BAB II KAJIAN TEORI
A. KINERJA GURU
1. Pengertian Kinerja Guru
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kinerja diartikan sebagai “sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, dan kemampuan kerja”.
6
Sedangkan menurut Anwar Prabu Mangkunegara istilah kinerja berasal dari kata Job
Performance atau Actual Performance prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang. Pengertian kinerja prestasi kerja adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya.
7
Prestasi bukan berarti banyaknya kejuaraan yang diraih seorang guru, tetapi keberhasilan yang salah satunya nampak dari suatu proses belajar mengajar.
Untuk mencapai kinerja maksimal, guru harus berusaha mengembangkan seluruh kompetensi yang dimilikinya dan juga memanfaatkan serta menciptakan suasana
belajar mengajar yang menyenangkan di lingkungan sekolah. Wibowo mengungkapkan bahwa kinerja adalah “tentang melakukan
pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut”.
8
Sedangkan Yaslis Ilyas
6
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, Ed. 3, Cet. Ke-2, h. 570.
7
A. A. Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000, h. 67.
8
Wibowo, Manajemen Kerja, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007, Ed. 1, h. 2.
mengatakan bahwa kinerja adalah “penampilan hasil karya personel dalam suatu organisasi atau penampilan individu maupun kelompok kerja personel”.
9
Dan Hadari Nawawi mengartikan kinerja sebagai “kemampuan yang dimiliki oleh
individu dalam melakukan sesuatu pekerjaan, sehingga terlihat prestasi pekerjaannya dalam mencapai tujuan”.
10
Guru yang baik adalah guru yang memiliki kinerja yang baik, yaitu memiliki kemampuan atau keterampilan yang dapat dikembangkan dalam
kegiatan proses belajar mengajar, dengan mengembangkan kemampuan yang dimilikinya guru akan mencapai hasil yang diinginkan.
Payaman J. Simanjuntak mendefinisikan kinerja sebagai “tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu”.
11
Sedangkan Wahjo Sumijo menjelaskan bahwa kinerja
adalah “sumbangan secara kualitatif dan kuantitatif yang terukur dalam rangka membantu tercapainya tujuan kelompok dalam suatu
unit kerja”.
12
Kegiatan belajar mengajar akan mencapai hasil jika dalam proses belajar mengajar guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, seperti penguasaan
materi yang baik, pengelolaan kelas yang kondusif, mampu menggunakan metode yang bervariasi secara tepat, dan menguasai metodologi media pendidikan yang
sesuai, sehingga memungkinkan perkembangan peserta didik secara optimal sesuai dengan tujuan pendidikan.
Guru adalah sosok arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun
kepribadian anak didik menjadi seseorang yang berguna bagi agama, nusa, dan bangsa. Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan
ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di
9
Yaslis Ilyas, Kinerja Teori, Penilaian dan Penelitian, Depok: Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan FKMUI, 2002, Cet. Ke-3, h. 87.
10
Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, Jakarta: PT. Gunung Agung, 1996, Cet. Ke-13, h. 13.
11
Payaman J. Simanjuntak, Manajemen dan Evaluasi Kinerja, Jakarta: LPFE UI, 2005, Cet. Ke-1, h.1.
12
Wahjo Sumijo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik Pegembangan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001, Cet. Ke-2, h. 429.
lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau atau mushala, di rumah dan sebagainya.
N.A. Atembaun mengatakan bahwa guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara
individual maupun secara klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru adalah semua orang yang
berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun klasikal, di sekolah maupun di luar sekolah.
13
Guru merupakan jabatan profesional, artinya bahwa guru merupakan suatu profesi yang dijalani oleh seseorang yang harus memenuhi syarat-syarat suatu
profesi jabatan. Seorang guru yang profesional harus memahami betul seluk beluk pendidikan dan pekerjaan serta ilmu-ilmu pendukung lainnya agar dapat
mendukung segala aktivitasnya dalam mendidik maupun mengajar di sekolah. Selain itu guru juga harus memiliki kompetensi atau kemampuan dan
keterampilan dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang guru. Dalam pendidikan guru dikenal ad
anya “Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi”, mengenai kompetensi guru ini ada berbagai model cara
mengklasifikasikannya. Untuk program S1 salah satunya dikenal adanya “Sepuluh Kompetensi Guru” yang merupakan profil kemampuan dasar bagi seorang guru.
