suatu totalitas pemahaman individu terhadap suatu konsep yang sejenis. Pada tingkat skema individu sudah dapat membedakan mana yang termasuk ke dalam
suatu fenomena dan mana yang tidak.
b. Implementasi Teori Apos
Implementasi teori APOS dalam pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan siklus ADL aktivitas, diskusi kelas, latihan soal yang merupakan
terjemahan dari siklus ACE activities, class discussion, exercises. Gambar 2 berikut menyajikan diagram alur pelaksanaan pengajaran
dengan menggunakan siklus ADL.
21
Gambar 2.2. Fase-Fase Pelaksanaan Siklus ADL
Aktivitas bertujuan untuk mengenalkan siswa pada suatu situasi atau informasi konsep
– konsep yang baru. Hal ini dilakukan dengan menugaskan siswa untuk membuat media pada komputer. Tujuan dari aktivitas ini agar siswa
mendapat pengalaman untuk menemukan sesuatu, tidak hanya sekedar mendapat jawaban yang benar.
Diskusi Kelas merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas biasa. Pada diskusi kelas ini siswa bekerja di dalam kelompok. Pertemuan
di dalam kelas bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan temuan-temuan yang diperoleh di laboratorium komputer.
Berbagai masalah yang muncul dari setiap kelompok selama berada dilaboratorium dikemukakan pada pertemuan kelas ini. Keuntungan yang
21
Ibid,. h.49.
diharapkan dari diskusi kelas ini adalah terjadinya pertukaran informasi yang saling melengkapi sehingga siswa mempunyai pemahaman yang benar terhadap
suatu konsep. Kegiatan pembelajaran ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bertukar pendapat dalam forum diskusi di kelas, sehingga akan merupakan
latihan yang sangat berharga dalam usaha meningkatkan kemampuan siswa dalam bernalar secara deduktif.
Latihan soal bertujuan untuk memantapkan dan menerapkan konsep - konsep yang telah dikonstruksi dalam bentuk penyelesaian soal-soal. Kegiatan
yang dilaksanakan dalam latihan soal ini adalah siswa diberi tugas tambahan baik berupa tugas yang harus menggunakan komputer ataupun tugas yang berupa
latihan – latihan soal.
c. Modifikasi
– Aksi, Proses, Objek dan Skema M-APOS
Berdasarkan hasil
penelitian yang
telah dilakukan
dalam pengimplementasian strategi pembelajaran APOS
oleh Nurlaelah dan Usdiyana teridentifikasi beberapa kelemahan dalam pengimplementasian dari strategi
pembelajaran APOS.
22
Kelemahan itu terjadi pada fase aktivitas. Kegiatan pada fase tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya dikarenakan siswa tidak dapat
mengonstruksi pengetahuan secara optimal melalui aktivitas. Kendala itu terutama terjadi ketika siswa menyusun suatu konsep pada program komputer. Misalnya
karena terjadi sedikit kesalahan dalam pengetikan menyebabkan program yang disusun tidak jalan dan siswa tidak dapat menarik kesimpulan dari konsep yang
termuat dalam program itu. Akibatnya pada fase diskusi kelas siswa lebih tertarik untuk mendiskusikan penyusunan program komputernya dibandingkan dengan
mendiskusikan konsep yang termuat dalam program komputer tersebut. Padahal tujuan dari penggunaan media komputer pada aktivitas itu adalah siswa dapat
memahami materi atau konsep. Lebih jauh lagi kegagalan dalam penggunaan media komputer menyebabkan motivasi belajar siswa menurun.
Solusi untuk mengatasi persoalan di atas agar tujuan pembelajaran dapat tercapai tanpa menghilangkan aktivitas pendahuluan tersebut dapat dilaksanakan
22
Elah Nurlaelah dan Utari Sumarmo, op.cit., h.3.
melalui berbagai kegiatan. Aktivitas pengganti aktivitas di laboratorium komputer adalah pemberian tugas. Tugas yang diberikan disusun dalam suatu lembar kerja.
