4. Analisis Putusan
Dengan demikian PT. Wirasakti Adikulit sebagai Termohon I dapat dinyatakan pailit karena telah memenuhi persyaratan pailit. Yaitu Berdasarkan
Pasal 2 ayat 1 yang menyatakan bahwa “Debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar lunas
sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan, baik atas perrmohonannya sendiri
maupun atas permohonan satu atau lebih kreditur.”
115
1. Syarat pertama debitur harus memiliki paling sedikit 2 dua atau lebih
kreditur concursus creditorum. Apabila diuraikan syarat-syarat tersebut ialah sebagai berikut:
Bahwa dalam hal ini Termohon I telah memenuhi syarat ini yaitu memiliki paling sedikit 2 dua atau lebih kreditur, yaitu:
a. PT. Putra Mandiri Finance yang dahulu bernama PT. Stacoduta Agung
Finance yang beralamat di Menara Kebun Sirih No. 83, Jakarta Pusat b.
PT. Duta Kirana Finance Tbk , Duta Kirana Buiding yang beralamat di jalan Yos Sudarso Kavling 85 Sunter by Pass Jakarta Utara
c. Fireworks Investments BVI limited, Omar Hodge Building Wickhams
Cay I, Road Town, Tortola British Virgin Islands. Dan kreditur lainnya yaitu:
d. PT. Sinar Devita Cemerlang, Rukan Bukit Gading Mediterania Blok A
Nomor 5, Kelapa Gading Barat, Jakarta Utara.
115
UU No. 37 Tahun 2004
Universitas Sumatera Utara
2. Syarat berikutnya adalah harus ada utang
Syarat lain yang harus dipenuhi untuk mengajukan permohonan pailit yaitu adanya utang. Dalam pasal 1 angka 6 UU Kepailitan No. 37 Tahun 2004
menyebutkan bahwa: “Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan
dalam jumlah uang, baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun yang akan timbul di
kemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena perjanjian atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh debitur, bila tidak
dipenuhi memberi hak kepada kreditur untuk mendapatkan pemenuhannya dari harta kekayaan debitur.
Bahwa utang para Termohon kepada pemohon sebesar Rp. Rp.275.802.269 dua ratus tujuh puluh lima juta delapan ratus dua ribu dua ratus enam puluh
sembilan rupiah, belum termasuk bunga, denda keterlambatan sampai utang dilunasi.
3. Utang tersebut telah jatuh waktu dan dapat ditagih
Syarat ini telah terpenuhi karena utang Termohon I telah jatuh tempo pada tanggal 30 Desember 2003 berdasarkan Akta Penegasan Perdamaian No.
142 tanggal 23 Juli 2003 yang dibuat dihadapan Aulia Taufani, SH, Notaris dan pada tanggal 6 Maret 2006 Pemohon telah mengajukan surat peringatan
yang terakhir kepada Termohon I atas utangnya. Dengan dibuatnya perjanjian penjamin pribadiBorgtocht Personal Guarantee
oleh Mulyadi Kartaraharja sebagai direktur utama dan pemegang saham Termohon I yang selanjutnya disebut sebagai Termohon II maka Temohon II
dengan sendirinya mengikatkan diri untuk melakukan kewajiban debitur dalam hal ini Termohon I untuk melunasi utang Termohon I, apabila Termohon I telah
Universitas Sumatera Utara
lalai dalam melakukan kewajibannya membayar utang terhadap kreditur. Oleh sebab itu Termohon II juga dapat dinyatakan pailit karena berdasarkan Pasal
1831-1850 KUH Perdata dapat disimpulkan bahwa seorang penjamin atau penanggung adalah juga seorang debitur yang berkewajiban untuk melunasi utang
debitur kepada kreditur atau para krediturnya apabila debitur tidak membayar utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih.
Perjanjian penanggunganpenjamin Borgtocht Personal Guarantee yang dirumuskan dalam Pasal 1820 KUH Perdata merupakan suatu persetujuan dimana
pihak ketiga untuk kepentingan kreditur mengikatkan diri memenuhi perikatan yang dibuat oleh debitur apabila debitur tidak memenuhinya. Jadi dalam hal ini
terdapat 2 dua perjanjian yaitu perjanjian pokok dan perjanjian penanggunganpenjaminan pribadi. Dalam hal ini perjanjian pokok adalah
perjanjian yang dibuat antara debitur PT. Wirasakti Adikulit sebagai Termohon I dengan pemohon pailit PT. Putra Mandiri Finance sedangkan perjanjian
penanggungan adalah perjanjian antara Termohon pailit Mulyadi Kartaraharja dengan Pemohon pailit PT. Putra Mandiri Finance.
