Pencurian dengan hukuman had, yaitu dibagi menjadi dua pencurian

B. Jenis-jenis Pencurian dan Sanksi Hukuman

Pencurian dalam syariat Islam terbagi ke dalam dua macam, yaitu pencurian dengan hukuman had potong tangan dan pencurian dengan ta’zir.

1. Pencurian dengan hukuman had, yaitu dibagi menjadi dua pencurian

ringan dan pencurian berat. a. Pencurian ringan adalah mengambil harta milik orang lain dengan secara diam-diam yaitu dengan cara sembunyi-sembunyi. 69 Pencurian ringan yang dikenakan had yaitu apabila tersebut mencapai nishab dan hukumannya adalah potong tangan. Dasar hukumnya adalah firman Allah dalam Al- Qur‟an surat al-Maidah 5 ayat 38. Hukuman had potong tangan tersebut kepada pencuri yang telah memenuhi syarat yaitu berakal, baligh, dapat membedakan mana yang baik dan benar serta mengetahui mana yang halal dan haram. Seorang anak kecil dan orang gila yang mencuri tidak dikenakan had potong tangan. 70 Hal ini berdasarkan haditst Nabi SAW: ق تح ج ا تح تح ا ظق تّ تح ئ ا ثاث ق ا ف Artinya : ” Bebas dari hukum tiga orang yaitu : orang yang tidur sampai ia bangun, anak-anak sampai dewasa, dan orang gila sehingga ia 69 Abdul Qodir Audah, Al- Tasyri’ al Jinai al-Islami, juz II, h. 514 70 Wahbah al- Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillah. h.5431 berakal atau sadar 71 b. Sedangkan yang dimaksud dengan pencurian berat adalah mengambil harta milik orang lain dengan kekerasan. 72 Dalam pencurian berat pengambilan harta dilakukan secara terang- terangan dan terdapat pula unsur kekerasan. Dalam istilah lain pencurian berat ini disebut juga dengan jarimah hirabah atau perampokan. Fuqaha sepakat bahwa hirabah adalah mengangkat senjata dan menggangu lalu lintas di luar kota. Menurut Imam Malik, hirabah di dalam dan di luar kota itu sama saja. Dalam hal ini Imam Syafi‟I mensyaratkan adanya kekuatan, meski ia tidak mensyaratkan jumlah dan besarnya kekuatan itu. Kekuatan yang dimaksud adalah kekuatan untuk dapat mengalahkan. 73 Menurut Ulama Hanafiah, Hirabah adalah keluar untuk mengambil harta dengan jalan kekerasan yang realisasinya menakuti- nakuti orang lewat di jalan atau mengambil harta atau membunuh orang. Sedangkan menurut Imam Malik Hirabah adalah mengambil harta dengan tipuan, baik menggunakan kekuatan atau tidak. 74 71 Abu Dawud al-Sijistani, Sunan Abi Dawud, h 546 haditst nomor 4403 72 Abdul Qadir Audah, al- Tasyri’ al-Jinayat al-Islami, Juz II, h. 514 73 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, h. 373 74 Abdul Qadir Audah, al- Tasyri’ al-Jinayat al-Islami, Juz II, h. 540 Dari pengertian di atas, dapat diketahui bahwa unsur jarimah hirabah adalah keluar untuk mengambil harta, baik dalam kenyataannya pelaku tersebut mengambil harta atau tidak. Di samping itu, bentuk tindak pidana perampokan ada empat : 1 Keluar untuk harta serta kekerasan, kemudian pelaku hanya mengintimidasi : Keluar untuk mengambil harta serta kekerasan, kemudian ia mengambil harta tanpa pembunuhan. 2 Keluar untuk mengambil harta serta kekerasan kemudian ia melakukan pembunuhan tanpa mengambil harta dan. 3 Keluar untuk mengambil harta secara kekerasan kemudian ia mengambil harta dan melakukan pembunuhan. Hirabah dapat dilakukan secara perorangan atau kelompok yang mempunyai kekuatan atau pun kemampuan untuk melakukannya. Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad mensyaratkan bahwa pelaku tersebut harus memiliki dan menggunakan senjata, atau alat lain yang dipersamakan dengan senjata seperti kayu atau tongkat, batu dan lain-lain, Tetapi Imam Malik, Imam Syafi‟I dan Zahiriyah tidak mensyratkan adanya senjata, melainkan cukup dengan kekuatan dan kemampuan fisik, bahkan Imam Malik mencukupkan tipu daya. 75 75 Qadir Audah, al- Tasyri’ al-Jinayat al-Islami, Juz II, h. 540

2. Pencurian dengan Hukuman Ta zir adalah jarimah yang diancam