agama Bekasi sebagai pelaksana Visi dan Misi Mahkamah Agung RI yang menjabarkan oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama, yaitu: Visi “Terwujudnya putusan yang adil dan berwibawa, sehingga kehidupan masyarakat menjadi tenang, tertib dan damai di bawah lindungan Allah SWT” dan Misi : “Menerima, memeriksa, mengadili dan menyelesaikan perkara-perkara yang diajukan oleh umat Islam. Indonesia di bidang perkawinan, warisan dan wasiat, wakaf, zakat, infak, hibah, shodaqoh dan ekonomi syari’ah, secara cepat, sederhana dan biaya ringan”.

7


(50)

41

Institusi Pengadilan agama Bekasi terbentuk pada tahun 1950 yang berkantor di Jl. Is. Sirait Kampung Melayu Jatinegara dengan ketua Rd. H. Abu Bakar kemudian terjadi pemekaran yaitu terbentuk Kabupaten Bekasi juga wilayah hukumnya di pindah ke Kabupaten Bekasi. Seiring waktu wilayah Walikotamadya Dati II Bekasi dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 9 tahun 1996 tanggal 19 Desember 1996 yang sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Bekasi, pada tahun 1998 berdasarkan KEPRES No. 145 tahun 1998di bentuk Pengadilan Agama Kabupaten Bekasi yang dikenal Pengadilan Agama Cikarang sebagai konsekuensi atas pembentukan Walikotamadya tersebut, dimana wilayah hukum Pengadilan Agama Bekasi yang semula meliputi Kabupaten dan Kotamadya sejak diresmikannya Pengadilan Agama Cikarang hanya meliputi wilayah Kotamadya Bekasi saja. Gedung Pengadilan Agama Bekasi saat ini terletak di Jl. Ahmad Yani No. 10 Bekasi Telp. (021) 8841880 Kode Pos 17141 dengan Letak Geografis Posisi antara 106°55' - Bujur Timur dan antara 6°7 - 6° 15' Lintang Selatan dengan memiliki markaz Kiblat 64° 51' 29° 87'' dari Utara ke Barat atau 25° 08' 30 13'' dari Barat ke Utara. Kota Bekasi memiliki area seluas ± 16.175.21 HA dengan batas-batas :

1.Sebelah Barat dengan Wilayah DKI Jakarta.

2.Sebelah Utara dengan Kec. Tarumajaya dan Babelan. 3.Sebelah Timur dengan Kec. Tambun dan Setu. 4.Sebelah Selatan dengan Wilayah Kab. Bogor.


(51)

2. Visi Dan Misi28

Visi : “ Adalah berusaha menciptakan dan menghadirkan Pengadilan Agama Bekasi sebagai salah satu Judicial Power dalam melaksanakan tugas pokok dan kewenangannya sebagai Peradilan Negara yang sejajar dengan Peradilan lainnya serta bermartabat dan dihormati demi tegasnya hukum dan keadilan, ketertiban dan kepastian hukum ditengah masyarakat yang religius menuju terlaksananya Syari’at Islam yang efektif.”

Misi : “ adalah optimalisasi peran, kedudukan dan kewenangan Pengadilan Agama sebagai lembaga Peradilan resmi agar lebih mampu dalam memberikan pelayanan hukum dan keadilan terhadap masyarakat melalui putusan yang mencitrakan asas keadilan, kepastian hukum dan manfaat. Menghadirkan Pengadilan Agama sebagai Institusi Negara yang keberadaannya diterima sebagai milik masyarakat melalui pelayanan hukum aparatur yang berkualitas dalam penyelenggaran Peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan dan meningkatkan pemahaman kepada masyarakat fungsi dan tugas Pengadilan Agama sebagai salah satunya lembaga resmi dalam penyelesaian sengketa antara ummat Islam terutama dalam hal kasus rumah tangga sehingga masyarakat terhindar dari upaya proses penyelesaian perceraian secara dibawah tangan.”

8


(52)

43

3. Struktur Organisasi9

Stuktur Organisasi Pengadilan Agama Bekasi Tahun 2011-2015 Ketua : Drs. H. Masyhudi HS, SH, MH.

Wakil Ketua : Drs. H. Haeruman, SH.

Hakim : Drs. Ismet Ilyas.

: Drs. Jajat Sudrajat, SH, MH. : Drs. M. Danil, MH.

: Drs. Humaidi Yusuf, SH, MH. : Dra. Hj. Nurwathon, SH, MH. : Dra. Hj. Siti Sabihah, SH, MH. : Dra. Hj. Ade Marinah, SH, MH. : Khalid Gailea, SH.

: DR. M. Amin Muslich AZ, SH, MH. : Drs. Amri, SH.

: Hj. Asmawati, SH. Kepaniteraan/Kesekretariatan : Drs. Mahbub. Wakil Panitera : Endoy Rohana, SH. a. Panmud Pemohon : Adam Iskandar, S, Ag. b. Panmud Gugatan : Maman Suherman, S, Ag. c. Panmud Hukum : enjang Zaenal Hasan, SH.

9


(53)

Wakil Sekretariat : Midjan, SH.

a. Kaur Kepegawaian : A. Syamsori S, S, Ag. b. Kaur Keuangan : Suprianto, SE.

c. Kaur Umum :

Gambar 3.1

Struktur organisasi Pengadilan Agama Bekasi

Sumber: Subbag Umum Pengadilan Agama Bekasi

HAKIM-HAKIM

KEPANITERAAN/KESEKRETARIATAN

WAKIL PANITERA WAKIL SEKRETARIAT

PANMUD PERMOHONAN

PANMUD HUKUM PANMUD

GUGATAN

KAJUR KEPEGAWAI

AN

KAJUR UMUM KAJUR

KEUANGAN

KETUA


(54)

45

4. Daftar Jumlah Pejabat10

1. Daftar Jumlah Hakim Pengadilan Agama Bekasi

Jumlah Hakim Pengadilan Agama Bekasi yang telah memutus semua perkara yang masuk pada Pengadilan Agama Bekasi dari tahun 2009-2011 yaitu sebanyak 15 (lima belas) hakim yang terdiri dari ketua, wakil, hakim pratama utama serta hakim madya pratama.

2. Daftar Jumlah Pegawai Pengadilan Agama Bekasi

Jumlah pegawai Pengadilan Agama Bekasi dari tahun 2009-2011 yaitu sebanyak 27 pegawai yang terdiri dari Panitera / Sekretaris, Panitera Muda Permohonan, Panitera Muda Gugatan, Panitera Muda Hukum, Kepala Sub Bagian Kepegawaian, Kepala Sub Bagian Keuangan, Panitera Pengganti.

5. Wilayah Yuridiksi11

Beberapa wilayah yang masuk ke dalam wilayah Yuridiksi Pengadilan Agama Bekasi adalah sebagai berikut:

1. Kecamatan Pondok Gede. 2. Kecamatan Jati Sampurna. 3. Kecamatan Pondok Melati. 4. Kecamatan Jati Asih.

10

Subbag Kepegawaian Pengadilan Agama Bekasi 11


(55)

5. Kecamatan Bantar Gebang. 6. Kecamatan Mustika Jaya. 7. Kecamatan Bekasi Timur. 8. Kecamatan Rawa Lumbu. 9. Kecamatan Bekasi Selatan. 10. Kecamatan Bekasi Barat. 11. Kecamatan Medan Satria. 12. Kecamatan Bekasi Utara.


(56)

47

BAB IV

KINERJA DAN KEBERHASILAN BP4 DAN TIM MEDIATOR DALAM MEMBINA KELUARGA SAKINAH

A. Pelaksanaan Fungsi Kepenasihatan

Cita-cita untuk mewujudkan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah sebagaimana disebut dalam KHI atau untuk mewujudkan keluarga yang kekal dan bahagia sebagaimana disebutkan dalam undang-undang perkawinan No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan merupakan dambaan setiap orang. Namun, untuk menuju kearah tujuan mulia tersebut bukanlah hal yang mudah untuk dicapai, karena dalam menjalani kehidupan perkawinan banyak sekali rintangan yang bisa berujung pada perselisihan yang akhirnya dapat menghapuskan gambaran cita-cita yang di inginkan tersebut.

