Upaya untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada konsep ciri-ciri benda dan perubahannya melalui metode eksperimen: Penelitian Tindakan Kelas di Madrasah Ibtidaiyah Ainul Yaqiin, Kecamatan Karang Tengah, Kota Tangerang

(1)

i

Penelitian Tindakan Kelas di Madrasah Ibtidaiyah Ainul Yaqiin, Kecamatan Karang Tengah, Kota Tangerang

Disusun oleh:

MARDIATUL ISLAMIYAH NIM: 809018300338

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v

HasilBelajar IPA Pada Konsep Ciri-Ciri Benda dan Perubahannya Melalui Metode Eksperimen. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas IlmuTarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui metode eksperimen. Penelitian ini dilaksanakan di MI AinulYaqiin Kecamatan Karang Tengah Kota Tangerang pada Tahun Pelajaran 2013/2014 di Kelas II Dengan Materi Ciri-ciri Benda dan Perubahannya. Metode Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah tes dan non tes. Instrumen tes berupa tes isian yang digunakan untuk mengukur hasil dan ketuntasan belajar, sedangkan instrumen non tes berupa lembar observasi, yang digunakan untuk melihat aktivitas siswa dan peneliti dalam proses pembelajaran.

Hasil penelitian ini menunjukkan suatu peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Sehinggadisimpukan bahwa penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar.

Kata Kunci : MetodeEksperimen, Hasil Belajar, Penelitian Tindakan Kelas (PTK).


(6)

vi

MARDIATUL ISLAMIYAH (809018300338), "Efforts To Improve Learning Outcomes of IPA On Concept and Characteristics of Objects Amendement Through Experiment Method". Thesis of Department of Elementary School Teacher Education, Faculty of Tarbiyah and Teaching Science Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta.

The purpose of this research is to improve student learning outcomes through experiment method. This research was conducted in MI Ainul Yaqiin Tangerang District of Karang Tengah in academic year 2013/2014 at the second grade. The method used in this research is a classroom action research (CAR). The instrument have been using was a test and non-test. The instrument test used for measuring outcomes and mastery learning, while the non-test instruments such as observation sheets, which are used to see the activities of students and researcher in the learning process.

The results of this research showed the increasing of student learning outcomes from the first cycle to the second cycle. Data on students learning outcomes about understanding the concept of characteristics of the object changes increased in the first cycle by 63% in the second cycle to 90%, then the conclusion of this research is that the application of the experiment method can improve the learning out comes concept and characteristics of the object changes.


(7)

vii

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ahkir ini. Sholawat dan salam senantiasa tertuju kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya, yang dengan risalahnya kita semua dapat memeluk dan menjalankan ajarannya.

Skripsi ini berjudul: ” Upaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Konsep Ciri-Ciri Benda dan Perubahannya Melalui Metode Ekseperimen”, Skripsi ini ditulis untuk memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar sarjana (S-1).

Penyusunan skripsi ini bukan hal yang mudah bagi penulis, banyak sekali halangan yang dihadapi. Oleh karena itu merupakan suatu keharusan dan kewajiban bagi penulis untuk mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya yang penulis sampaikan kepada:

1. Ibu Nurlena, MA. Ph.D., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

2. Bapak Dr. Fauzan, MA., selaku Ketua Program Studi PGMI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Erina Hertanti, M. Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan ilmu dan meluangkan waktu serta tenaga untuk memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi.

4. Ibu Dr. Zulfiani, M. Pd. dan Ibu Dr. Tita Khalis, M. M. Kom., sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik demi kebaikan dan perbaikan skripsi ini.


(8)

viii

terasa menyejukkan, hingga selalu menjadi kebahagiaan yang tiada terhingga bagi penulis.

7. Anak-anakku yang tercinta, La Syarqiyati Wala Gharbiyah, Chudzil ‘Afwa dan Imroatu Naqeebah yang selalu menjadi pengobat lelah buat penulis, senyum, tawa dan canda kalian adalah penyemangat yang tak terkira.

8. Suamiku tercinta Samsu Romli, S.T. selaku Kepala MI Ainul Yaqiin Kecamatan Karang Tengah Kota Tangerang yang telah memberikan dukungan dalam proses penelitian yang dilakukan di Sekolah.

9. Bapak dan Ibu serta staf tata usaha di MI Ainul Yaqiin Kecamatan Karang Tengah Kota Tangerang yang selalu memberikan dukungan dalam proses penelitian.

