Keempat, organisasi BP4 sudah berdiri sejak lama dan mempunyai
jaringan sampai Kecamatan serta sudah sangat berpengalaman dalam menyelenggarakan kursus-kursus dan pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan
pembiaan keluarga sakinah. Penetapan BP4 sebagai lembaga yang terakreditasi dalam menyelenggarakan diklat mediator, secara teoritis hanya tinggal
formalitasnya saja. Namun, untuk meningkatkan peran BP4 dalam upaya perdamaian bagi
perkara-perkara yang ditangani PA. ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian dari para tokoh BP4:
Pertama , perlu menambah tokoh-tokoh yang ahli atau melakukan
peningkatan wawasan dan pemahaman dibidang psikologi keluarga dan hukum positif yang berkaitan dengan kewenangan PA.
Kedua, perlu kerjasama dengan Departemen Agama atau pihak lainnya
dalam memperoleh dana operasional. Mediasi yang dilakukan oleh mediator bukan Hakim akan menambah beban biaya bagi para pihak. Hakim akan lebih
cenderung dipilih sebagai mediator dari pada yang bukan Hakim, dengan alasan bahwa Hakim yang bertindak sebagai mediator tidak dibenarkan menerima
imbalan sebagai mediator. Perlu diupayakan agar para pihak yang menggunakan mediator dari BP4 dibebaskan dari biaya jasa.
Ketiga, perlu pembenahan organisasi, sehingga BP4 dapat ditunjuk
sebagai lembaga penyelenggara diklat terakreditasi dan dapat memberikan sertifikat mediator.
Sambil menunggu tindak lanjut dari Mahkamah Agung atas ditetapkannya PERMA, pihak BP4 dapat mempersiapkan diri, melakukan
konsultasi kepada Mahkamah Agung dan melakukan upaya-upaya lainnya agar anggota BP4 dapat bertindak sebagai mediator dan BP4 dapat ditunjuk sebagai
lembaga yang dapat menyelenggarakan diklat dan memberikan sertifikat mediator.
C. Kendala dan Solusi BP4 dalam Membina Keluarga Sakinah
Di era reformasi sekarang ini peran BP4 sangat diperlukan untuk menciptakan iklim yang kondusif dalam upaya keluarga sakinah mawaddah wa
rahmah. Untuk melaksanakan misi tersebut BP4 berupaya memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat berupa penasihatan, pembinaan,
pelestarian, mediasi dan advokasi perkawinan serta memberikan dorongan kepada segenap tokoh masyarakat, ormas Islam, Konselor dan Penasihatan
Perkawinan untuk lebih pro aktif memberikan bimbingan dan penyuluhan tentang pentingnya eksistensi keluarga yang bahagia kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.
2
Kurangnya kerja sama antara BP4 dengan Pengadilan menjadi hambatan bagi BP4 dalam menjalankan tugas-tugasnya. Seharusnya Pengadilan Agama
sebelum memeriksa kasus perceraian memerintahkan kepada pasangan yang hendak bercerai untuk melakukan mediasi di BP4. Tetapi hal ini terbentur oleh
2
Amir Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006, h. 46.
PERMA No. 1 Tahun 2008 yang memerintahkan Hakim untuk menempuh jalur mediasi dahulu sebelum diajukan ke meja persidangan.
3
Hakim langsung menjadi mediator terhadap masalah tersebut.
Selain itu, tidak maksimalnya kinerja dari BP4 untuk menanggulangi tingginya angka perceraian di Kec. Bekasi Barat dikarenakan tidak adanya dana
khusus dari pemerintah untuk BP4, masih kurangnya sumber daya manusia dari pengurus BP4 serta kurangnya sosialisi kepada masyarakat tentang lembaga BP4
di tengah-tengah masyarakat.
4
Di Kec. Bekasi Barat peranan BP4 sangat kurang sekali, karena minimnya pengetahuan masyarakat terhadap BP4 dan kurangnya sosialisasi,
sehingga masyarakat kurang mengetahui fungsi dari BP4 itu sendiri. Sebagian besar masyarakat hanya mengetahui KUA adalah sebatas tempat orang menikah
saja dan Pengadilan Agama adalah tempat orang bercerai.
5
Kalau berbicara dalam tataran idealnya tugas BP4 juga harus memberikan nasihat bagi pasangan suami istri yang ingin bercerai, sehingga
tingkat perceraian bisa diminimalisir. Akibat kurangnya pengetahuan masyarakat tentang tugas-tugas pokok dari BP4, maka pasangan yang akan melakukan
3
Wawancara pribadi dengan Drs. Jajat Sudrajat SH., MH. Hakim PA Bekasi. Pada Tanggal 13 Mei 2011.
4
Wawancara pribadi dengan Drs. Syarifuddin. Ketua BP4 KUA Kec. Bekasi Barat. Pada Tanggal 13 Mei 2011.
5
Ibid.
perceraian langsung ke Pengadilan Agama atau ke orang tuatokoh masyarakat untuk menyelesaikan masalah keluarga mereka, oleh sebab itu BP4 kurang
berfungsi.
6
Selama menjabat sebagai Ketua BP4 Kec. Bekasi Barat, Drs. Syarifuddin hanya menerima 4 Pasangan suami istri yang ingin melakukan perceraian, yang
mana hanya 1 pasangan saja yang gagal bercerai, selainnya diteruskan ke Pengadilan Agama.
7
Minimnya pengetahuan masyarakat terhadap BP4 dapat mengakibatkan perceraian yang akan terjadi, oleh karena itu orang tua dan tokoh masyarakat
sangat berperan penting dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang ada ditengah masyarakat. Bagi calon pengantin yang ingin menikah secara resmi,
mereka mengetahui peranan BP4. Tetapi dikarenakan banyaknya pernikahan yang tidak melalui lembaga Negara yang resmi maka mereka tidak mengetahui
peranan BP4. Selain itu, kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap BP4 dikarekan
tidak adanya bantuan dari pemerintah, sosialisasi mengenai BP4 ke masyarakat hanya melalui ceramah-ceramah agama. Dukungan dari pemerintah hanya ada
ketika melaksanakan nikah massal, dan hal ini sangat jarang sekali dilakukan. Hambatan-hambatan lainnya yakni kurangnya sumber daya manusia di BP4.
6
Ibid.
7
Ibid.