Pada lembar kerja tersebut disusun serangkaian perintah yang memiliki peran yang sama seperti aktivitas yang dilakukan pada aktivitas di laboratorium
komputer. Model pembelajaran yang memanfaatkan lembar kerja sebagai panduan aktivitas siswa dalam kerangka strategi pembelajaran APOS selanjutnya disebut
model pembelajaran modifikasi- Aksi, Proses, Objek dan Skema M-APOS.
23
Hal lain yang menjadi kendala adalah kesulitan penggunaan pada saat akan digunakan untuk aktivitas tersebut. Untuk mengatasi persoalan diatas maka
diperlukan alternatif aktivitias sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai tanpa menghilangkan aktivitas pendahuluan tersebut.
Peran dari pemberian tugas untuk memandu siswa dalam mempelajari materi, mengerjakan soal-soal dan lain sebagainya mengenai materi yang akan
dipelajari pada pertemuan berikutnya. Tugas untuk mempelajari materi ini diberikan pada setiap akhir pembelajaran dan akan dibahas pada pertemuan
berikutnya. Pemberian tugas ini bertujuan untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa sehingga dalam pelaksanaan pengajaran siswa tidak lagi pasif.
Pemberian tugas resitasi akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri segala informasi yang diperlukan, sehingga siswa
memperoleh pengetahuan atau informasi itu dari berbagai sumber. Akibatnya siswa sendiri yang menemukan informasi dan pengetahuan yang harus dipelajari
dan dikuasainya. Keadaan ini sesuai dengan harapan yang dikemukakan oleh Semiawan bahwa para guru tidak perlu untuk menjejalkan seluruh informasi
dalam benak siswa karena mereka sendiri pada hakekatnya telah memiliki potensi dalam dirinya untuk mencari informasi yang benar-benar mendasar dan untuk
mencari informasi selanjutnya. Hal ini sejalan dengan jiwa pembelajaran konstruktivisme. Hasil belajar atau ilmu pengetahuan yang diperoleh siswa
melalui hasil belajar sendiri diharapkan akan tertanam lebih lama dalam ingatan siswa, disamping itu pemberian tugas ini merupakan salah satu usaha guru untuk
membantu meningkatkan kesiapan siswa dalam proses belajar mengajar.
23
Elah Nurlaelah dan Utari Sumarmo, loc.cit.
Akibat lain yang diharapkan dari kegiatan pemberian tugas ini adalah siswa menjadi lebih aktif belajar dan termotivasi untuk meningkatkan belajar
mandiri yang lebih baik, memupuk iniasitif dan berani bertanggung jawab. Berdasarkan uraian di atas, dapat dirangkum bahwa pemberian tugas penting
untuk diberikan dalam kegiatan belajar mengajar sebab; dapat membantu kesiapan siswa dalam mengikuti perkuliahan yang akan disampaikan oleh dosen,
pengetahuan yang diperoleh siswa dari hasil belajar melalui pemberian tugas diharapkan tertanam lebih lama dalam ingatan, meningkatkan aktivitas siswa,
melatih siswa untuk berpikir kritis, memupuk rasa tanggung jawab dan harga diri atas segala tugas yang dikerjakan.
d. Langkah-langkah Modifikasi - APOS M-APOS
1. Pada tahapan aktivitas, pembelajaran yang sebelumnya dilakukan di lab komputer di modifikasi menjadi pemberian tugas LKT.
2. Diskusi, pada tahapan ini siswa dikelompokkan 3 atau 4 orang. Kemudian guru memberikan lembar kerja diskusi LKD,
3. Aksi, pada tahap ini siswa mengumpulkan informasi yang diperoleh dari LKT dan informasi pada tahap ini masih bersifat umumluas.
4. Proses, pada tahapan ini siswa mengambil kesimpulan atau hasil dari informasi yang sebelumnya masih bersifat umum menjadi khusus
sesuai dengan yang diminta pada LKD. 5. Objek, dikonstruksi dari proses ketika individu telah mengetahui
bahwa proses sebagai suatu totalitas dan menyadari bahwa transformasi dapat dilakukan pada proses tersebut. Pada tahapan ini
siswa sudah dapat menyelesaikan masalah dan menuliskannya pada LKD.