Sepuluh kompetensi guru itu meliputi: 1
Menguasai bahan. Sebelum guru itu tampil di depan kelas mengelola interaksi belajar
mengajar, terlebih dahulu harus sudah menguasai bahan apa yang dikontakkan dan sekaligus bahan-bahan apa yang dapat mendukung jalannya proses belajar
mengajar. Dengan modal penguasaan bahan, maka guru akan dapat menyampaikan materi pelajaran secara dinamis. Dalam hal ini yang dimaksud
“menguasai bahan” bagi seorang guru, akan mengandung dua lingkup penguasaan materi, yakni:
a. Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah.
13
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000, h. 32.
b. Menguasai bahan pengayaanpenunjang bidang studi.
Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah, yang dimaksudkan dalam hal ini guru harus menguasai bahan sesuai dengan materi atau
cabang ilmu pengetahuan yang dipegangnya, sesuai dengan yang tertera dalam kurikulum sekolah. Kemudian agar dapat menyampaikan materi itu lebih mantap
dan dinamis, guru harus juga menguasai bahan pelajaran lain yang dapat memberi pengayaan serta memperjelas dari bahan-bahan bidang studi yang dipegang guru
tersebut. 2
Program belajar mengajar. Guru yang kompeten, harus juga mampu mengelola program belajar
mengajar. Dalam hal ini ada beberapa langkah yang harus ditempuh oleh guru. langkah-langkah itu adalah:
a. Merumuskan tujuan instruksional atau pembelajaran.
Sebelum mulai mengajar, guru perlu merumuskan tujuan yang akan dicapai. Tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran ini penting, karena dapat
menjadi pedoman atau petunjuk praktis tentang sejauh mana kegiatan belajar mengajar itu harus dibawa.
b. Mengenal dan dapat menggunakan proses instruksional yang tepat.
Guru harus dapat menggunakan dan memenuhi langkah-langkah dalam kegiatan belajar mengajar. Misalnya: setelah merumuskan tujuan, kemudian
guru mengembangkan alat evaluasi, merumuskan kegiatan belajar, dan begitu seterusnya sampai tahap pelaksanaan.
c. Melaksanakan program belajar mengajar.
Dalam kegiatan penyampaian materi, guru perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1 menyampaikan materi pelajaran dengan tepat dan jelas, 2
pertanyaan yang dilontarkan cukup merangsang untuk berpikir, mendidik, dan mengenai sasaran, 3 memberi kesempatan atau menciptakan kondisi yang
dapat memunculkan pertanyaan dari siswa, 4 terlihat adanya variasi dalam pemberian materi dan kegiatan, 5 guru selalu memperhatikan reaksi atau
tanggapan yang berkembang pada diri siswa baik verbal maupun non-verbal,
6 memberikan pujian atau penghargaan bagi jawaban-jawaban yang tepat bagi siswa dan sebaliknya mengarahkan jawaban yang kurang tepat.
d. Mengenal kemampuan anak didik.
Dalam mengelola program belajar mengajar, guru perlu mengenal kemampuan anak didik. Sebab setiap anak didik memiliki perbedaan karakteristik masing-
masing, termasuk kemampuannya. Dengan demikian hal ini perlu dipahami oleh para guru agar dapat mengelola program belajar mengajar dengan tepat.
e. Merencanakan dan melaksanakan program remedial.
Dalam suatu proses belajar mengajar tentu saja semua guru berharap agar seluruh atau setidak-tidaknya sebagian besar siswanya dapat berhasil dengan
baik. Salah satu usaha untuk mencapai hal itu adalah dengan pengembangan prinsip belajar tuntas atau mastery learning.
3 Mengelola kelas.
Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membentuk dengan maksud agar
dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar mengajar seperti yang diharapkan.
14
Pengelolaan kelas meliputi dua hal, yakni: a.
Mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran. Maksudnya guru harus dapat mendisain dan mengatur ruang kelas sedemikian
rupa sehingga guru dan anak didik itu kreatif, kerasan belajar di ruang itu. Di samping itu semua, kelas harus selalu dalam keadaan bersih.
b. Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi.
Maksudnya guru harus mampu menangani dan mengarahkan tingkah laku anak didiknya agar tidak merusak suasana kelas.
