Hubungan Tempat Biasa Pembuangan Tinja Dengan Kejadian Kecacingan

xliii

5.2.11. Hubungan Tempat Biasa Pembuangan Tinja Dengan Kejadian Kecacingan

Tabel 5.15. Tabulasi Silang Hubungan Tempat Biasa Pembuangan Tinja Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar di Desa Tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008 N0 Tempat Biasa Pembuangan Tinja Kejadian Kecacingan Total Positif + Negatif - f f f 1 Kebun 59 56,2 46 43,8 105 100 2 Sembarangan 36 62,1 22 37,9 58 100 3 Jamban Sendiri 19 48,7 20 51,3 39 100 χ 2 = 1,696 df= 2 p= 0,428 Berdasarkan tabel 5.15. dapat diketahui bahwa hasil tabulasi silang antara kepemilikan jamban dengan kejadian kecacingan pada anak SD Negeri di desa tertinggal Kecamatan Pangururan menunjukkan bahwa 105 responden biasa buang air besar di kebun ditemukan positif infeksi kecacingan sebanyak 59 orang 56,2 sedangkan negatif sebanyak 46 orang 43,8. Dari 58 responden biasa buang air besar secara sembarangan ditemukan positif infeksi kecacingan sebanyak 36 orang 62,1 sedangkan negatif sebanyak 22 orang 37,9. Kemudian dari 39 responden biasa buang air besar di jamban sendiri ditemukan positif infeksi kecacingan sebanyak 19 orang 48,7 sedangkan negatif sebanyak 20 orang 51,3. Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh nilai p 0,05 berarti tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara faktor tempat biasa pembuangan tinja dengan kejadian kecacingan pada anak Sekolah Dasar di desa tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. 43 Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009 USU Repository © 2008 xliv 5.2.12. Hubungan Personal Higiene Dengan Kejadian Kecacingan Tabel 5.16. Tabulasi Silang Hubungan Personal Higiene Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar di Desa Tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008 N0 Personal Higiene Kejadian Kecacingan Total Positif + Negatif - f f f 1 Baik 7 35,0 13 65,0 20 100 2 Sedang 71 51,4 67 48,6 138 100 3 Buruk 36 81,8 8 18,2 44 100 χ 2 = 16,664 df= 2 p= 0,000 Berdasarkan tabel 5.16. dapat diketahui hasil tabulasi silang antara personal higiene dengan kejadian kecacingan pada anak SD Negeri di desa tertinggal Kecamatan Pangururan menunjukkan bahwa 20 responden mempunyai personal higiene baik ditemukan positif infeksi kecacingan sebanyak 7 orang 35,0 sedangkan negatif sebanyak 13 orang 65,0. Kemudian 138 responden mempunyai personal higiene sedang ditemukan positif infeksi kecacingan sebanyak 71 orang 51,4 sedangkan negatif sebanyak 67 orang 48,6. Dari 44 responden mempunyai personal higiene buruk ditemukan positif infeksi kecacingan sebanyak 36 orang 81,8 sedangkan negatif sebanyak 8 orang 18,2. Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh nilai p 0,05 berarti ada hubungan yang bermakna secara statistik antara faktor personal higiene dengan kejadian kecacingan pada anak Sekolah Dasar di Desa Tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. 44 Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009 USU Repository © 2008 xlv 5.2.13. Hubungan Frekuensi Makan Obat Cacing Dengan Kejadian Kecacingan Tabel 5.17. Tabulasi Silang Hubungan Frekuensi Makan Obat Cacing Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar di Desa Tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008 N0 Frekuensi Makan Obat Cacing Kejadian Kecacingan Total Positif + Negatif - f f f 1 ≥ 6 bulan 113 68,5 52 31,5 165 100 2 6 bulan 1 2,7 36 97,3 37 100 χ 2 = 53,194 df= 1 p= 0,000 Berdasarkan tabel 5.17. dapat diketahui hasil tabulasi silang antara frekuensi makan obat cacing dengan infeksi kecacingan pada anak SD Negeri di desa tertinggal Kecamatan Pangururan menunjukkan bahwa 165 responden tidak makan obat cacing ≥ 6 bulan terakhir ditemukan positif infeksi kecacingan sebanyak 113 orang 68,5 sedangkan negatif sebanyak 52 orang 31,5. Kemudian 37 responden makan obat cacing 6 bulan terakhir ditemukan positif infeksi kecacingan sebanyak 1 orang 2,7 sedangkan negatif sebanyak 36 orang 97,3. Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh nilai p 0,05 berarti ada hubungan yang bermakna secara statistik antara faktor frekuensi makan obat cacing dengan kejadian kecacingan pada anak Sekolah Dasar di desa tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. 45 Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009 USU Repository © 2008 xlvi

BAB 6 PEMBAHASAN

6.1. Prevalensi Kejadian Kecacingan Anak Sekolah Dasar

Prevalensi kejadian kecacingan Anak Sekolah Dasar di desa tertinggal Kecamatan Pengururan Kabupaten Samosir tahun 2008 dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Gambar 6.1. Distribusi Prevalensi Kejadian Kecacingan Anak Sekolah Dasar di Desa Tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008 Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui hasil pemeriksaan feses yang dilakukan pada 202 sampel anak Sekolah Dasar di desa tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. Adapun hasil yang diperoleh prevalensi kecacingan sebesar 56,40. Hasil survei Dinas Kesehatan Tingkat I Sumatera Utara pada anak Sekolah Dasar di tiga belas KabupatenKota tahun 2003-2006 diperoleh hasil yaitu prevalensi infeksi kecacingan sebesar 68. 9 46 56,40 43,60 Positif Negatif Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009 USU Repository © 2008