10. Ibu Tihamah, S.Pd.I, atas kerjasamanya selaku kolaborator dan observer yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk membantu penulis dalam melakukan penelitian.

11. Rekan-rekan seperjuangan kelas Q, yang telah menemani dan menjadi teman dalam menimba ilmu yang luar biasa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, menjadi kesan yang indah, buat Ibu Neneng Nurjamilah, Bapak Usep Saipudin, Bapak Nandan Supratman, Ibu Unuy Nurhasanah, Ibu Idah Nurasyidah, Ibu D. Nurhayati, Ibu Didah Faridah, Ibu Azizah, Ibu Erni Rusmawati, serta rekan-rekan yang lain yang mudah-mudahan selalu dalam kebahagiaan.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam pembuatan skripsi ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran, masukan serta kritik yang membangun untuk melengkapi kekurangan pada skripsi ini. Penulis berdo’a semoga Allah SWT, memberikan balasan yang sepadan untuk jasa dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Mudah-mudahan skripsi ini membawa


(9)

ix

Tangerang, 18 Nopember 2014


(10)

x

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... LEMBAR PENGESAHAN SIDANG MUNAQOSAH... LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH ...

ii iii iv ABSTRAK ...

ABSTRACT...

v vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ... 3

C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 3

D. Perumusan Masalah Peneltian ... 3

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ... 4

BAB II : KAJIAN TEORETIS, KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teoretis 1. Metode Demonstrasi ... 5

2. Hakikat Belajar ... 10

3. Pembelajaran ... 12

4. Hasil Belajar... 14

5. Ciri-Ciri Hasil Belajar ... 14


(11)

xi BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian... B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus ... C. Subjek Penelitian ... D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... E. Tahapan Intervensi Tindakan ... F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... G. Teknik Perngumpulan Data... H. Data dan Sumber Data ... I. Instrumen Pengumpulan Data ... J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ... K. Analisis Data dan Intervensi Data ... L. Indikator Keberhasilan ...

25 25 27 27 27 29 29 29 29 32 39 40

BAB IV : DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ... 41 B. Pembahasan Hasil Penelitian... 56

BAB V : KESIMPULAN, DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 59 B. Saran-Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA 60

LAMPIRAN-LAMPIRAN 63


(12)

xii

Gambar 3.2 : Tahapan Intervensi Tindakan... 28

Gambar 4.1 : Keadaan Siswa Saat Pembelajaran... 43

Gambar 4.2 : Suasana Proses Pembelajaran ... 44

Gambar 4.3 : Alat Peraga Pembelajaran ... 49

Gambar 4.4 : Guru Mengekperimenkan Materi Pembelajaran ... 51


(13)

xiii

Tabel 3.2 : Hasil Uji Validitas Instrumen Siklus I... 33

Tabel 3.3 : Hasil Uji Validitas Instrumen Siklus II ... 34

Tabel 3.4 : Kriteria Reliabilitas ... 35

Tabel 3.5 : Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Siklus I ... 35

Tabel 3.6 : Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Siklus II ... 35

Tabel 3.7 : Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Siklus I ... 37

Tabel 3.8 : Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Siklus II ... 37

Tabel 3.9 : Hasil Uji Daya Pembeda Siklus I ... 38

Tabel 3.10 : Hasil Uji Daya Pembeda Siklus II ... 39

Tabel 3.11 : Kriteria Nilai Persentase Instrumen Nontes ... 40

Tabel 4.13 : Data Hasil Belajar Tes Siklus I ... 45

Tabel 4.14 : Data Observasi Guru Pada Siklus I ... 46

Tabel 4.15 : Data Hasil Observasi Siswa Siklus I ... 47

Tabel 4.16 : Tindakan Perbaikan Siklus I ... 48

Tabel 4.17 : Data Hasil Tes Siklus II ... 52

Tabel 4.18 : Data Observasi Guru Pada Siklus II ... 53


(14)

xiv

Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Lampiran 2 : Kisi-kisi Instrumen Tes Siklus I

Lampiran 3 : Instrumen Tes Siklus I

Lampiran 4 : Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus I

Lampiran 5 : Kisi-kisi Instrumen Tes Siklus II

Lampiran 6 : Instrumen Tes Siklus II

Lampiran 7 : Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus II

Lampiran 8 : Lembar Observasi Siswa Siklus I

Lampiran 9 : Lembar Observasi Guru Siklus I

Lampiran 10 : Lembar Observasi Siswa Siklus II

Lampiran 11 : Lembar Observasi Guru Siklus II


(15)

1

Salah satu komponen yang sangat penting dalam dunia pendidikan adalah guru. Dalam kontek sini, guru mempunyai peranan yang sangat besar dan strategis, karena gurulah yang berada di barisan paling depan dalam pelaksanaan pendidikan. Guru langsung berhadapan dengan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, sehingga guru sangat dituntut kemampuannya untuk menyampaikan bahan pengajaran kepada siswa dengan baik, untukitu guru perlu mendapatkan pengetahuan tentang metode dan media pengajaran yang dapat digunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM).

Minimnya pengetahuan guru terkait kedua hal tersebut mengakibatkan guru mengajar dengan metode konvensional. Ada beberapa masalah yang dihadapi dengan pengajaran konvensional, misalnya ketika guru menjelaskan banyak siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru, mereka bergurau, ngobrol dengan teman-temannya, bahkan ada siswa yang menaikan kakinya keatas meja. Mengapa demikian, karena guru selama ini mengajar hanya menggunakan metode ceramah dalam penyampaian materi. Guru harus dapat memilih metode yang sesuai dengan karakteristik siswa, serta materi yang akan diberikan, termasuk pada materi IPA. Artinya pada setiap pembelajaran termasuk IPA, guru harus pandai dalam melihat dan memahami situasi pembelajaran. Metode pembelajaran adalah suatu cara pandang dalam melihat dan memahami situasi pembelajaran.1

Masih sering terjadi dalam pembelajaran guru mengharapkan siswa diam dengan sikap duduk tegak dan menghadap kedepan, sementara guru dengan fasih menceramahkan materi. Pembelajaran demikian jelas bertentangan dengan hakikat anak dan pendidikan itusen diri. Kondisi seperti itu dipandang perlu

1

Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Islam Depag, 2009), h. 38


(16)

diadakan perbaikan pelaksanaan proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa, salah satu cara untuk meningkatkan pelaksanaan proses pembelajaran, guru harus mampu memilih dan menggunakan metode yang tepat. Guru perlu membuat perubahan dalam penyajian materi, apa lagi pada pembelajaran IPA, agar apa yang disampaikan dapat langsung di serap atau dipahami oleh siswa. Dari hasil wawancara peneliti terhadap guru dan siswa didapat informasi bahwa hasil belajar IPA pada konsep Ciri-Ciri Benda dan Perubahannya pada siswa kelas II di Madrasah Ibtidaiyah Ainul Yaqiin masih rendah atau masih di bawah Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal tersebut disebabkan antara lain, pertama guru hanya menjelaskan konsep, tetapi tidak membimbing siswa untuk menemukan sendiri konsep tersebut, sehingga konsep pelajaran IPA menjadi abstrak bagi siswa. Kedua pembelajaran yang dilakukan hanya menghafal konsep bukan untuk mengalami langsung. Ketiga penyajian materi yang kurang menarik, sehingga pembelajaran terasa membosankan.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin memberikan alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut yakni dengan menerapkan pembelajaran melalui metode eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas II pelajaran IPA pada konsep Ciri-ciri Benda dan Perubahannya. Metode eksperimen sering digunakan, apalagi pada pelajaran IPA, karena materi-materi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sebagian besar menggunakan media yang harus dieksperimenkan. Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.2 Dalam pembelajaran menggunakan metode eksperimen dilakukan pertunjukan sesuatu proses, berkenaan dengan materi pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan baik oleh guru maupun orang luar yang diundang kekelas. Proses yang dieksperimenkan diambil dari obyek yang sebenarnya.3 Dalam hal ini dengan eksperimen peserta didik berkesempatan

2

Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT RinekaCipta, 2008), h. 83

3


(17)

mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses, serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang sesuai dengan harapan.

Dari uraian latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “ Upaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Konsep Ciri-Ciri Benda dan Perubahannya Melalui Metode Eksperimen”

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Identifikasi masalah sangat erat kaitannya dengan masalah apa yang ingin dikaji. Identifikasi masalah pada penelitian ini antara lain :

1. Hasil belajar siswa pada konsep Ciri-Ciri Benda dan Perubahannya masih belum mencapai KKM.

2. Guru hanya menjelaskan konsep, tetapi tidak membimbing siswa menemukan sendiri konsep tersebut, sehingga konsep pelajaran IPA menjadi abstrak bagi siswa.

