Manajemen Asset dan Likuditas Bank Syariah

17 c Menyalurkan Deposito Time Deposit Merupakan simpanan yang berjangka waktu panjang dan memiliki jangka waktu tertentu. d Menyalurkan Dana Lending Kegitan bank yang menjual dana yang telah dihimpun pada masyarakat atau memberikan pembiayaan pada masyarakat. e Memberikan Jasa-jasa Bank Lain Service Merupakan kegiatan penunjang dan menyalurkan dana. Jasa-jasa yang diberikan oleh bank atara lain adalah kiriman uang, tranfer, Kliring, save deposit box, dll.

B. Manajemen Asset dan Likuditas Bank Syariah

A. Manajemen Asset Menurut Muhammad 2005:262 manajemen asset adalah upaya yang dilakukan oleh bank syariah dalam mengelola atau mengatur posisi dana yang diterima dari aktivitas funding untuk disalurkan kepada aktivitas financing , dengan harapan bank bersangkutan mampu memenuhi kriteria- kriteria likuiditas, rentabilitas dan solvabilitas. Bagi bank konvensinal, selain modal, sumber dana lainnya cenderung bertujuan untuk “menahan” uang. hal ini sesuai dengan pendekatan yang dilakukan Kenynes yang mengemukakan bahwa orang yang membutuhkan 18 uang untuk tiga kegunaan: transaksi, cadangan jaga-jaga dan investasi Muhamad Syafi’i Antonio, 2001:146. Menurut Zainul Arifin 2003:144 sebagaimana bank konvensional, bank syariah pun merupakan lembaga itermediasi antara penabung dan investor. Perbedaan pokoknya terletak pada prinsip bagi hasil dan berbagi risiko yang melandasi sistem operasionalnya. Hal ini antara lain tercemin pada karakteristik berikut: a. Berbeda dengan bank konvensional, bank Islam hanya menjamin pembayaran kembali nilai nominal simpanan giro dan tabungan wadi’ah, tetapi tidak menjamin pembayaran kembali nilai nominal dari deposito investment Depositmudharabah Deposit. Bank Islam juga tidak menjamin keuntungan atas deposito pada bank syariah tergantung kinerja bank, tidak sebagaimana bank konvensional yang menjamin pembayaran keuntungan atas deposito berdasarkan tingkat bunga tertentu dengan mengabaikan performance-nya. b. Sistem oprasional bank syariah berdasarkan pada sistem equity dimana setiap modal adalah berisiko. Oleh karena itu hubungan kerjasama antar bank Islam dengan nasabahnya adalah berdasarkan prinsip bagi hasil dan berbagi risiko Proft and Loss Sharing PLS. c. Dalam melakukan kegiatan pembiayaan financing bank Islam menggunakan model pembiayaan syariah Islamic models of financing yaitu PLS dan non-PLS. sehubungan dengan itu bank Islam 19 melakukan pooling dana-dana nasabah dan berkewajiban menyediakan manajemen investasi yang profesional. Berdasrkan karakteristik tersebut, maka risiko yang dihadapi oleh bank syariah lebih terfokus pada risiko likuditas dan risiko kredit dan tidak akan pernah mengalami risiko fluktuasi tingkat bunga. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa manajemen assetliabilitas itu akan bertemu di suatu kondisi yang singkron untuk memenuhi kebutuhan likuiditas bank syariah harus menempatkan dana yang telah dihimpun lalu menyalurkan ke instrumen-instrumen likuiditas. B. Manajemen Likuditas

a. Pengertian Likuditas Bank

Menurut Robert Tampubolon 2004:165 likuditas bank merunjuk pada kemampuan sebuah bank untuk segera dan selalu dapat menghimpun dana atau menghasilkan uang pada biaya yang wajar. Menghimpun likuiditas merupakan salah satu aktivitas kunci bank, karena secara langsung maupun tidak langsung, bank harus mampu menyediakan likuiditas untuk melayani nasabahnya. Penghimpunan dana menimbulkan konsekuensi biaya yang akan bergantung kepada opsi pendanaan yang ada, kombinasi jatuh waktu antara aktiva dan pasiva asset and liability. Opsi pembiayaan juga tergantung pada kondisi keuangan dan tingkat kesehatan bank yang bersangkutan. Untuk itu, bank harus memiliki akses ke sumber dana yang memadai. Artinya bank harus dapat menyelesaikan masalah diatas 20 secara tepat waktu. Tindakan ini harus dapat menekan biaya likuidasi atau biaya penutupan usaha bankruptcy cost serendah atau sekecil mungkin, apabila hal tersebut harus terjadi. Semua hal tidak akan dapat dipenuhi oleh sebuah bank jika likuiditasnya sangat rendah. Likuiditas pada umumnya adalah mengenai posisi uang kas suatu perusahaan dan kemampuannya untuk memenuhi kewajiban membayar utang yang jatuh tempo tepat pada waktunya. Apabila dikaitkan dengan lembaga bank, berarti kemampuan bank setiap waktu untuk membayar utang jangka pendeknya apabila tiba-tiba ditagih oleh nasabah atau pihak-pihak terkait. Jadi yang dimaksud likuiditas disini adalah kemudahan mengubah asset menjadi uang tunai dari masing- masing bank yang bersangkutan. Dalam pengelolaan dana, bank akan mengalami salah satu dari tiga hal di bawah ini: 1 posisi seimbang squere, di mana persediaan dana sama dengan kebutuhan dana yang tersedia. 2 posisi lebih long, di mana persediaan dana lebih dari kebutuhan dana yang tersedia. 3 posisi kurang short, di mana persediaan dana kurang dari kebutuhan dana. Dalam kegiatan operasional, bank dapat mengalami kelebihan atau kekurangan likuiditas. Apabila terjadi kelebihan, maka hal itu dianggap sebagai keuntungan bank. Sedangkan jika terjadi kekurangan likuiditas, 21 maka bank memerlukan sarana untuk menutupi kekurangan tersebut. Wirdyaningsih dkk., 2005:140 Menurut Zainul Arifin 2005:164 salah satu kendala operasional yang dihadapi oleh perbankan islam adalah kesulitan dalam mengelola likuiditasnya secara efisien. hal itu terlihat pada beberapa gejala, antara lain: 1 Tidak tersedianya kesempatan investasi segera atas dana-dana yang diterimanya. Dana-dana tersebut terakumulasi dan menganggur untuk beberapa hari sehingga mengurangi rata-rata pendapatan mereka. 2 kesulitan mencairkan dana investasi yang sedang berjalan, pada saat ada penarikan dana dalam situasi krisis. Memenuhi kebutuhan likuiditas seringkali sama kompleksnya dengan mengestimasikan kebutuhan likuiditas itu sendiri, tetapi tidak ada cukup kebijakan dan prosudur untuk memenuhinya. Pada prinsipnya likuiditas adalah kemudahan mengubah asset menjadi uang tunai dengan sedikit atau tanpa berkurang nilainya. Para banker Islam harus memperhatikan beberapa ketentuan syariah yang harus menjadi pedoman yang telah diatur oleh Bank Indonesia dan Dewan Syariah Nasional DSN dalam peraturan dan fatwa yang berlaku, antara lain sebagai berikut: 22 1 Uang tidak boleh menghasilkan apa-apa. Uang hanya berkembang jika diinvestasikan dalam bidang ekonomi rill tangible economics asset. 2 Keberhasilan kegiatan ekonomi diukur dengan Return On Investment ROI return ini boleh diestimasikan tapi tidak boleh ditentukan didepan. 3 Bagian saham dalam perusahaan, kegiatan mudharabah atau kemitraan musyarakah dapat dibeli atau dijual untuk kegiatan investasi dan bukan untuk tujuan spekulasi atau tujuan perdagangan paper. 4 Piranti keuangan Islami, seperti bagian saham dalam kemitraan atau perusahaan, dapat dinegosiasikan dibeli atau dijual karena ia mewakili bagian saham dalam jumlah asset dari bisnis nyata. C. Financing to Deposit Ratio FDR Pada perbankan syariah tidak mengenal kredit loan dalam penyaluran dana yang dihimpunnya. Oleh karena itu, aktifitas penyaluran dana yang dilakukan bank syariah lebih mengarah kepada pembiayaan financing. Hutang merupakan sesuatu yang harus dihindari dalam perbankan syariah. Rumus perhitungan likuiditas ini dikonversi karena masih dalam terminologi yang sama yaitu fungsi intermediasi perbankan, terutama dalam aspek penyaluran dana yang telah dihimpunnya untuk mendapatkan gain profit. 23 Rumus LDR kedalam dunia syariah menjadi FDR Financing to Deposit Ratio . Sehingga FDR dapat dirumuskan dengan : FDR = Pembiayaan yang disalurkan Total Dana Pihak Ketiga Salah satu kendala operasional bank syariah adalah kesulitan dalam mengendalikan likuiditasnya secara efisien, dimana gejalanya adalah tidak tersedianya kesempatan investasi yang sedang berjalan. Penting bagi banker Islam untuk memahami bahwa instrument likuiditas yang digunakan bank konvensional itu dibangun untuk mengatasi kesulitan yang mereka hadapi dalam sistem keuangan yang bersifat ribawi. Menjadi tantangan dan tanggung jawab bagi banker syariah untuk menempatkan dananya pada instrumen likuiditas yang sesuai dengan akidah islam. FDR adalah suatu pengukuran tradisional yang menunjukkan deposito berjangka, giro, tabungan dan lain-lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman loan requests nasabahnya. Rasio ini menggambarkan sejauh mana simpanan digunakan untuk pemberian pinjaman. Rasio ini juga dapat mengukur tingkat likuiditas. FDR disebut juga rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga yang digunakan untuk mengukur dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit. Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama bank, oleh karena itu sumber pendapatan utama bank berasal dari kegiatan ini. Semakin besarnya penyaluran dana dalam bentuk kredit relatif bila dibandingkan dengan Deposit atau simpanan masyarakat pada suatu bank membawa konsekuensi semakin besarnya risiko yang ditanggung oleh bank 24 yang bersangkutan. FDR adalah perbandinagan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank. Rasio ini digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana dana yang bersumber dari dana pihak ketiga. Tinggi rendahnya rasio ini menunjukkan tingkat likuditas bank tersebut. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 265BPPP tanggal 29 Mei 1993, besarnya FDR ditetapkan oleh Bank Indonesia tidak boleh melebihi 110. Yang berarti bank boleh memberikan kredit atau pembiayaan melebihi jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun asalkan tidak melebihi 110 Muhammad, 2005:55. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendah kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin besar. Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa suatu bank meminjamkan seluruh dananya loan-up atau relatif tidak likuid illiquid. Sebaliknya rasio yang rendah menunjukkan bank yang likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap untuk dipinjamkan. Oleh karena itu, rasio ini juga dapat untuk memberi isyarat apakah suatu pinjaman masih dapat mengalami ekspansi atau sebaliknya harus dibatasi. Dalam pengertian sehari-hari, bahwa akhir-akhir ini yang dilihat pada indikator FDR umumnya hanya berisi komponen yang sangat sederhana. Sebagai indikator pinjaman adalah jumlah atau posisi pinjaman yang diberikan, sebagaimana yang tercantum pada sisi aktiva. Sedangkan sebagai indikator pada simpanan adalah giro, deposito, tabungan yang masing-masing tercantum pada sisi pasiva neraca. Kedua komponen 25 tersebut dalam bentuk rupiah. Yang dalam bentuk valuta asing yang berada di bank-bank devisa belum diperhitungkan. Sebagai tindak lanjut pengembangan perbankan syariah Bank Indonesia BI telah mengelurkan beberapa ketentuan yang berkaitan dengan perbankan syariah.

