Hasil Pengujian Prasyarat Analisis Data Analisis Gain Pemahaman

2  = rata-rata peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematik siswa pada kelas kontrol Dengan taraf kepercayaan 95 atau taraf signifikan 5 . Sedangkan, kriteria pengujiannya hipotesisnya adalah:  H o diterima jika t hitung ≤ t tabel, ini berarti bahwa rata-rata peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematik siswa pada kelas eksperimen tidak lebih tinggi daripada rata-rata peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematik siswa pada kelas kontrol.  H o ditolak jika t hitung  t tabel, , ini berarti bahwa rata-rata peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematik siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematik siswa pada kelas kontrol. Analisis yang digunakan dalam pengujian hipotesis tersebut adalah statistik uji t. Pada taraf kepercayaan 95 atau taraf signifikansi  = 5. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS diperoleh t hitung sebesar 2,480 dan t tabel sebesar 1,99. Hasil perhitungan t hitung dengan menggunakan SPSS dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut: Tabel 4.16 Hasil Uji-t Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa t hitung  t tabel 2,480  1,99. Dengan demikian, H 1 diterima dan H ditolak, atau dengan kata lain rata-rata peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematik siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematik siswa pada kelas kontrol. Hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel 4.18 di bawah ini: Tabel 4.17 Hasil Uji Hipotesis Kelas t hitung t hitung Kesimpulan Eksperimen 2,480 1,99 Terima H 1 dan tolak H Kontrol

B. Pembahasan

1. Hasil Penelitian Kemampuan Pemahaman konsep Matematik

Dari hasil uji hipotesis data gain, didapat bahwa H ditolak, sedangkan H 1 diterima. Hal ini berarti bahwa peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematik siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran M-APOS lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematik siswa yang diajarkan dengan model konvensional. Dalam penelitian ini hasil tes kemampuan turunan siswa secara keseluruhan dipaparkan dalam tabel 4.20 berikut ini: Tabel 4.18 Perbandingan Rata-rata Kemampuan Pemahaman konsep Matematik Kemampuan Pemahaman konsep Matematik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Rata-rata Kemampuan awal Pretest 18,00 21,92 Rata-rata Kemampuan Akhir Postest 71,50 65,64 Rata-rata Peningkatan Gain 0,652 0,563 Dari hasil penelitian didapatkan nilai rata-rata tes awal pretest kemampuan pemahaman konsep matematik kelas eksperimen yaitu sebesar 18.00 kemudian setelah mendapatkan perlakuan pembelajaran turunan menggunakan model pembelajaran M-APOS nilai rata-rata tes akhir posttest pemahaman konsep matematik meningkat menjadi 71,50. Peningkatan pemahaman konsep matematik kelas eksperimen ditaksir oleh nilai rata-rata gain kelas eksperimen yaitu sebesar 0,652. Pada kelas kontrol, dari hasil penelitian didapatkan nilai rata- rata tes awal pretest pemahaman konsep matematik yaitu sebesar 21,92. Hasil tes awal pretest pemahaman konsep matematik kelas kontrol memang lebih unggul dibanding kelas eksperimen namun setelah mendapatkan perlakuan pembelajaran turunan dengan model pembelajaran konvensional ternyata kelas kontrol hanya mendapatkan nilai rata-rata tes akhir posttest sebesar 65,64 dengan rata-rata peningkatan gain pemahaman konsep matematik sebesar 0.563. Pada kelas kontrol terlihat bahwa hasil pretest dan posttes lebih tinggi dari pada hasil pretest dan posttes kelas eksperimen. Ini berarti kemampuan siswa pada kelas kontrol tidak berkembang secara maksimal. Hal ini mungkin dikarenakan proses pembelajaran di kelas kontrol kurang dapat memaksimalkan kemampuan siswa yang pembelajarannya dilakukan dengan model konvensional. Model pembelajaran konvensional didominasi oleh guru yang menerangkan langsung materi-materi turunan dan memberikan latihan soal yang ada di buku cetak. Berbeda dengan kelas eksperimen yang siswa yang mendominasi saat pembelajaran. Dalam pembelajaran, kelas eksperimen menggunakan LKS dan diskusi. Dengan adanya lks dan diskusi mereka lebih mengeksplor pengetahuan mereka dan bisa saling memberikan informasi. Pada kedua kelas memang terjadi peningkatan pemahaman konsep matematik, namun peningkatan pemahaman konsep matematik yang paling tinggi terdapat pada kelas eksperimen dengan nilai rata-rata peningkatan sebesar 0.652.

