Uji Toksisitas TINJAUAN PUSTAKA

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.5 Uji Toksisitas

Pengujian toksisitas diperlukan untuk mengetahui dosis yang dapat menyebabkan keracunan. Pengujian toksisitas biasanya dibagi menjadi tiga kategori: 1 Uji toksisitas akut dilakukan dengan memberikan zat kimia yang sedang diuji sebanyak satu kali, atau beberapa kali dalam waktu 24 jam; 2 Uji toksisitas jangka pendek subakut atau subkronik dilakukan dengan memberikan bahan tersebut berulang-ulang, biasanya setiap hari atau lima kali seminggu selama jangka waktu kurang lebih 10 dari masa hidup hewan; 3 Uji toksisitas jangka panjang kronik dilakukan dengan memberikan zat kimia berulang-ulang selama masa hidup hewan coba atau sekurang-kurangnya sebagian besar dari hidupnya Lu, 1995. Menurut Gupta, et al. 2012, Uji toksisitas akut merupakan uji di mana dosis tunggal zat kimia yang diberikan pada hewan percobaan untuk menentukan LD 50 dosis yang menyebabkan kematian 50 dari kelompok hewan percobaan. Hal ini merupakan langkah awal dalam penilaian dan evaluasi sifat toksik dari suatu zat kimia serta merupakan salah satu pemeriksaan awal yang dilakukan pada semua senyawa. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan nilai LD 50 diantaranya yaitu, pengacakan hewan percobaan, selisih bobot antar hewan, pengosongan lambung puasa, dan ketersediaan air. Selain itu juga dipengaruhi oleh penentuan dosis awal percobaan untuk meminimalkan hewan yang mati, sehingga mengurangi jumlah hewan yang digunakan dalam percobaan. Metode ini juga meningkatkan presisi dari nilai LD 50 Gupta, et al., 2012 . Kategori dan kriteria nilai toksisitas akut dinyatakan sebagai nilai LD 50 atau sebagai estimasi toksisitas akut, seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut GHS, 2009: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 2.1 Klasifikasi Toksisitas Akut Kategori Kriteria Tingkat kebahayaan 1 Oral LD 50 : ≤ 5 mgkgBB; Dermal LD 50 : ≤ 50 mgkgBB; Inhalasi gas LC 50 : ≤ 100 ppm; Inhalasi uap LC 50 : ≤ 0,5 mgL; Inhalasi debu, kabut LC 50 : ≤0,05 mgL Simbol Tanda Bahaya Pernyataan Oral : Fatal jika tertelan Dermal :Fatal jika terkena kulit Gas, udara, debu, kabut : Fatal jika terhirup 2 Oral LD 50 : 5 mgkgBB≤ 50; Dermal LD 50 : 50 mgkgBB ≤ 200; Inhalasi gas LC 50 : 100 ppm ≤ 500; Inhalasi uap LC 50 : 0,5 mgL ≤ 2,0; Inhalasi debu, kabut LC 50 : 0,05 mgL ≤0,5 Simbol Tanda Bahaya Pernyataan Oral : Fatal jika tertelan Dermal : Fatal jika terkena kulit Gas, udara. debu, kabut : Fatal jika terhirup 3 Oral LD 50 : 50 mgkgBB≤ 300; Dermal LD 50 : 200 mgkgBB ≤ 1000; Inhalasi gas LC 50 : 500 ppm ≤ 2500; Inhalasi uap LC 50 : 2,0 mgL ≤ 10,0; Inhalasi debu, kabut LC 50 : 0,5 mgL ≤ 1,0 Simbol Tanda Bahaya Pernyataan Oral : Toksik jika tertelan Dermal : Toksik jika terkena kulit Gas, udara. debu, kabut : Toksik jika terhirup 4 Oral LD 50 : 300 mgkgBB≤ 2000; Dermal LD 50 : 1000 mgkgBB ≤ 2000; Inhalasi gas LC 50 : 2500 ppm ≤ 20000; Inhalasi uap LC 50 : 10,0 mgL ≤ 20,0; Inhalasi debu, kabut LC 50 : 1,0 mgL ≤ 5,0 Simbol Tanda Peringatan Pernyataan Oral : Bahaya jika tertelan Dermal : Bahaya jika terkena kulit Gas, udara, debu, kabut : Bahaya jika terhirup 5 Oral atau dermal LD 50 : 2000 mgkgBB ≤ 5000 Inhalasi gas, udara danatau debukabut LC 50 sama dengan range LD 50 pada oral dan dermal 2000 mgkgBB ≤ 5000 Kriteria tambahan: a. Terdapat indikasi menimbulkan efek toksik yang signifikan pada manusia; b. Terdapat kematian pada kategori 4; c. Terdapat tanda-tanda klinis yang signifikn pada kategori 4; d. Indikasi dari studi lain Simbol Tidak ada simbol Tanda Peringatan Pernyataan Oral : Mungkin bahaya jika tertelan Dermal : Mungkin bahaya jika terkena kulit Gas, udara. debu, kabut Mungkin bahaya jika terhirup Sumber: Globally Harmonized System of Classification and Labelling of Chemicals 2009 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.6 Penentuan LD