Bahwa berdasarkan rumusan dari Pasal 1820 KUH Perdata dapat disimpulkan terdapat 3 tiga ciri dari perjanjian penanggungan penjaminan,
yaitu: 1.
Adanya sikap sukarela dari penjamin untuk memenuhi perjanjian kredit yang dibuat oleh debitur terhadap kreditur apabila tidak memenuhinya;
2. Adanya sikap sukarela dari penjamin yang mengikatkan diri untuk
memenuhi kewajiban debitur tersebut, akan menimbulkan perjanjian kedua
Universitas Sumatera Utara
subsidair atau perjanjian penanggungan penjaminan, akan tetapi tetap menunjuk dan atau melekat pada perjanjian pokok perjanjian kredit yang
dibuat oleh debitur dengan kredit; 3.
Adanya sifat ciri accesoir yang ditimbulkan oleh ciri subsidair, artinya perjanjian penanggungan penjaminan hanya merupakan perjanjian
tambahan yang melekat pada perjanjian pokok tidak berdiam sendiri, maka sesuai ketentuan Pasal 1845 KUH Perdata perjanjian penjaminan tersebut
akan berakhir atau hapus apabila perjanjian pokok berakhir, artinya jika debitur telah memenuhi kewajibannya kepada kreditur maka berakhir pula
kewajiban penjamin. Dari penjelasan tersebut diatas maka permohonan pailit terhadap penjamin dapat
dilakukan. Pengajuan pemohonan pailit terhadap debitur dan terhadap penjamin dapat dilakukan pada waktu yang sama dan masing-masing debitur dan penjamin
dapat dituntut untuk membayar 100 utangnya apabila penjamin mengesampingkan Pasal-pasal 1831, 1833, 1837,1847 sampai dengan Pasal 1849
KUH Perdata dalam perjanjian pertanggungan. Putusan Majelis Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat yang menyatakan
bahwa Termohon I dan Termohon II telah sesuai dengan ketentuan peraturan yang ada yaitu ketentuan UU Kepailian UU No. 37 Tahun 2004 dimana syarat
pernyataan pailit yaitu harus sesuai dengan Pasal 2 ayat 1 UU No. 37 Tahun 2004 yaitu debitur harus memiliki paling sedikit 2 dua atau lebih kreditur
concursus creditorum dan adanya utang yang mana utang tersebut telah jatuh waktu dan dapat ditagih. Putusan pailit bagi Termohon II yaitu sebagai penjamin
Universitas Sumatera Utara
juga telah sesuai dengan ketentuan hukum yang ada walaupun banyak pertentangan bahwa penjamin bukan berarti debitur. Dan tidak dapat dibenarkan
atau dimungkinkan kedudukan selaku penjamin berubah menjadi debitur, lebih khusus dalam perkara kepailitan adalah tidak logis dan sangat bertentangan
dengan hukum apabila debitur sendiri tidak dinyatakan pailit dan belum dapat ditentukan dalam persidangan di Pengadilan dapat tidaknya yang bersangkutan
memenuhi kewajiban tersebut langsung diserahkan kepada penjamin. Akan tetapi berdasarkan Pasal 1831-1850 KUH Perdata dapat disimpulkan bahwa seorang
penjamin atau penanggung adalah juga seorang debitur yang berkewajiban untuk melunasi utang debitur kepada kreditur atau para krediturnya apabila debitur tidak
membayar utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih. Penjamin tidak bisa digugat sendiri tanpa menggugat debitur dan
perjanjian pokoknya, apabila penjamin tidak melepaskan hak istimewanya. Dengan demikian penjamin hanya dapat dituntut:
1. Apabila debitur utama yang cidera janji telah dituntur lebih dahulu disita, dan
dilelang hartanya, tetapi hasilnya tidak cukup untuk membayar utangnya, maka penjamin mempunyai kewajiban untuk melunasi kekurangan tersebut;
2. Apabila penjamin melepaska hak istimewanya.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan