Ketentuan Hukum yang Mengatur Tentang Penjamin

Faillisements Verordening Stb. 1905-217 jo Stb. 1906-348 memiliki 279 Pasal, terdiri dari 2 dua bab, yaitu: 1. Bab I tentang kepailitan Van Faillisement Pasal 1 sampai 211. 2. Bab II Penundaan Pembayaran Surseance Van Betaling Pasal 212 sampai 279. Selain daripada itu yang menjadi dasar hukum atau ketentuan yang mengatur kepailitan adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang No.4 Tahun 1998 jo Undang-Undang No.37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Pembayaran Utang. 2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, misalnya dalam Pasal 1131, Pasal 1132, Pasal 1134, Pasal 1139, Pasal 1149. 3. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, misalnya dalam Pasal 396, Pasal 397, Pasal 398, Pasal 399, Pasal 400, Pasal 520, dan lain-lain. 4. Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007, misalnya Pasal 142 ayat 1 huruf d. 5. Undang-Undang tentang Hak tanggungan UUHT No. 4 Tahun 1996, misalnya Pasal 21.

2. Ketentuan Hukum yang Mengatur Tentang Penjamin

Dalam KUH Perdata, penjaminan atau penanggungan diatur dalam Pasal 1820 sampai dengan Pasal 1850. Dari ketentuan-ketentuan dalam KUH perdata tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang penjamin atau penanggung adalah Universitas Sumatera Utara seorang debitur. 63 63 Sutan Remy Sjahdeini, Op.Cit., hal. 84. Mengenai penanggungan ditegaskan dalam Pasal 1820 KUH Perdata, yang menyatakan bahwa: “Penanggungan adalah suatu persetujuan dengan mana seorang pihak ketiga, guna kepentingan si berutang, mengikatkan diri untuk memenuhi perikatannya si berutang manakala orang ini sendiri tidak memenuhinya.” Dalam Pasal 1823 ayat 1 KUH Perdata dinyatakan bahwa: “Seorang dapat memajukan diri sebagai penanggung dengan tidak telah diminta untuk itu oleh orang untuk siapa ia mengikatkan dirinya, bahkan diluar pengetahuan orang itu.” Walaupun hal ini jarang ditemui dalam praktek. Sedangkan dalam ayat 2 Pasal 1823 menyebutkan bahwa diperbolehkan juga untuk menjadi penanggung tidak saja untuk si berutang utama, tetapi juga untuk seseorang penanggung orang itu. Menurut ketentuan pasal ini bahwa seseorang diperbolehkan untuk menanggung pemenuhan kewajiban oleh seseorang penanggung yang telah ada sebelumnya atau penanggung pertama, dalam praktek disebut sub penanggung atau sub penanggung atau sub borg atau sub guarantor. Seperti disebutkan diatas debitur bisa tidak mengetahui bahwa telah dibentuknya perjanjian penanggungan atas utangnya sepanjang hal tersebut diwajibkan. Namun dalam hal debitur diwajibkan untuk mempunyai penanggung seperti yang disebutkan dalam Pasal 1827 KUH Perdata, maka debitur harus mengajukan orang yang cakap menurut hukum sebagai penanggung atau penanggung dan hendaknya berdiam di wilayah Indonesia. Universitas Sumatera Utara Dalam Pasal 1825 KUH Perdata juga disebutkan bahwa kewajiban yang maksimal dapat dipikulkan kepada seorang penanggung yaitu pembayaran seluruh jumlah utangnya ditambah dengan biaya perkara dan biaya peringatan dan biaya lainnya sampai saat penanggungan memenuhi segala kewajibannya, apabila perkara itu sampai ke pengadilan. 64 1. Peraturan Menteri Keuangan No.128PMK.062009 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan No. 128PMK.062007 tentang Pengurusan Piutang Negara, misalnya dalam Pasal 1 angka 12 dan Pasal 102 ayat 2. Pasal 1826 KUH Perdata menetapkan bahwa-bahwa perikatan-perikatan si penanggung ini dapat beralih kepada ahli warisnya, hal ini wajar karena menurut asas hukum pewarisan bila seorang meninggal dunia maka segala aktiva dan pasiva menjadi milik ahli warisnya, begitu juga dalam hal ini, maka si ahli waris wajib membayar utang yang ditinggalkan oleh penanggung bilamana penanggung meninggal dunia dimana utang itu termasuk pasiva dari si pewaris. Dan untuk itu selanjutnya si ahli waris inilah yang menjadi penanggung yang akan melaksanakan segala hak dan kewajiban dari pewaris sebagai penanggung. Selain daripada ketentuan hukum yang diatur dalam KUH Perdata yang mengatur tentang penjamin, ada ketentuan hukum lain yang mengatur tentang penjamin, yaitu: 2. Dan perundang-undangan lain yang mengatur tentang penjamin. 64 Subekti, Jaminan-Jaminan untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1991, hal. 24. Universitas Sumatera Utara

D. Kaitan Antara Kepailitan dengan Penjamin dalam Perseroan Terbatas PT