Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS

34

F. Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS

Sebelumnya SBIS dikenal sebagai Sertifikat Wadiah Bank Indonesia Syariah SWBI, Menurut Wirdyaningsih dkk 2005:149 SWBI merupakan instrumen kebijakan moneter yang bertujuan untuk mengatasi kesulitan kelebihan likuiditas pada bank yang beroperasi dengan prinsip syariah. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 29PBI2000, yang dimaksud dengan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia SWBI adalah sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan prinsip wadiah Pasal 1 Ayat 4. Sedangkan yang dimaksud wadiah disini adalah perjanjian penitipan dana antara pemilik dana dengan pihak penerima titipan yang dipercaya untuk menjaga dana tersebut Pasal 1 Ayat 3. Selanjutnya perubahan perundang – undangan tentang pencabutan SWBI menjadi SBIS, berdasarkan PBI Nomoe 1011PBI2008, SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. SBIS diterbitkan sebagai salah satu insrumen oprasi pasar terbuka dalam rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan prinsip syarih dengan mengunakan akad ju’alah Peraturan Bank Indonesia 2008. Munurut Tak’yudin Abu Bakar 2005:403 menurut bahasa ialah “Apa yang memberikan oleh seseorang manusia atas perintah yang ia kerjakannya”, sedangkan menurut istilah ialah “Bahwa menjadikan oleh seseorang akan kebolehan pengelolaan ukurang yang telah diketahui dari 35 harta bagi orang yang melaksanakannya yang diketahui atau yang tidak diketahui”. Ju’alah adalah suatu kontrak dimana pihak pertama menjanjikan imbalan tertentu kepada kepada pihak kedua atas pelaksanaan suatu tugas atau pelayanan yang dilakukan oleh pihak kedua untuk kepentingan pihak pertama Zainul Arifin, 2009:36. Instrumen ini menjadi masukan yang positif bagi perbankan syariah. Pasalnya, sebelum diterbitkannya SBIS ini sebelumnya mengunakan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia SWBI dimana jika dibandingkan dengan SBI konvensional memiliki perbedaan bonus atau return yang sangat berbeda. Untuk itu bank Indonesia menerbitkan SBIS sebagai ganti SWBI setelah mendapat izin dari Dewan Syraiah Nasional DSN. Dalam peraturan Bank Indonesia SBI Syariah diterbitkan melalui mekanisme lelang. Pihak yang berhak mengikuti lelang adalah Bank Umum Syariah BUS dan Unit Usaha Syariah UUS baru dapat mengikuti lelang SBIS jika memenuhi persyaratan Financil to Deposit Ratio FDR yang telah ditetapkan oleh bank indonesia sebagaimana terdapat pada pasal 7 ayat 1 : BUS atau UUS dapat memiliki SBIS melalui penjualan pembelian SBIS secara langsung atau melalui perusahaan pialang pasar uang rupiah dan valuta asing. • Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia Syaraiah • Menggunakan akad Ju’alah. • Satuan unit sebesar Rp 1.000.000,00 satu juta rupiah. 36 • Berjangka waktu paling kurang 1 satu bulan dan paling lama 12 dua belas bulan. • Diterbitkan tanpa warkat. • Dapat digunakan pada bank indonesia dan • Tidak dapat diperdagangkan dipasar sekunder. 1. Mekanisme dan Penyelesaian Transaksi SBIS Dalam trnsaksi SBIS yang mengunakan akad Ju’alah terdapat mekanisme-mekanisme yang harus diikuti dan dipatuhi oleh Bank Umum Syariah BUS dan Unit Usaha Syariah UUS didalam menjalankan mekanisme lelang SBIS, adapun mekanisme yang harus dijalakan sebagai berikut: a. Mekanisme Lelang SBIS 1 Bank Indonesia BI mengumumkan rencana lelang SBIS paling lambat pada 1 satu hari kerja sebelum pelaksanaan lelang SBIS, antara lain meliputi : a BUS dan UUS yang dapat mengikuti lelang SBIS FDR 80 dan tidak sedang dikenakan sanksi pemberhentian sementara untuk mengikuti lelang SBIS; b Jangka waktu SBIS; c Tingkat imbal, yang mengacu kepada tingkat diskonto hasil lelang Sertifikat Bank Indonesia SBI berjangka waktu sama yang ditebitkan bersama dengan penerbitan SBIS dengan ketentuan sebagai berikut : 37 • Dalam hal lelang SBI mengunakan metode fixed rate tender, maka imbal SBIS ditetapkan sama dengan rata- rata tertimbang tingkat diskonto hasil lelang SBI. • Dalam hal lelang SBI mengunakan metode variabel rate tender, maka imbalan SBIS ditetapkan sama dengan rata-rata tertimbang tingkat diskonto hasil lelang SBI. d Tanggal transaksi, dan e Tanggal setelmen. b. Pada hari pelaksanaan lelang SBIS hari Rabu pukul 10.00 – 12.00, BUS, UUS, Pialang mengajukan penawaran kuantitas SBIS yang dibeli kepada Bank Indonesia cq Derektorat Pengawasan Moneter kepada Biro Oprasional Moneter BI cq. DPM – BopM melalui BI – SSSS. c. BI cq DPM – BopM mengumumkan hasil lelang SBIS setelah window time SBIS ditutup pada hari pelaksanaan lelang, secara individual kepada pemegang lelang melalui BI – SSSS dan secara keseluruhan melalui BI – SSSS dan sistem Laporan Harian Bank Umum LHBU. d. BI menetapkan kualitas pemegang lelang SBIS berdasarkan jumlah penawaran kualitas yang diterima atau berdasarkan perhitungan kualitas secara proposional. 