D. Giro Wajib Minimum GWM

Dokumen yang terkait

Pengaruh Financing to Deposit Ratio dan Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia

1 65 87

Pengaruh financing to deposit ratio (FDR) dan return on asset (ROA) terhadap return bagi hasil deposito mudharabah: studi pada PT. Bank muamalat Indonesia, Tbk

0 4 1

Pengaruh penempatan dana sertifikat Bank Indonesia syariah (SBIS) dan pasar uang antarbank berdasarkan prinsip syariah (PUAS) terhadap Financing To Deposit Ratio (FDR) perbankan syariah

2 18 104

Pengaruh non performing financing,financing to deposit ratio, dan retrun on assets terhada pertumbuhan aset bank syariah

0 7 0

Pengaruh non performing financing,financing to deposit ratio, dan retrun on assets terhada pertumbuhan aset bank syariah (analisis pada bank umum syariah di Indonesia periode 2011-2014)

0 9 105

Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Profitabilitas PT Bank Mega Syariah

1 15 95

Pengaruh CAR, NPF, FDR dan BOPO Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah (Periode 2011-2015)

1 9 152

Pengaruh Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Return On Asset (ROA) (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode

1 16 131

PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK), SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS), NON PERFORMING FINANCING (NPF) DAN RETURN ON ASSETS (ROA) TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Periode 2009 - 2014

2 18 138

Pengaruh Capital Adequancy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011-2015

0 2 108