Berdasarkan Peraturan Mentri Agama No. 3 Tahun 1975 Pasal 28 ayat (3) menyebutkan bahwa “Pengadilan Agama dalam berusaha mendamaikan kedua belah pihak dapat meminta bantuan kepada Badan Penasihat Perkawinan, Perselisihan dan Perceraian (BP4) agar menasehati kedua suami istri tersebut untuk hidup makmur lagi dalam rumah tangga”.

Atas dasar inilah maka dibentuklah badan penasihatan, pembinaan dan pelestarian perkawinan (BP4) yang bertujuan untuk memberikan bekal


(57)

pengetahuan tentang seluk-beluk pernikahan dan segala permasalahannya, serta bertujuan untuk menjadi wadah bagi tempat meminta nasihat, bimbingan dan mediasi bagi pasangan yang memerlukan konseling perkawinan. Dalam mewujudkan tujuan mulia tersebut BP4 Kec. Bekasi Barat melakukan langkah-langkah sebagai berikut:1

1. Menyelenggarakan penasihatan pada catin (calon pengantin) ketika mereka melakukan pendaftaran kehendak nikah di KUA atau dalam masa tenggang 10 hari sebelum pernikahan. Ini dimaksudkan agar mereka betul-betul mempunyai kesiapan, pemahaman tentang perkawinan beserta kewajiban dan tanggung jawab yang melekat sebagai suami istri. Disamping itu juga diberikan pengertian tentang segala permasalahan yang kerap kali timbul dalam sebuah perkawinan.

2. Senantiasa membuka kesempatan kepada siapa saja untuk berkonsultasi tentang bunga rampai dan permasalahan perkawinan atau konsultasi dan penasehatan ketika terjadi konflik dalam rumah tangga.

3. Senantiasa meningkatkan kemampuan dan profesionalisme bagi korps penasehat dalam mengidentifikasi, memberikan layanan konsultasi dan bimbingan serta penasihatan sekaligus kemampuan mencari solusi/pemecahan masalah pernikahan.

4. Pembenahan administrasi pernikahan.

1

Wawancara pribadi dengan Drs. Syarifuddin. Ketua BP4 KUA Kec. Bekasi Barat. Pada Tanggal 13 Mei 2011.


(58)

49

5. Menunjuk dan membina Desa binaan keluarga sakinah dengan membentuk satgas desa binaan keluarga sakinah dan kader motivator keluarga sakinah.

Namun, faktanya langkah-langkah tersebut sampai saat ini tidak berjalan sebagai mana seharusnya, dikarenakan kurangnya sosialisasi dan perhatian kepada masyarakat khususnya kepada calon pasangan yang ingin menikah tentang adanya lembaga BP4 di KUA Kecamatan sebagai lembaga mediasi dan lembaga penasihatan, pembinaan dan pelestarian perkawinan. Hal ini menyebabkan tingkat perceraian di PA Bekasi meningkat.

B. Konsep Mediasi Pengadilan Agama dan BP4

Apa yang sedang dilakukan oleh Mahkamah Agung selama ini, sangat terkait dengan visi dan misi BP4. Dari namanya saja BP4 itu adalah Badan Penasihatan Perkawinan dan Penyelesaian Perceraian, dan sekarang menjadi Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan. Oleh karena itu, BP4 kini sudah secara terbuka diberi kesempatan oleh PERMA No. 3 Tahun 1975 pasal 28 ayat (3) untuk dapat ikut berkiprah dalam melakukan upaya perdamaian dalam sistem penyelesaian perkara di Pengadilan melalu mediasi. Keikut sertaan tersebut dapat ditempuh melalui hal-hal sebagai berikut:

1. Mempersiapkan tenaga-tenaga BP4 untuk ikut diklat mediator yang diselenggarakan oleh lembaga diklat yang sudah terakreditasi oleh MA.


(59)

2. Mendaftarkan nama-nama mediator, yang sudah mengikuti pendidikan dan mendapatkan sertifikat, kepada Pengadilan Agama.

3. Sementara itu, secara simultan, mempersiapkan juga organisasi BP4 menjadi lembaga yang dapat menyelenggarakan diklat mediator tersendiri.

