xvi ”soil transmitted helminths” terjadi pada semua golongan umur sebesar 40-60,
sedangkan pada usia Sekolah Dasar 7-15 tahun sebesar 60-80.
3
Menurut penelitian Ginting 2001-2002 pada anak Sekolah Dasar di Kabupaten Tanah Karo dari 120 sampel ditemukan 84 orang yang positif kecacingan
dengan rincian anak laki-laki sebanyak 51orang 60,7 dan anak perempuan sebanyak 33 orang 39,3.
23
Sejak tahun 2002 angka kejadian kecacingan pada anak Sekolah Dasar terlihat mengalami fluktuasi yaitu dari 33,3, menurun menjadi 33,0 pada tahun
2003, tahun 2004 meningkat menjadi 46,8, kemudian menurun lagi tahun 2005 yaitu 28,4, dan pada tahun 2006 meningkat kembali menjadi 32,6.
8
b. Tempat
Penyakit kecacingan umumnya terjadi pada daerah yang mempunyai sanitasi lingkungan yang jelek dan kurang tersedianya air bersih dan sosial ekonomi yang
rendah. Dari hasil penelitian Hiswani 1997 di Nias menemukan prevalensi cacing yang ditularkan melalui tanah ”soil transmitted helminths” masih cukup tinggi yaitu
Ascaris lumbricoides sebesar 35 sedangkan prevalensi cacing Trichuris trichiura 5,7.
20,24
Pada tahun 2002 prevalensi kecacingan dari hasil survei di 10 propinsi Indonesia dengan sasaran anak Sekolah Dasar sangat bervariasi yaitu 4,8-83,0
dengan prevalensi tertinggi di Propinsi Nusa Tenggara Barat dan diikuti Propinsi Sumatera Utara, sedangkan yang terkecil di Propinsi Jawa Timur. Hasil survei
prevalensi kecacingan tahun 2003 dengan sasaran dan lokasi yang sama pada tahun 2002 menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda. Prevalensi cacingan keseluruhan
16
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xvii 42,26 dengan rincian Ascaris lumbricoides 22,26, Trichuris trichiura 20,30
dan Hookworm 0,7.
25
c. Waktu
Penyakit Kecacingan menunjukkan fluktuasi musiman. Biasanya insiden meningkat pada permulaan musim hujan, karena curah hujan sangat erat kaitannya
dengan kelembaban tanah tempat telur cacing berkembang biak. Lingkungan tanah liat sangat menguntungkan bagi cacing Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura
sedangkan lingkungan yang mengandung pasir sangat menguntungkan bagi cacing Hookworm.
22
2.4.2. Faktor Lingkungan
Penyakit kecacingan merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan oleh karena itu pemberantasan penyakit cacing ini harus melibatkan
berbagai pihak. Faktor lingkungan seperti tanah, air, tempat pembuangan tinja tercemar oleh telur atau larva cacing serta berakumulasi dengan perilaku manusia
yang tidak sehat pula yaitu personal higiene maka dapat menimbulkan kejadian kecacingan.
3,26
Keadaan lingkungan yang menyebabkan faktor penyebab kejadian kecacingan adalah
a. Sumber air
Air merupakan sangat penting bagi kehidupan manusia. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci
17
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xviii bermacam-macam cucian dan sebagainya. Supaya air tetap sehat dan terhindar dari
kuman maka air yang digunakan harus diolah terlebih dahulu.
27
Adapun sumber dan cara pengolahan air yang sering digunakan oleh masyarakat yaitu:
i. Sumber air : air hujan, air permukaan sungai, danau, mata air, air sungai, air tanah sumur dangkal, sumur dalam
ii. Pengolahan air seperti pembuangan benda-benda yang terapungmelayang, pengendapan, penyaringan, penyimpanan
28
b. Jamban