Pengambilan Organ Mencit Pembuatan Preparat Histologi Talukder, 2007

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 3.1 Perlakuan terhadap mencit Mencit Perlakuan Ket 1 Ekstrak : 2000 mgkgbb Mencit yang diberi perlakuan 2 Ekstrak : 2000 mgkgbb 3 Ekstrak : 2000 mgkgbb 4 Ekstrak : 2000 mgkgbb 5 Ekstrak : 2000 mgkgbb 6 Na CMC 1 Kontrol 7 Na CMC 1

3.3.4.2 Pengolahan Data

a Penghitungan LD 50 Perhitungan LD 50 menggunakan software AOT 425 StatPgm. b Penghitungan Perbedaan Bobot Mencit Data bobot mencit yang diperoleh diolah secara statistik menggunakan SPSS. Analisis yang dilakukan yaitu uji homogenitas dan uji kenormalan, selanjutnya dilakukan analisis varian one way ANOVA untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan bermakna antara mencit yang diberikan perlakuan terhadap mencit kontrol.

3.3.5 Pengamatan Histopatologi Organ Mencit

3.3.5.1 Pengambilan Organ Mencit

Pemeriksaan histopatologi ini dilakukan untuk melihat pengaruh dari pemberian ekstrak etanol kulit akar Ginseng Kuning terhadap organ hati, ginjal, dan limpa mencit. Mencit yang masih bertahan hidup sampai hari ke 14, dimatikan dengan cara inhalasi menggunakan eter. Setelah mencit mati, kemudian dilakukan pembedahan untuk mengambil organ mencit. Pengambilan organ mencit dilakukan sebagai berikut: a Mencit yang telah mati ditelentangkan pada papan bedah. b Kulit perut bagian bawah diangkat dengan pinset, kemudian pada bagian tersebut digunting menggunakan gunting bedah untuk memberikan jalan bagi pembedahan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta c Pengguntingan tersebut dilanjutkan kearah perut atas sisi kanan dan kiri hingga ke bagian bawah kedua kaki depan mencit sehingga seluruh bagian rongga perut mencit terlihat. d Organ yang diambil adalah hati, ginjal, dan limpa.

3.3.5.2 Pembuatan Preparat Histologi Talukder, 2007

a Fiksasi  Organ direndam dalam Buffer Neutral Formalin BNF 10 . b Dehidrasi  Organ yang telah difiksasi dalam BNF 10 di dehidrasi yaitu dengan memotong organ kira-kira 1 cm kemudian direndam dalam alkohol bertingkat alkohol 70, 80, 90, 95, dan-100, masing-masing selama sehari. c Clearing  Organ dibersihkan dengan diremdam dalam alkohol : xylen 3:1, 1:1, 1:3 masing-masing selama 30 menit, dan kemudian direndam dalam xylen selama sehari. d Infiltrasi  Organ dimasukkan dalam xylen : paraffin 1:1 selama 30 menit, dan kemudian dimasukkan dalam paraffin 1,2, dan 3 masing-masing 1 jam. Proses ini dilakukan didalam oven dengan suhu 58 C. e Embedding  Organ dimasukkan dalam cetakan yang sebelumnya telah diolesi dengan gliserol dan diisi dengan paraffin cair pada dasarnya. Organ yang akan diamati diletakkan melintang, kemudian paraffin cair dituang sampai cetakan penuh. Selanjutnya didiamkan pada suhu ruang selama sehari, sampai paraffin benar-benar mengeras, setelah itu didinginkan dalam lemari pendingin pada suhu 4 C. f Sectioning  Hasil cetakan dipotong dengan menggunakan mikrotom dengan ketebalan 5 µm. g Afiksing  Irisan yang diperoleh dari pemotongan tersebut diletakkan di atas gelas objek yang telah ditetesi air. Kemudian dikeringkan di atas hotplate dengan suhu ± 40 C selama ± 2 hari. h Staining  Organ yang telah melekat pada gelas objek, direndam dalam xylen selama 1 jam, kemudian dilakukan rehidrasi dengan direndam dalam alkohol bertingkat alkohol 100, 95, 90, 80, 70 masing-masing selama ± 30 detik. Setelah itu direndam dalam aquadest. Kemudian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta direndam dalam pewarna Hematoksilin selama ± 30 detik, selanjutnya dicuci pada air mengalir selama 15 menit. Setelah itu direndam dalam aquadest kembali. Dilanjutkan dengan direndam dalam pewarna eosin selama ± 30 detik dan kemudian direndam dalam alkohol bertingkat alkohol 70, 80, 90, 95, dan 100 masing-masing selama ± 30 detik. Setelah itu direndam dalam xylen selama 15-30 menit. i Mounting  Preparat yang telah terwarnai ditetesi dengan entelan ± 1 tetes. Kemudian ditutp dengan cover glass. j Preparat diamati dibawah mikroskop cahaya untuk melihat organ secara mikroskopis dengan perbesaran 200 kali. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Kadar Air Simplisia dan Ekstrak Etanol Kulit Akar Ginseng Kuning Simplisia kulit akar Ginseng Kuning yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kadar air 3,771. Sebanyak 259,94 gram kulit akar Ginseng Kuning yang diekstraksi dengan etanol 96 diperoleh ekstrak kering sebanyak 19,7820 gram, sehingga diperoleh nilai rendemen ekstrak sebesar 7,61 Lampiran 2.

4.1.2 Pengamatan Tanda-Tanda Toksisitas

Pengamatan tanda-tanda toksisitas meliputi keadaan kulit dan bulu, mata, letargi kelesuan, konvulsi kejang, tremor gemetar, diare, dan mati. Saat pengamatan tanda-tanda toksisitas, yaitu setelah pemberian dosis tunggal ekstrak etanol kulit akar Ginseng Kuning 2000 mgkgbb pada mencit tidak ditemukan tanda-tanda toksisitas tersebut. Mencit yang diberikan perlakuan mempunyai aktivitas yang sama dengan mencit kontrol Lampiran 3.

4.1.3 Hasil Bobot Mencit

Tabel 4.1 Bobot Mencit Mencit Bobot mencit gram pada hari ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1 29 30 31 31 31 31 32 32 33 33 33 33 34 34 33 2 29 30 29 30 31 31 32 32 33 33 33 33 33 33 33 3 28 29 29 29 30 30 31 31 30 31 31 32 31 31 31 4 29 29 29 30 30 30 31 32 32 32 32 32 31 32 32 5 30 31 32 32 33 33 35 35 37 36 35 35 34 35 36 6 29 30 30 32 33 32 31 33 34 32 33 33 33 33 34 7 29 30 30 32 33 32 30 32 33 33 32 32 33 33 33