Penulis yakin, BP4 akan mampu menyiapkan mediator-mediator handal melebihi mediator-mediator lainnya. BP4 juga akan mampu berfungsi sebagai lembaga penyelenggara diklat mediator dan diklat trainer of training dibidang mediator yang terakreditasi dan berwenang mengeluarkan sertifikat. Keyakinan penulis didasarkan kepada beberapa hal:

Pertama, visi dan misi BP4 sangat sesuai dengan esensi yang ingin dicapai oleh proses mediasi.

Kedua, BP4 sudah mempunyai jam terbang yang sangat panjang dalam hal pemberian konsultasi, penasihatan dan pendamaian. Fungsi-fungsi dari Family Consultant, Family Relationship Center, dan lembaga-lembaga sejenis lainnya yang ada di Australia atau Negara-negara lainnya, telah sejak lama dipunyai dan dilaksanakan oleh BP4.

Ketiga, tokoh-tokoh BP4 adalah tokoh-tokoh agama dan tokoh masyarakat lainnya yang sudah sangat dikenal bahkan ditaati oleh masyarakat. Keadaan ini akan mempermudah keberhasilan proses perdamaian. Semestinya, kemungkinan keberhasilan perdamaian yang difasilitasi oleh mediator BP4 akan lebih besar dari keberhasilan yang dilakukan oleh mediator lainya.


(60)

51

Keempat, organisasi BP4 sudah berdiri sejak lama dan mempunyai jaringan sampai Kecamatan serta sudah sangat berpengalaman dalam menyelenggarakan kursus-kursus dan pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan pembiaan keluarga sakinah. Penetapan BP4 sebagai lembaga yang terakreditasi dalam menyelenggarakan diklat mediator, secara teoritis hanya tinggal formalitasnya saja.

Namun, untuk meningkatkan peran BP4 dalam upaya perdamaian bagi perkara-perkara yang ditangani PA. ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian dari para tokoh BP4:

Pertama, perlu menambah tokoh-tokoh yang ahli atau melakukan peningkatan wawasan dan pemahaman dibidang psikologi keluarga dan hukum positif yang berkaitan dengan kewenangan PA.

Kedua, perlu kerjasama dengan Departemen Agama atau pihak lainnya dalam memperoleh dana operasional. Mediasi yang dilakukan oleh mediator bukan Hakim akan menambah beban biaya bagi para pihak. Hakim akan lebih cenderung dipilih sebagai mediator dari pada yang bukan Hakim, dengan alasan bahwa Hakim yang bertindak sebagai mediator tidak dibenarkan menerima imbalan sebagai mediator. Perlu diupayakan agar para pihak yang menggunakan mediator dari BP4 dibebaskan dari biaya jasa.

Ketiga, perlu pembenahan organisasi, sehingga BP4 dapat ditunjuk sebagai lembaga penyelenggara diklat terakreditasi dan dapat memberikan sertifikat mediator.


(61)

Sambil menunggu tindak lanjut dari Mahkamah Agung atas ditetapkannya PERMA, pihak BP4 dapat mempersiapkan diri, melakukan konsultasi kepada Mahkamah Agung dan melakukan upaya-upaya lainnya agar anggota BP4 dapat bertindak sebagai mediator dan BP4 dapat ditunjuk sebagai lembaga yang dapat menyelenggarakan diklat dan memberikan sertifikat mediator.

C. Kendala dan Solusi BP4 dalam Membina Keluarga Sakinah

Di era reformasi sekarang ini peran BP4 sangat diperlukan untuk menciptakan iklim yang kondusif dalam upaya keluarga sakinah mawaddah wa rahmah. Untuk melaksanakan misi tersebut BP4 berupaya memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat berupa penasihatan, pembinaan, pelestarian, mediasi dan advokasi perkawinan serta memberikan dorongan kepada segenap tokoh masyarakat, ormas Islam, Konselor dan Penasihatan Perkawinan untuk lebih pro aktif memberikan bimbingan dan penyuluhan tentang pentingnya eksistensi keluarga yang bahagia kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.2

Kurangnya kerja sama antara BP4 dengan Pengadilan menjadi hambatan bagi BP4 dalam menjalankan tugas-tugasnya. Seharusnya Pengadilan Agama sebelum memeriksa kasus perceraian memerintahkan kepada pasangan yang hendak bercerai untuk melakukan mediasi di BP4. Tetapi hal ini terbentur oleh

2

Amir Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 46.