6. Skema adalah kumpulan aksi, proses, dan objek atau skema yang dihubungkan oleh beberapa prinsip secara umum.
7. Setelah siswa selesai mengerjakan LKD, siswa diberi kesempatan untuk menyajikan hasil pekerjaannya. Pada kegiatan ini ditunjuk
beberapa siswa yang mewakili kelompoknya. Bagi siswa yang menjelaskan,
hal ini
merupakan kesempatan
untuk
menggali,mengkomunikasikan dan menguji pengetahuan atau pemahaman yang telah diperolehnya. Kegiatan inipun memungkinkan
siswa tersebut memperoleh pengetahuan secara tidak langsung dari aktivitas saat berargumentasi dengan temannya yang mendapat
kesulitan. Dalam hal ini, Peran guru pada pembelajaran dengan M- APOS adalah sebagai fasilitator yang membantu mengarahkan diskusi
suapaya dicapai pemahaman suatu konsep yang benar. Selain itu, guru membantu siswa jika terjadi kebuntuan pada diskusi dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan
yang mendorong
siswa menemukan solusi yang diharapkan.
8. Latihan soal, setelah diskusi selesai siswa diberikan latihan soal untuk memantapkan dan menerapkan konsep - konsep yang telah
dikonstruksi dalam bentuk penyelesaian soal-soal. Kegiatan yang dilaksanakan dalam latihan soal ini adalah siswa diberi tugas
tambahan latihan – latihan soal.
Gambar 2.3. Langkah –Langkah Model Pembelajaran M-APOS
3. Model Pembelajaran Konvensional
Model pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang sering digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran konvensional juga
dapat diartikan pembelajaran yang masih berlaku dan banyak digunakan oleh guru-guru di sekolah. Pembelajaran konvensional yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode ekspositori. Metode ekspositori adalah metode pembelajaran yang menekankan proses penyampaian materi secara verbal dari
seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi secara optimal. Metode ekspositori dikenal juga dengan metode
pembelajaran langsung. Dalam metode ini, guru berperan langsung menyampaikan materi sedangkan siswa tidak dituntut untuk menemukan materi
tersebut. “Oleh karena metode ekspositori lebih menekankan kepada proses
bertutur, maka sering juga disebut dengan istilah chalk and talk ”.
24
Terdapat beberapa karakteristik metode ekspositori, yaitu: 1. Metode ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran
secara verbal, artinya bertutur kata secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini.
2. Biasanya materi yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga
tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang. 3. Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri.
Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali
materi yang telah diuraikan.
25
Metode ekspositori merupakan salah satu bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru. Dalam pembelajaran ini keterlibatan
siswa secara aktif masih kurang. Guru memiliki peran yang sangat dominan sebagai sumber belajar utama bagi siswa. Guru lebih banyak berbicara dalam hal
24
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2009, h.179.
25
Ibid
menerangkan materi pelajaran dan contoh-contoh soal. Siswa menerima materi pelajaran hanya dengan menyimak dan manghafalnya, serta banyak mengerjakan
soal untuk menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. Dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran ini, guru menjadi sumber belajar dari proses
pembelajaran dan siswa berpusat pada apa yang disampaikan oleh guru. Guru menjadi pusat utama keberhasilan pembelajaran.
Sistematika pembelajaran dengan metode ekspositori dimulai dengan guru menjelaskan suatu konsep atau materi, kemudian menanyakan siswa mengenai
pembahasan yang belum dimengerti. Guru memberikan contoh soal disertai penyelesaiannya dan selanjutnya siswa ditugaskan untuk mengerjakan soal-soal
latihan. Dalam hal ini, peran guru sangat dominan dalam pembelajaran.
B. Penelitian yang Relevan
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran Modification - Action, Process, Object, Schema M-APOS untuk meningkatkan
pemahaman konsep matematika siswa, hal tersebut merujuk padapenelitian terdahulu oleh peneliti lain baik untuk keperluan skripsi, tesis, disertasi, profesi
kerja atau penulisan buku. Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini diantaranya:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Elah Nurlelah 2010 yang berjudul Penerapan Model M-APOS Untuk Meningkatkan Pemahaman Relasional
Matematis Siswa.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada keseluruhan tahapan penelitian yang dilakukan di kelas XI SMA Negeri 15
Bandung, dapat disimpulkan bahwa peningkatan pemahaman relasional siswa yang pembelajarannya dengan menggunakan model M-APOS lebih baik daripada
siswa yang mendapat pembelajaran matematika secara ekspositori.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Mia Ekawati 2010 yang berjudul Penerapan Model M-APOS Dalam Pembelajaran Matematika Untuk
Meningkatkan Pemahaman Relasional Siswa SMA.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada keseluruhan tahapan penelitian yang
dilakukan di kelas XI SMA Negeri 15 Bandung, dapat disimpulkan bahwa peningkatan pemahaman relasional siswa yang pembelajarannya dengan
menggunakan model M-APOS lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran matematika secara konvensional.
3. Penelitian dilakukan oleh Oktiana Dwi Putra Herawati 2009 yang berjudul Pengaruh Pembelajaran Problem Posing Terhadap Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas XI Ipa Sma Negeri 6 Palembang. Terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep
matematika antara siswa pada kelompok tinggi, sedang dan rendah yang ditinjau dari tingkat penguasaan matematika. Kemampuan pemahaman
konsep matematika siswa pada kelompok tinggi berbeda dengan siswa pada kelompok sedang. Demikian pula kemampuan pemahaman konsep
matematika siswa pada kelompok tinggi berbeda dengan siswa pada kelompok rendah.
C. Kerangka Berpikir
Kemampuan pemahaman konsep adalah salah satu tujuan utama yang terdapat pada standar isi mata pelajaran matematika untuk semua jenjang sekolah.
Siswa harus memiliki kemampuan memahami konsep yaitu kemampuan untuk menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi, menggunakan dan
memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah.
Proses pembelajaran yang baik tidak hanya menumpahkan informasi yang diketahui pendidik kepada peserta didik transfer of knowledge tetapi proses
pembelajaran yang bisa membuat peserta didik mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dari hasil penemuan. Dibutuhkan suatu model inovatif agar pembelajaran
tidak hanya sekedar menerima dan menghapalkannya tetapi dapat menjadi bermakna.
Model pembelajaran Modification - Action, Process, Object, Schema M- APOS merupakan suatu model pembelajaran yang membantu siswa untuk
mempersiapkan materi yang akan dipelajari. Persiapan membantu siswa menemukan pengetahuan sendiri terhadap apa yang mereka pelajari.. Tahapan
Modification- Action, Process, Object, Schema M-APOS dapat mengaktifkan siswa untuk mempersiapkan materi yang akan dipelajari melalui pemberian tugas
yang diberikan sebelumnya. Pembelajaran dengan menggunakan model Modification - Action, Process, Object, Schema M-APOS tidak hanya secara
fisik namun juga secara mental dengan tahapan yang menuntun proses berfikir siswa melalui konstruksi mental. Yang dimaksud konstruksi mental dalam
konteks ini adalah terbentuknya aksi action, yang direnungkan interiorized menjadi proses process, selanjutnya dirangkum encapsulated menjadi objek
object, objek dapat diurai kembali de encapsulated menjadi proses. Aksi, proses dan objek dapat diorganisasi menjadi suatu skema schema.
Pembelajaran dengan model M-APOS lebih menekankan pada pemberian tugas LKT lembar keja tugas dan LKD lembar kerja diskusi. LKT berisi soal-
soal tentang materi yang akan dipelajari. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat mencari informasi dan membentuk pengetahuannya sendiri yang nantinya dapat
melatih kemampuan pemahaman konsep matematik siswa. Selanjutnya, pemahaman konsep matematik siswa lebih diperdalam lagi melalui LKD yang
berisi tahapan M-APOS dan soal-soal tentang pemahaman konsep seperti menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi, menggunakan dan
memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan . Dengan demikian diharapkan model
pembelajaran Modification - Action, Process, Object, Schema M-APOS dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematik siswa.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
“Peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematik siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran M-APOS lebih tinggi dibandingkan
kemampuan pemahaman konsep matematik siswa yang menggunakan model konvensional
”