Ketentuan Hukum yang Mengatur Tentang Kepailitan

penjamin yang lain dalam hal lebih dari seorang penjamin dan penjamin subsidair. 3. Perjanjian penjaminpersonal guarantee ini berakhir jika telah membayar kepada kreditur sekalipun benda yang dibayarkan itu bukan milik debitur dan disita kembali oleh pihak ketiga Pasal 1849 KUH Perdata. 4. Penjamin dapat menuntut supaya debitur melaksanakan pembayaran utang dan menuntut pembebasan penjamin dari perjanjian personal guarantee. Penuntutan ini diajukan oleh penjamin jika kreditur memberikan izin kepada debitur untuk mengundurkan pembayaran utang Pasal 1850 KUH Perdata. Pemberian izin oleh kreditur kepada debitur untuk pembayaran utang tidak berarti bahwa perjanjian personal guarantee itu hapus sama sekali. Kreditur hanya memberikan hak kepada si penjamin untuk menuntut pembebasan diri dari perjanjian personal guarantee atau untuk menuntut debitur melaksanakan pemenuhan prestasi.

C. Ketentuan Hukum yang Mengatur Tentang Kepailitan dan Penjamin dalam Perseroan Terbatas PT

1. Ketentuan Hukum yang Mengatur Tentang Kepailitan

Kepailitan merupakan suatu lembaga hukum perdata sebagai realisasi dari dua asas pokok yang terdapat dalam Pasal 1131 dan 1132 KUH Perdata. Universitas Sumatera Utara Pasal 1131 KUH Perdata menentukan bahwa semua benda bergerak dan tidak bergerak dari seorang debitur, baik yang sekarang ada, maupun yang akan diperolehnya yang masih akan ada, menjadi tanggungan atas perikatan-perikatan pribadinya. Pasal 1132 KUH Perdata menentukan bahwa benda-benda itu dimaksudkan sebagai jaminan bagi para krediturnya bersama-sama dan hasil penjualan atas benda-benda itu akan dibagi diantara mereka secara seimbang, menurut imbanganperbandingan tagihan-tagihan mereka kecuali bilamana diantara mereka atau para kreditur terdapat alasan-alasan pendahuluan yang sah. 61 1. Buku ke III Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHD dengan judul tentang peraturan-peraturan dalam hal ketidakmampuan pedagang, termuat dalam Pasal 749-910. Selain daripada itu pada mulanya pengaturan kepailitan terdapat pada 2 dua tempat, yaitu: 2. Titel VII dari buku III Burgerlijk Recht Verordening dengan judul tentang keadaan tidak mampu yang nyata, berlaku bukan pedagang. Kemudian kedua peraturan diatas dirasakan tidak praktis sebab peraturannya terlalu banyak dan rumit dan penyelesaian suatu kepailitan akan memakan waktu yang terlalu lama. 62 Tahun 1983 di Nederland dikeluarkan peratura baru yang menggantikan kedua peraturan diatas dalam bentuk Faillisment Wet Undang-Undang Kepailitan yang tidak membedakan lagi antara pedagang dan bukan pedagang. 61 Sunarmi, Op.Cit, hal.17-18. 62 Victor M. Situmorang Hendri Soekarso, Op.Cit.,hal. 33. Universitas Sumatera Utara Faillisements Verordening Stb. 1905-217 jo Stb. 1906-348 memiliki 279 Pasal, terdiri dari 2 dua bab, yaitu: 1. Bab I tentang kepailitan Van Faillisement Pasal 1 sampai 211. 2. Bab II Penundaan Pembayaran Surseance Van Betaling Pasal 212 sampai 279. Selain daripada itu yang menjadi dasar hukum atau ketentuan yang mengatur kepailitan adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang No.4 Tahun 1998 jo Undang-Undang No.37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Pembayaran Utang. 2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, misalnya dalam Pasal 1131, Pasal 1132, Pasal 1134, Pasal 1139, Pasal 1149. 3. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, misalnya dalam Pasal 396, Pasal 397, Pasal 398, Pasal 399, Pasal 400, Pasal 520, dan lain-lain. 4. Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007, misalnya Pasal 142 ayat 1 huruf d. 5. Undang-Undang tentang Hak tanggungan UUHT No. 4 Tahun 1996, misalnya Pasal 21.

2. Ketentuan Hukum yang Mengatur Tentang Penjamin