(62)

53

PERMA No. 1 Tahun 2008 yang memerintahkan Hakim untuk menempuh jalur mediasi dahulu sebelum diajukan ke meja persidangan.3 Hakim langsung menjadi mediator terhadap masalah tersebut.

Selain itu, tidak maksimalnya kinerja dari BP4 untuk menanggulangi tingginya angka perceraian di Kec. Bekasi Barat dikarenakan tidak adanya dana khusus dari pemerintah untuk BP4, masih kurangnya sumber daya manusia dari pengurus BP4 serta kurangnya sosialisi kepada masyarakat tentang lembaga BP4 di tengah-tengah masyarakat.4

Di Kec. Bekasi Barat peranan BP4 sangat kurang sekali, karena minimnya pengetahuan masyarakat terhadap BP4 dan kurangnya sosialisasi, sehingga masyarakat kurang mengetahui fungsi dari BP4 itu sendiri. Sebagian besar masyarakat hanya mengetahui KUA adalah sebatas tempat orang menikah saja dan Pengadilan Agama adalah tempat orang bercerai.5

Kalau berbicara dalam tataran idealnya tugas BP4 juga harus memberikan nasihat bagi pasangan suami istri yang ingin bercerai, sehingga tingkat perceraian bisa diminimalisir. Akibat kurangnya pengetahuan masyarakat tentang tugas-tugas pokok dari BP4, maka pasangan yang akan melakukan

3

Wawancara pribadi dengan Drs. Jajat Sudrajat SH., MH. Hakim PA Bekasi. Pada Tanggal 13 Mei 2011.

4

Wawancara pribadi dengan Drs. Syarifuddin. Ketua BP4 KUA Kec. Bekasi Barat. Pada Tanggal 13 Mei 2011.

5 Ibid.


(63)

perceraian langsung ke Pengadilan Agama atau ke orang tua/tokoh masyarakat untuk menyelesaikan masalah keluarga mereka, oleh sebab itu BP4 kurang berfungsi.6

Selama menjabat sebagai Ketua BP4 Kec. Bekasi Barat, Drs. Syarifuddin hanya menerima 4 Pasangan suami istri yang ingin melakukan perceraian, yang mana hanya 1 pasangan saja yang gagal bercerai, selainnya diteruskan ke Pengadilan Agama.7

Minimnya pengetahuan masyarakat terhadap BP4 dapat mengakibatkan perceraian yang akan terjadi, oleh karena itu orang tua dan tokoh masyarakat sangat berperan penting dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang ada ditengah masyarakat. Bagi calon pengantin yang ingin menikah secara resmi, mereka mengetahui peranan BP4. Tetapi dikarenakan banyaknya pernikahan yang tidak melalui lembaga Negara yang resmi maka mereka tidak mengetahui peranan BP4.

Selain itu, kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap BP4 dikarekan tidak adanya bantuan dari pemerintah, sosialisasi mengenai BP4 ke masyarakat hanya melalui ceramah-ceramah agama. Dukungan dari pemerintah hanya ada ketika melaksanakan nikah massal, dan hal ini sangat jarang sekali dilakukan. Hambatan-hambatan lainnya yakni kurangnya sumber daya manusia di BP4.

6

Ibid. 7


(64)

55

Walaupun ditengah keterbatasan yang ada, keberadaan BP4 harus tetap dipertahankan dan difungsikan kembali dengan tujuan awalnya. Salah satu upayanya ialah dengan meningkatkan kesejahteraan anggota BP4 serta meningkatkan sumber daya manusianya,8

yakni dengan menempatkan orang-orang yang mempunyai keahlian seperti ahli psikologi dan ahli konseling, ahli keuangan, sehingga hasil konsultasi dengan BP4 bisa memuaskan pihak-pihak yang berkonsultasi.