38 e. BI cq. DPM – PTPM melakukan penyelesain hasil lelang SBIS pada hari kerja yang sama dengan hari pelaksanaan lelang SBIS, dengan cara sebagi berikut: a Mendebet rekening giro pemenang lelang dalam rangka penyelsaian dana; dan b Mengkredit rekening surat berharga pemenang lelang dalam rangka penyelesaian surat berharga; masing-masing sebesar hasil nominal SBIS yang dimenangkan. f. Dalam hal BUS atau UUS tidak memiliki saldo rekening giro yang mencukupi untuk menutup seluruh kewajiban penyelesain dana sebagimana dimaksud pad butir 1.a sampai dengan cut-off warning Sistem BI – RTGS, maka hasil lelang SBIS yang dimenangkan BUS atau UUS yang bersangkutan diyatakan batal. g. BI juga dapat membatalkan hasil lelang SBIS antara lain dalam hal penawaran yang masuk dinilai berada di luar kewajaran dari pemikiran potensi likuditas. Pembataln tersebut diumumkan oleh BI setelah window time ditutup pada pada hari pelaksanaan lelang melalui BI – SSSS dan secara keseluruhan melalui BI – SSSS dan sistem LHBU. Adapun pengertian BI-SSSS adalah Bank Indonesia – Scripless Scurities Settlement Sistem yaitu sistem yang menghubungkan secara langsung secara elektronik antara peserta, penyelengara dan sistem Bank Indonesia, sedangkan BI RTGS adalah Real Time Gross Settlement menurut PBI Nomor 39 106PBI2008 tentang RTGS ialah suatu sistem tranfer dana elektronik antara peserta dalam mata uang rupiah yang penyelesainnya dilakukan secara seketika pertransaksi secara inividu. 1. Sanksi BUS dan UUS akan dikenakan sanksi jika transaksi SBIS oleh BUS atau UUS dinyatakan batal karena dua hal. Pertama, tidak memiliki saldo rekening giro yang cukup untuk memenuhi kewajiban penyelesain transaksi pembelin SBIS. Yang kedua, tidak memiliki rekening surat berharga dan saldo rekening giro yang cukup untuk menyelesaikan transaksi pembelian SBIS. Sanksi yang akan dikenakan adalah sebagi berikut: a. Terdapat pembatalan hasil lelang SBIS karena saldo rekening giro yang tidak mencukupi, BUS dan UUS dikenakan sanksi berupa teguran tertulis dan kewajiban membayar sebesar 11000 satu per seribu dari nominal SBIS yang dibatalkan atau paling banyak sebesar Rp. 1000.000.000,00 satu milyar rupiah untuk setiap pembatalan. b. Apabila dalam kurun waktu 6 enam bulan, BUS dan UUS telah mendapatkan teguran tertulis sebanyak 3 tiga kali, maka selain mendapatkan sanksi teguran tertulis dan kewajiban membayar, BUS dan UUS juga dikenakan sanksi pemberhentian sementara untuk mengikuti lelang SBIS sampai dengan lelang minggu berikutnya dan 40 larangan mengajukan Repo SBIS selama 5 lima hari kerja berturut- turut Peraturan Bank Indonesia, 2008 3. Mekanisme Repo SBIS Selain mekanisme lelang SBIS juga terdapat mekanisme Repo SBIS diman BUS dan UUS dapat merepokan SBIS miliknya kepada Bank Indonesia dengan terlebih dahulu menandatangani perjanjian penggunaan SBIS dalam rangka Repo SBIS. Terdapat Repo SBIS, bank indonesia akan mengenakan biaya kepada BUS atau UUS. Adapun mekanisme Repo SBIS adalah sebagai berikut: a. Bank Indonesia BI cq. DPM-Bop mengumumkan biaya Repo SBIS dan jangka waktu Repo. b. BUS dan UUS yang sebelumnya telah menandatangani Perjanjian Pengunaan SBIS dalam tangka Repo dan tidak sedang dalam pengenaan sanksi. c. Terhadap Repo SBIS, dikenakan Biaya repo SBIS. d. BI cq. DPM – PTPM melakukan penyelesaaian Surat Berharga dan penyelsain dalam rangka Repo SBIS yaitu pada waktu pelaksanaannya Bank Indonesia, 2008. 4. Perbedaan Antara Sertifikat Wadiah Bank Indonesia SWBI dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS Sebagaimana peraturan yang telah ditetapakan oleh Bnk Indonesia dalam Peraturan Bank Indonesia No. 1011PBI2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS mengantikan kebijakan peraturan 41 sebelumnya yatu peraturan Bank Indonesia No. 67PBI2004 tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia SWBI. Dengan keluarnya peraturan baru ini maka Peraturan Bank Indonesia No. 672004 tanggal 16 Febuari 2004 tentang SWBI dicabut dan telah dinyatakan tidak berlaku Bank Indonesia, 2008. Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang dalam prakteknya menggunakan akad ju’alah yaitu mekanismenya dalam bentuk lelang, dan lelang tersebut akan dimenagkan oleh slah satu BUS dan UUS yang yang mengkikuti lelang dan tidak sedang kena sanksi. Sedangkan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia memakai akad wadiah yang berarti titipan yang bonusnya ditetapkan oleh Bank Indonesia Bank Indonesia, 2008.