2. Kemampuan Pemahaman konsep Matematik Per-Indikator

Dalam penelitian ini kemampuan pemahaman konsep matematik yang diteliti mencakup tiga indikator yaitu menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi, menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau opersi tertentu dan mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah. Ditinjau dari indikator, skor persentase nilai posttest kemampuan pemahaman konsep matematik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada tabel berikut ini: Tabel 4.19 Persentase Per-Indikator Nilai Akhir Posttest Kemampuan Pemahaman konsep Matematik Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol No Indikator Pemahaman konsep Matematik Siswa Kelas Eksperimen Kelas Kontrol 1 Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi 62,00 59,00 2 Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau opersi tertentu 78.75 68.27 3 Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah 69,06 66,67 Skor Total 69,94 64,65 Dari Tabel 4.15 terlihat bahwa sebesar 69,94 siswa kelas eksperimen mampu mencapai indikator kemampuan pemahaman konsep matematik yang diharapkan. Siswa yang mempunyai pemahaman berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi sebesar 62, kemampuan siswa dalam menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu sebesar 78,75, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah sebesar 69,06. Hal ini menunjukkan bahwa persentase kemampuan pemahaman konsep matematik yang paling besar pada kelas eksperimen terdapat pada indikator kemampuan menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau opersi tertentu sebesar 78,75. Kemampuan ini cukup berbeda jauh dengan kemampuan pemahaman konsep matematik siswa dalam indikator mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah yang berselisih 9,69. Persentase terkecil yaitu pada kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai bentuk pemahaman konsep sebesar 62. lampiran Pada kelas kontrol, sebesar 64,65 siswa kelas kontrol mampu mencapai indikator kemampuan pemahaman konsep matematik yang diharapkan. Siswa yang mempunyai pemahaman berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi sebesar 59, kemampuan siswa dalam menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu sebesar 68,27, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah sebesar 66,67.. Hal ini sama dengan kelas eksperimen bahwa persentase kemampuan pemahaman konsep matematik yang paling besar yaitu pada indikator menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau opersi tertentu sebesar 68,27 dan yang paling kecil persentasenya pada kemampuan siswa dalam indikator menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi sebesar 59. lampiran Dari persentase rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematik kedua kelas, persentase terkecil terdapat pada indikator menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi. Hal ini dimungkinkan karena mereka kesulitan dalam menentukan langkah-langkah dalam menggambar grafik atau kurva. Hasil akhir tes kemampuan pemahaman konsep matematik pada materi turunan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol terdapat perbedaan. Perbedaan tersebut memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematik pada materi turunan dari kedua kelas tersebut. Untuk lebih jelasnya, perbedaan tersebut dapat kita lihat dari analisis jawaban posttest masing-masing kelas berdasarkan indikator.

3. Analisis Jawaban Siswa Berdasarkan Indikator

Berdasarkan data hasil Pretest dan posttest, perbedaan rata-rata peningkatan gain kemampuan pemahaman konsep matematik antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran M-APOS lebih baik dari pada pembelajaran matematika dengan model pembelajaran konvensional. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, dalam penelitian ini kemampuan pemahaman konsep matematik yang diteliti terdiri atas tiga indikator, yaitu

Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran Heuristik Vee Terhadap Pemahaman Konsep Matematik Siswa Di Smp Negeri 2 Tangerang Selatan

3 21 196

Pengaruh Model Pembelajaran Generatif Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa. (Kuasi Eksperimen di SMP Madani Depok)

4 31 180

Pengaruh model pembelajaran advance organizer dengan peta konsep terhadap hasil belajar siswa: kuasi eksperimen pada kelas XI IPA SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan

4 28 246

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA KELAS XI SMA.

0 2 23

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KRITIK TARI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MULTIKULTUR SISWA KELAS XI SMA NEGERI 7 TANGERANG ( Penelitian Tindakan di SMA Negeri 7 Tangerang ).

2 15 41

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK DAN MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN MATEMATIK SISWA SMA KELAS X: Kuasi eksperimen di sma laboratorium percontohan upi.

0 0 42

PROBLEM-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMA :Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

0 0 39

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA.

0 0 39

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA: Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung.

0 2 43

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR (MPPKB) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP KIMIA SISWA KELAS XI IPA 3 SMA NEGERI 1 TANJUNG RAJA

0 0 7