Setiap kasus yang masuk ke Pengadilan Agama tidak dianjurkan oleh Hakim untuk menyelesaikan ke BP4 melainkan mereka meminta agar kasus perceraian tersebut terlebih dahulu diselesaikan secara mediasi di dalam atau di luar Pengadilan. Karena tidak adanya mediator yang bersertifikat di KUA Bekasi Barat, maka Hakim Pengadilan Agama yang berperan sebagai mediator di luar persidangan.9 Karena Pengadilan Agama berpegang teguh pada Perma No.1 Tahun 2008 tentang mediasi.

Dalam tataran konsepnya upaya-upaya yang harus dilakukan BP4 untuk mengurangi perceraian adalah dengan memanggil pihak-pihak yang terkait di dalam perceraian, lalu memberikan nasihat-nasihat agar tidak terjadi

8

Ibid. 9

Wawancara pribadi dengan Drs. Jajat Sudrajat SH., MH. Hakim PA Bekasi. Pada Tanggal 13 Mei 2011


(65)

perceraian.10 Kemudian melakukan penyuluhan setiap ada kesempatan kepada masyarakat bahwa perceraian itu dibenci oleh Allah SWT, mempersiapkan pasangan yang akan melakukan pernikahan yaitu memberi nasihat-nasihat, supaya rumah tangga mereka tidak gagal ditengah jalan atau bercerai dengan bimbingan kursus pengantin (suscatin) baik dari segi agama, adat istiadat yang berkembang dimasyarakat maupun Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Lemahnya peranan lembaga BP4 ditengah-tengah masyarakat harus mendapatkan perhatian yang serius dari Pemerintah. Diperlukan upaya-upaya tertentu agar peranan BP4 bisa efektif ditengah masyarakat, sehingga tingkat perceraian bisa dikurangi dan semua permasalahan keluarga bisa dikonsultasikan untuk dicarikan jalan keluar dengan cara-cara yang baik.

Dari pendahuluan dan beberapa kasus tersebut peran BP4 belum optimal dan tindak lanjut dari penyelesaian kasus belum dapat diselesaikan secara baik. Disarankan kepada pasangan yang berselisih untuk lebih memahami ilmu agama, ilmu munakahat, ilmu kesehatan, ilmu ekonomi dan ilmu psikologi agar membina kembali keutuhan rumah tangga dengan saling mengerti dan memahami kelebihan dan kekurangan masing-masing pasangan.

10

Wawancara pribadi dengan Drs. Syarifuddin Ketua BP4 KUA Kec. Bekasi Barat. Pada Tanggal 13 Mei 2011.


(66)

57

Kepada BP4 disarankan untuk lebih meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat, mengadakan sosialisasi, mendata para penduduk yang menikah agar suatu saat nanti bias diambil antisipasi tentang usia pernikahan selanjut. Kepada Kepala Kantor Departemen Agama agar membina, mengawasi kinerja BP4 supaya lebih optimal dalam menjalankan tugas pokoknya dalam menyelesaikan perselisihan perkawinan dan memberikan angaran yang semestinya demi suksesnya program BP4.

Salah satu tujuan dibentuknya BP4 adalah untuk membentuk keluarga sakinah mawaddah warahmah, sehingga terciptanya masyarakat madani yang akan membawa Indonesia pada sebuah peradaban. Fungsi dan tugas BP4 tetap konsisten melaksanakan UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dan Peraturan Perundang lainnya tentang Perkawinan, oleh karenanya fungsi dan peranan BP4 sangat diperlukan masyarakat dalam mewujudkan kualitas perkawinan. Namun, apabila banyak keluarga yang pecah akibat perceraian maka akan berdampak besar bagi perkembangan anak dan keluarga disekitarnya.

Tingginya tingkat perceraian di Kota Bekasi menjadi tanda bahwa tidak terealisasinya tujuan dari UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Bagi Pengadilan Agama diharapkan agar menjalin hubungan dengan KAU di wilayah Kecamatan. Dahulu mememang KUA dan PA dalam satu kesatuan di bawah payung Departement Agama. Namun, sekarang sudah terpisah berada di bawah kekuasaan Mahkamah Agung, meskipun terpisah bukan berarti tidak bisa bersatu


(67)

lagi. Oleh karena itu, hendaknya antara KUA dan PA saling membantu demi menciptakan keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah dan Indonesia yang adil, sejahtera materil, spirituil dan bahagia dikemudian hari.

