Tim Mediator LANDASAN TEORITIS

                   12  Artinya: Dan menyuruh kamu apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah SWT memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah SWT adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat. QS. An-Nisa: 58. Untuk melaksanakan tugasnya, seorang mediator dapat melakukan dua macam peran yaitu: peran pasif dan peran aktif. Kedua peran tersebut dapat dilakukan atau diterapkan oleh seorang mediator tergantung pola kondisi saat itu, apakah ia harus bersifat pasif atau aktif. Mediator bersifat pasif disebabkan apabila para pihak yang bersengketa memiliki kepedulian yang tinggi dan lebih aktif untuk menyelesaikan sengketanya yang mereka hadapi sehingga mediator hanya berperan sebagai penengah dan mengarahkan penyelesaian sengketa serta mengatur perundingan-perundingan, memimpin rapat dan sebagainya. Mediator di harapkan bersifat aktif apabila para pihak bersikap pasif atau menunggu dan sulit berkomunikasi. Dalam kondisi yang demikian, mediator harus cepat tanggap dan mengambil inisiatif melakukan tindakan. Christoper W. Moore menyebutkan ada tiga tipologi mediator yaitu; mediator hubungan sosial, social network mediator, mediator autoritatif authoritative mediator, mediator mandiri independent mediator. 13 12 Ibid., h. 91-9 Tipe mediator hubungan sosial sering kita temui dalam masyarakat pedesaan, misalnya para pemuka adat, pemuka masyarakat dan alim ulama. Tipe mediator autoratif adalah mediator yang bekerja di instansi pemerintah. Mediator yang demikian sering kita temui dalam penyelesaian kasus-kasus tanah yaitu antara pengusaha dan masyarakat pemilik tanah, yang menjadi mediator adalah seorang atau tim yang bekerja di instansi Pemerintah atau Pengadilan. 14 Mediator mandiri adalah mediator yang dianggap paling baik atau profesional bila di bandingkan dengan dua tipe mediator diatas karena mediator mandiri tidak memiliki hubungan, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan para pihak yang bersengketa. Pada umumnya orang-orang yang menjadi mediator mandiri bersifat profesional. Dia akan melayani para pihak sepenuhnya dengan menggunakan pendekatan sukarela dan tidak mempunyai sumber daya untuk memantau pelaksanaan kesepakatan.

C. Konsep Keluarga Sakinah Menurut Islam

Mempunyai keluarga sakinah mawaddah wa rahmah adalah dambaan setiap insan, baik yang akan maupun yang tengah membangun rumah tangga. Faktanya menunjukan bahwa banyak orang yang merindukan rumah tangga menjadi suatu yang teramat indah, bahagia, penuh dengan berkah. Namun, fakta juga membuktikan tidak sedikit keluarga yang hari demi harinya hanyalah 13 Rachhmadi Usman, Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, Bandung: PT. Aditya Bahkti, 2003. h. 94. 14 Ibid., h. 94. perpindahan dari kecemasan, kegelisahan dan penderitaan. Bahkan tidak jarang di akhiri dengan pertengkaran, perceraian dan juga penderitaan. Ada ungkapan Rasulullah SAW “Baitii jannatii” rumahku adalah surgaku, merupakan ungkapan tepat tentang bangunan rumah tanggakeluarga ideal. Dimana dalam pembangunannya mesti dilandasi fondasi kokoh berupa Iman, kelengkapan bangunan dengan Islam, dan pengisian ruang kehidupannya dengan Ihsan, tanpa mengurangi kehirauan kepada tuntutan kebutuhan hidup sebagaimana layaknya manusia tak lepas dari hajat keduniaan, baik yang bersifat kebendaan maupun bukan. Merindukan suatu keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah itu tidak asal jadi, yang hanya bermodalkan cinta saja, tetapi dibutuhkan kesungguhan, keyakinan, keberanian, serta dibutuhkan kerja keras dan kemauan yang kuat untuk mewujudkannya. Ada beberapa indikasi untuk menciptakan keluarga yang bahagia: 15 Pertama, dengan menjadikan keluarga yang ahli ibadah, keluarga yang ahli taat, keluarga yang menghiasi dirinya dengan dzikrullah dan keluarga yang selalu rindu untuk mengutuhkan kemulian hidup di Dunia, terutama mengutuhkan kemuliaan di hadapan Allah SWT kelak di Surga. Yang menjadikan tempat berkumpulnya keluarga di Surga sebagai motivasi dalam meningkatkan amal ibadah. 15 Suma, Muhammad Amin, Hukum Kelauarga Isalam di Dunia Islam, Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2004. Kedua, menjadikan rumah tangga sebagai pusat ilmu. Pupuk iman adalah Ilmu. Memiliki harta tapi kurang ilmu akan menjadikan kita di perbudaknya. Harta di nafkahkan akan habis, iImu dinafkahkan tidak akan habis dan akan berlimpah. Pastikan keluarga kita sungguh-sungguh mencari ilmu baik ilmu tentang Dunia maupun Ilmu Akhirat, bekali anak sedari kecil dengan ilmu dan jadilah orang tua yang senantiasa menjadi sumber ilmu bagi anak- anaknya. Ketiga, jadikan rumah sebagi pusat nasihat. Kita harus tahu persis semakin hari semakin banyak yang harus kita lakukan, untuk itu kita butuh orang lain agar bisa saling melengkapi kekurangan, guna memperbaiki kesalahan kita. Apabilan sebuah rumah tanga mulai saling menasihati, maka keluarga bagaikan cermin yang akan membuat anggota keluarganya berpenampilan lebih baik dan lebih baik lagi. Karena tidak ada koreksi yang lebih baik daripada koreksi dari keluarga. Keempat, jadikan rumah sebagi pusat kemulian, pastikan keluarga kita sebagai contoh bagi keluarga yang lain. Berbahagialah jika keluarga kita di jadikan contoh teladan bagi keluarga lain. Itu berarti masing-masing anggota keluarga senantiasa menuai pahala dari setiap orang yang berubah karena kita sebagi jalan kebaikannya, saling berlomba-lombalah dalam memunculkan kemulian dikeluarga agar terciptanya keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah.