2. Pencurian dengan Hukuman Ta zir adalah jarimah yang diancam
dengan hukuman ta zir. Pengertian menurut bahasa ialah tadib atau memberi pelajaran. Tazir juga diartikan Ar Rad wa Al Manu, artinya
menolak dan mencegah
76
. Akan tetapi menurut istilah, sebagaimana yang dikemukakan oleh Imam Al Mawardi, pengertiannya adalah
sebagai berikut
ح ا ف شت ت
ت ا Artinya:
Tazir itu adalah hukuman pendidikan atas dosa tindak pidana yang belum ditentukan hukumannya oleh syara .
77
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa hukuman tazir itu adalah hukuman belum ditetapkan oleh syara , melainkan diserahkan kepada
ulil amri, baik penentuannya maupun pelaksanaannya. Dalam menentukan hukuman tersebut, penguasa hanya menetapkan hukuman
secara global saja. Artinya pembuat undang-undang tidak menetapkan hukuman untuk masing -masing jarimah tazir, melainkan Iya
menetapkan sekumpulan hukuman, dari yang seringan-ringannya sampai yang seberat-beratnya.
76
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2005, h. 19
77
Mawardi, Al Ahknm As Sulthaniyah, Maktabah Musthafa AI Baby Al H.aby, Mesir, 1973, cetakan \11, h. 236
Dengan demikian ciri khas darijarimah tazir itu adalah sebagai berikut. 1
Hukumannya Tidak Tertentu Dan Tidak Terbatas Artinya hukuman tersebut belum ditentukan oleh syara dan ada
batas minimal dan ada batas maksimal. 2
Penentuan Hukuman Tersebut Adalah Hak Penguasa Berbeda dengan jarimah hudud dan qishas maka jarimah tazir tidak
ditentukan banyaknya. Hal ini oleh karena yang termasuk jarimah ta zir ini adalah apa perbuatan maksiat yang tidak dikenakan hukuman had dan
qishas, yang sangat banyak. Tentang jenis-jenis jarimah tazir ini Ibn Taimiyah mengemukakan:
ك ق ح ف س ت ا ا
، ا س
ج ا ا
ا ق ك
ج ،
ت ا ا ك ح ك ا .....
ت ت ا ت ق ءا ف
، ا ا ا
ق .
Artinya : Perbuatan-perbuatan maksiat yang tidak dikenakan hukuman had tidak
pula kifarat, seperti mencium anak-anak dengan syahw mencium wanita lain yang bukan istri, tidur satu ranjang ta persetubuhan, atau memakan
barang yang tidak halal seperti darah dan bangkai, maka semuanya itu
dikenakan hukuman ta zir sebagai pembalasan pengajaran, dengan kadar hukuman yang ditetapkan oleh penguasa.
78
Tujuan diberikannya hak penentuan jarimah-jarimah tazir dan hukuman kepada penguasa adalah agar mereka dapat mengatur masyarakat
dan memeli kepentingan-kepentingannya, serta bisa menghadapi dengan sebaik-baiknya setiap keadaan yang bersifat mendadak.
79
Jarimah tazir di samping ada yang diserahkan penentuannya sepenuh kepada ulil amri, juga ada yang memang sudah ditetapkan oleh syara , seperti
riba dan suap. Di samping itu juga termasuk ke dalam kelompok ini, jarimah- jarimah yang sebenarnya sudah ditetapkan hukumannya oleh syara hudud
akan tetap syarat-syarat untuk dilaksanakannya hukuman tersebut belum terpenuhi. Misalnya pencurian yang tidak sampai selesai atau barang yang
dicuri kurang dari nis pencurian, yaitu seperempat dinar.
80
Pentingnya Pembagian kepada Tiga Macam Jarimah Pembagian jarimah kepada hudud, qishas, dan ta zir ini tampak penting dalam segi-segi
berikut ini :
81
1 Segi pengampunan
78
Taimiyah, Asyiyasah As Syari’iyah, Maktabah Anshar As-Sunnah Al Muhamadiyah, Kairo,
1961, h. 112
79
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2005, h. 20
80
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2005, h. 20
81
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2005, h. 21
Pada jarimah hudud tidak ada pengampunan sama sekali, baik dari korban atau walinya maupun dari penguasa tertinggi kepala negara. Akan
tetapi pada jarimah qishas dan diat, pengampunan bisa diberikan oleh korban atas keluarganya. Pengampunan tersebut berpengaruh terhadap hukuman,
sehingga hukuman pokok, yaitu qishas menjadi gugur dan diganti dengan hukum diat. Kalau diat dimaafkan juga maka dari segi hukuman yang
berkaitan dengan hak manusia, dia sudah bebas. Akan tetapi, karena dalam jarimah qishas dan diat terdapat hak Allah hak masyarakat di samping hak
manusia maka dalam hal ini hakim masih dibolehkan untuk menjatuhkan hukuman tazir sebagai imbangan dari hak Allah tersebut. Dalamjarimah tazir
sifat pengampunannya lebih luas. Pengampunan tersebut bisa diberikan oleh korban dalani hal yang menyangkut hak individu dan bisa juga oleh penguasa
dalam hal yang menyangkut hak masyarakat. 2
Segi kompetensi hakim Dalam jarimah hudud apabila sudah dapat dibuktikan maka hakim hanya
tinggal memutuskan dan melaksanakan hukuman sesuai dengan ketentuan yang ada dalam syara‟. tanpa mengurangi, menambah, atau mengganti
dengan Hukuman yang lain. Sedangkan dalam jarimah qishas dan diat prinsipnya sama dengan jarimah hudud. Hanya perbedaannya kalau korban
memberikan pengampunan baik dari hukuman qishas maupun diat maka pengampunan tersebut bisa dipertimbangkan oleh hakim, sehingga
keputusan hukuman vonis bisa diubah. Dalam jarimah tazir, hakim
mempunyai kekuasaan yang luas,mulai dari memilih macamnya hukuman yang sesuai, sampai kepada memberatkan atau meringankan hukuman atau
membebaskannya, karena dalamjarimah tazir hakim mempunyai kebebasan untuk berijtihad.
3 Segi keadaan yang meringankan
Dalam jarimah hudud dan qishas, hukuman tidak terpengaruh oleh keadaan- keadaan tertentu yang berkaitan dengan pelaksanaan jarimah, kecuali apabila
pelaku tidak memenuhi syarat-syarat taklif, seperti gila atau di bawah umur. Akan tetapi dalam jarimah-jarimah tazir, keadaan korban atau suasana
ketika jarimah itu dilakukan dapat mempengaruhi berat ringannya hukuman yang akan dijatuhkan kepada pelaku.
4 Segi alat-alat pembuktian
Saksi tertentu, apabila alat pembuktian yang digunakan berupa saksi. Dalam pembuktikan jarimah zina misalnya diperlukan empat orang saksi yang
menyaksikan dengan mata kepala sendiri terjadinya jarimah tersebut sedangkan untuk jarimah hudud yang lain dan jarimah qishas dan diat, hanya
diperlukan minimal dua orang saksi, bahkan dalam jarimah tazir kadang kadang hanya diperlukan seorang saksi saja.
C. Sanksi Hukuman