4 Penggunaan mediasumber.
Ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menggunakan media, yaitu:
a. Mengenal, memilih dan menggunakan media.
14
Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996, Ed. 1, Cet. Ke-4, h. 67-68.
b. Membuat alat-alat bantu yang sederhana.
c. Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar
mengajar. d.
Menggunakan buku pegangan atau buku sumber. e.
Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar. f.
Menggunakan unit micro-teaching dalam program pengalaman lapangan. 5
Menguasai landasan-landasan kependidikan. Guru sebagai salah satu unsur manusiawi dalam kegiatan pendidikan harus
memahami hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan nasional baik dasar, arah atau tujuan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan pelaksanaannya. Dengan memahami
itu semua guru akan memiliki landasan berpijak dan keyakinan yang mendorong cara berpikir dan bertindak edukatif di setiap situasi dalam usaha mengelola
interaksi belajar mengajar. 6
Mengelola interaksi belajar mengajar. Di dalam proses belajar mengajar, kegiatan interaksi antara guru dan siswa
merupakan kegiatan yang cukup dominan. Kemudian di dalam kegiatan interaksi antara guru dan siswa dalam rangka transfer of knowledge dan bahkan juga
transfer of values, akan senantiasa menuntut komponen yang serasi antara komponen yang satu dengan yang lain.
7 Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.
Dalam hal ini guru harus mampu menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. Dengan mengetahui prestasi belajar siswa, guru akan dapat
mengambil langkah-langkah instruksional yang konstruktif. Bagi guru yang bijaksana dan memahami karakteristik siswa akan menciptakan kegiatan belajar
mengajar yang lebih bervariasi serta akan memberikan kegiatan belajar yang berbeda antara siswa yang berprestasi tinggi dengan siswa yang berprestasi
rendah. 8
Mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah. Dalam tugas dan peranannya di sekolah guru juga sebagai pembimbing
ataupun konselor atau penyuluh. Itulah sebabnya guru harus mengenal fungsi dan program layanan bimbingan di sekolah serta harus menyelenggarakan program
layanan bimbingan di sekolah, agar kegiatan interaksi belajar mengajarnya bersama para siswa menjadi lebih tepat dan produktif.
9 Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah.
Guru di sekolah di samping berperan sebagai pengajar, pendidik, dan pembimbing juga sebagai administrator. Dengan demikian maka guru harus
mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah. Hal ini sebagai upaya pemuasan layanan terhadap para siswa.
10 Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna
keperluan pengajaran.
15
Dalam hal ini guru juga harus memahami hal-hal yang berkaitan dengan penelitian. Hal ini dalam rangka menumbuhkan penalaran dan mengembangkan
proses belajar mengajar. Setiap mata pelajaran diharapkan dapat memancing baik siswa maupun guru untuk terus dapat menjawab apa, mengapa dan bagaimana.
Dengan demikian akan menambah wawasan bagi guru dalam upaya mengembangkan interaksi belajar mengajar yang lebih dinamis.
Jadi yang dimaksud dengan kinerja guru dalam proses belajar mengajar menurut Suryo Subroto adalah “kesanggupan atau kecakapan para guru dalam
menciptakan suasana komunikasi yang edukatif antara guru dan peserta didik yang mencakup segi kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai upaya
mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut agar tercapai tujuan pengajaran”.
16
Dengan demikian pengertian kinerja guru dalam skripsi ini adalah kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik yang
mengemban tugas dan tanggung jawab untuk mendidik para peserta didik dalam proses belajar mengajar. Seorang guru harus memiliki pengetahuan yang luas,
keterampilan, dan kemampuan dalam melaksanakan tugasnya, salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh guru adalah kemampuan dalam menguasai
15
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000, Ed. 1, Cet. Ke-7, h. 162-178.
16
Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997, Cet. Ke-1, h. 19.
bahan, mengelola program belajar mengajar, mengelola kelas, dapat menggunakan metodemedia pendidikan yang sesuai, dan lain sebagainya.
Kinerja guru dapat diukur berdasarkan empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan
kompetensi sosial. Jika guru telah memiliki empat empat kompetensi tersebut maka proses kegiatan belajar mengajar akan dapat berjalan dengan baik, dan akan
tercapai tujuan pendidikan yang baik pula.
2. Kriteria Kinerja Guru