G. Inflasi

Dokumen yang terkait

Pengaruh Financing to Deposit Ratio dan Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia

1 65 87

Pengaruh financing to deposit ratio (FDR) dan return on asset (ROA) terhadap return bagi hasil deposito mudharabah: studi pada PT. Bank muamalat Indonesia, Tbk

0 4 1

Pengaruh penempatan dana sertifikat Bank Indonesia syariah (SBIS) dan pasar uang antarbank berdasarkan prinsip syariah (PUAS) terhadap Financing To Deposit Ratio (FDR) perbankan syariah

2 18 104

Pengaruh non performing financing,financing to deposit ratio, dan retrun on assets terhada pertumbuhan aset bank syariah

0 7 0

Pengaruh non performing financing,financing to deposit ratio, dan retrun on assets terhada pertumbuhan aset bank syariah (analisis pada bank umum syariah di Indonesia periode 2011-2014)

0 9 105

Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Profitabilitas PT Bank Mega Syariah

1 15 95

Pengaruh CAR, NPF, FDR dan BOPO Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah (Periode 2011-2015)

1 9 152

Pengaruh Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Return On Asset (ROA) (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode

1 16 131

PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK), SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS), NON PERFORMING FINANCING (NPF) DAN RETURN ON ASSETS (ROA) TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Periode 2009 - 2014

2 18 138

Pengaruh Capital Adequancy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011-2015

0 2 108