Apabila ditinjau dari pendapat Lawrence Meir Friedman, hukum memiliki tiga aspek agar bisa berjalan dengan baik ditengah-tengah masyarakat,11 yakni:

1. Structure (tatanan kelembagaan dan kinerja lembaga) 2. Substance (materi hukum)

3. Legal Culture (budaya hukum)

Apabila dianalisa menggunakan teori Lawrence Meir Freidmen, tingginya tingkat perceraian di Kec. Bekasi Barat permasalahannya terletak pada Structure (tatanan kelembagaan dan kinerja lembaga) serta Legal Culture (budaya hukum).

D. Peran BP4 dan Tim Mediator

Sejak BP4 dibentuk pada tanggal 3 Januari 1960 dan dikukuhkan oleh Keputusan Menteri Agama Nomor 85 tahun 1961, diakui bahwa BP4 adalah satu-satunya Badan yang berusaha dibidang Penasihatan Perkawinan dan

11

Lawrence Meir Friedmen, American Law: An Introduction (New York: W.W Norton and Company, 1984) yang mana penulis kutip dari ceramah pengukuhan guru besar Sayta Arinanto, Politik Pembangunan Hukum Nasional Dalam Era Pasca Reformasi, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2006.


(68)

59

Pengurangan Perceraian untuk meningkatkan kualitas perkawinan menurut ajaran Islam. Maka diperlukan bimbingan dan penasihatan perkawinan secara terus-menerus dan konsisten agar dapat mewujudkan rumah tangga/keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Fungsi dan Tugas BP4 tetap konsisten melaksanakan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dan Peraturan Perundang lainnya tentang Perkawinan, oleh karenanya fungsi dan peranan BP4 sangat diperlukan masyarakat dalam mewujudkan kualitas perkawinan.12

Sejalan dengan Peraturan Mentri Agama No. 3 Tahun 1975 Pasal 28 ayat (3) menyebutkan bahwa “Pengadilan Agama dalam berusaha mendamaikan kedua belah pihak dapat meminta bantuan kepada Badan Penasihat Perkawinan, Perselisihan dan Perceraian (BP4) agar menasihati kedua suami istri tersebut untuk hidup makmur lagi dalam rumah tangga”.

Mediator adalah pihak yang bersifat netral dan tidak memihak, yang berfungsi membantu para pihak dalam mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa.13 Sebagai pihak ketiga yang netral, independent, tidak memihak, ahli dibidang yang disengketakan. Hal ini sejalan dengan firman Allah QS. An-Nisa ayat 58:

12

Muqaddimah Anggaran Dasar BP4 yang merupakan Hasil Munas BP4 ke XIV, 2009. 13


(1)

J : Konsep mediasi yang dilakukan oleh BP4 adalah memberikan masukan dan saran kepada suami istri yang sedang bermasalah dengan cara mengirim surat panggilan kepada kedua pasangan untuk diadakan mediasi di KUA.

4. T : Kendala apa saja yang dihadapi oleh BP4 dalam membina keluarga sakinah dan bagaimana solusinya?

J : Kendala yang dihadapi dalam membina keluarga sakinah adalah banyak pasangan yang mendaftar nikah tidak mau mengikuti pembinaan perkawinan yang dilakukan di KUA dengan alasan sibuk dan lain sebagainya, mereka lebih suka dilakukan waktu akad sedang berlangsung karena tidak mau repot lagi.

5. T : Apakah masyarakat tahu tentang adanya BP4 di KUA ini?

J : Sebagian besar masyarakat tidak tahu tentang adanya BP4, tujuan dan fungsinya, yang mereka tahu KUA adalah tempat orang untuk menikah dan Pengadilan Agama tempat orang bercerai.

6. T : Apakah BP4 menjalin kinerja dengan PA Bekasi dalam proses mediasi? J : Tidak, walaupun ada PERMA No. 3 Tahun 1975 Pasal 28 ayat (3)

menyebutkan bahwa “Pengadilan Agama dalam berusaha mendamaikan kedua belah pihak dapat meminta bantuan kepada Badan Penasehat


(2)

Perkawinan, Perselisihan dan Perceraian (BP4) agar menasihati kedua suami istri tersebut untuk hidup makmur lagi dalam rumah tangga, namun prakteknya tidak terlaksana.

7. T : Apakah para korps BP4 sudah ahli dalam mendamaikan suami istri yang sedang bermasalah?

J : Korp BP4 disini sudah ahli dalamm mendamaikan suami istri yang sedang bermasalah, karena korps disini merupakan dari kalangan tokoh masyarakat/pemuka agama.

8. T : Sejauh mana pemerintah meperhatiakan BP4 ini sebagai lembaga mediasi di KUA dan apakah sudah sejahtera para korps BP4 saat ini? J : Sampai saat ini pemerintah kurang meperhatikan BP4 sebagai lembaga

mediasi di KUA, tidak adanya angaran dana untuk berjalannya lembaga ini dan semakin meningkatnya perceraian yang ada di Kota Bekasi.


(3)

Wawancara

Hari/Tanggal : 13 Mei 2011

Waktu : 14:30 WIB

Tempat Wawancara : PA Bekasi

Nama Responden : Drs. Jajat Sudrajat SH., MH

Jabatan : Hakim

1. T : Apakah pelaksanaan mediasi sudah berjalan sebagaimana mestinya atau belum?

J : Sudah.

2. T : Seperti apakah konsep mediasi yang dilakukan di PA Bekasi?

J : Konsep mediasi PA Bekasi adalah mengacu pada PERMA NO.1 tahun 2008 tentang Mediasi.

3. T : Apa kendala yang dihadapi PA dalam membina keluarga sakinah dan bagaimana solusinya?

J : Banyak kendala yang dihadapi PA dalam membina keluarga sakinah diantaranya sulitnya para hakim untuk memediasi suami istri yang sedang bermasalah, sudah tidak ada kecocokan, sering terjadi kekerasan dan lain sebagainya. Solusi sudah diberikan dengan diberikan saran dan


(4)

masukan namun, memang sudah tidak bisa dipersatukan kembali karena mereka yang bercerai umumnya sudah kronis dan susah untuk dimediasi.

4. T : Berapa persen yang Bapak tahu pasangan yang berhasil dimediasi disini selama menjabat?

J : Sekitar 10% yang berhasil dimediasi selebihnya bercerai.

5. T : Apakah PA Bekasi menjalin kinerja dengan BP4 di KUA wilayah bekasi dalam proses mediasi?

J : Tidak, karena kami mengikuti prosedur yang ada, yaitu PERMA NO. 1 Tahun 2008 tentang mediasi.


(5)

Pedoman Wawancara

Nama : Drs. Syarifuddin

Jabatan : Ketua BP4 di KUA Kec. Bekasi Barat

1. Bagaimanakah sistem pembinaan dan penasihatan yang dilakukan oleh BP4 di KUA Kec. Bekasi Barat?

2. Apakah pelaksanaan fungsi kepenasihatan di BP4 ini telah berjalan dengan seharusnya atau belum?

3. Seperti apakah konsep mediasi yang dilakukan di BP4?

4. Kendala apasaja yang dihadapi oleh BP4 dalam membina keluarga sakinah dan bagaimana solusinya?

5. Apakah masyarakat tahu tentang adanya BP4 di KUA ini?

6. Apakah BP4 menjalin kinerja dengan PA Bekasi dalam proses mediasi?

7. Apakah para korps BP4 sudah ahli dalam mendamaikan suami istri yang sedang bermasalah?

8. Sejauh mana pemerintah meperhatikan BP4 ini sebagai lembaga mediasi di KUA dan apakah sudah sejahtera para korps BP4 saat ini?


(6)

Pedoman Wawancara

Nama : Drs. Jajat Sudrajat SH., MH

Jabatan : Hakim PA Bekasi

1. Apakah pelaksanaan mediasi sudah berjalan sebagaimana mestinya atau belum? 2. Seperti apakah konsep mediasi yang dilakukan di PA Bekasi?

3. Kendala apasaja yang dihadapi oleh PA dalam membina keluarga sakinah dan bagaimana solusinya?

4. Berapa persen yang bapak tahu pasangan yang berhasil dimediasi disini selama menjabat?

5. Apakah PA Bekasi menjalin kinerja dengan BP4 di KUA diwilayah Bekasi dalam proses mediasi?