3. Penyajian materi yang kurang menarik, sehingga pembelajaran terasa membosankan.

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Sejalan dengan hasil identifikasi masalah di atas, agar penelitia n ini lebih terarah maka peneliti membatasi permasalahannya pada hasil belajar siswa yang difokuskan pada aspek kognitif dengan tingkatan memahami (C1) dan menjelaskan (C2) dan mempraktikan (C3) pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan konsep Ciri-ciri Benda dan Perubahannya melalui metode

eksperimen.


(18)

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan batasan masalah di atas, terkai t dengan penelitian ini akan disajikan dalam bentuk pertanyaan. Jadi rumusan masalah penelitian ini adalah: Bagaimana peningkatan hasil belajar IPA pada konsep Ciri-ciri Benda dan Perubahannya melalui metode eksperimen?

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Hasil Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada konsep Ciri-ciri Benda dan Perubahannya melalui metode eksperimen.

Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan referensi untuk memperbaiki pembelajaran IPA melalui metode eksperimen khususnya pada Ciri-ciri Benda dan Perubahannya.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk menerapkan pembelajaran melalui metode eksperimen pada pokok bahasan lainnya.


(19)

5 BAB II

KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN

A. Kajian Teoretik 1. Metode Eksperimen

a. Pengertian Metode Eksperimen

Metode adalah cara–cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan. Metode adalah cara yang digunakan guru untuk mengajar dengan berbagai aktifitas supaya tercipta kegiatan belajar yang kondusif dan menyenangkan dan siswa mendapatkan pemahaan dengan jelas. Metode eksperimen diartikan sebagai cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang memahami atau ahli dalam topik bahasan yang harus dieksperimenkan.

Metode eksperimen adalah cara mengajar dimana seorang instruktur atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan suatu proses.1 Dalam hal ini peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang sesuai dengan harapan. Sehubungan dengan pengertian di atas dapat dinyatakan bahwa metode eksperimen menunjukkan proses terjadinya sesuatu, agar pemahaman siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Dalam eksperimen, siswa dapat mengamati apa yang diperlihatkan guru selama pelajaran berlangsung. Eksperimen berarti percobaan atau peragaan. Dalam pembelajaran metode eksperimen dilakukan pertunjukan sesuatu proses, berkenaan dengan

1


(20)

materi pembelajaran. Proses yang dieksperimenkan diambil dari obyek yang sebenarnya.2 Pada metode eksperimen guru memperlihatkan suatu proses atau kejadian kepada murid atau memperlihatkan cara kerja suatu alat kepada siswa. Dalam pembelajaran IPA, metode eksperimen banyak dipergunakan untuk mengembangkan suatu pengertian, mengemukakan masalah, penggunaan prinsip, pengujian kebenaran secara teoritis dan memperkuat suatu pengertian.3

Semua metode pengajaran dapat mewakili pencapaian tujuan pendidikan. Pemakaiannya ditentukan oleh tujuan dan isi materi yang akan di ajarkan. Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, metode eksperimen sering digunakan karena materi-materi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sebagian besar menggunakan media yang harus dieksperimenkan.

b. Penggunaan Metode Eksperimen

Penggunaan metode eksperimen ini mempunyai tujuan agar siswa mampu memahami tentang cara mengatur atau menyusun sesuatu. penggunaan metode eksperimen menunjang proses interaksi belajar mengajar di kelas karena dapat memusatkan perhatian siswa pada pelajaran, meningkatkan partisipasi aktif siswa untuk mengembangkan kecakapan siswa dan memotvasi siswa untuk belajar lebih giat. Dengan kata lain penggunaan metode eksperimen bertujuan untuk mewujudkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, menghindari kesalahan dalam memahami konsep-konsep dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, serta dapat melatih kecakapan siswa dalam menganalisa sesuatu yang sedang dialami atau diekperimenkan.

Adapun tujuan penggunaan metode eksperimen ini adalah :

a. Mengajarkan suatu proses atau prosedur yang harus dimiliki peserta didik atau dikuasai peserta didik;

b. Mengkongkritkan informasi atau penjelasan kepada peserta didik;

2

Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran ( Bandung : CV. Wacana Prima, 2009), h. 101 3

Arifudin, Penggunaan Metode Demonstrasi Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas VI SD Negeri 006 Loa Janan Kabupaten Kutai Kartanegara, Penelitian Tindakan Kelas, h.5


(21)

c. Mengembangkan kemampuan pengamatan pandangan dan penglihatan para peserta didik secara bersama-sama.

Berdasarkan pernyataan di atas, tujuan digunakannya metode eksperimen dalam suatu pembelajaran adalah:

a) mengajarkan proses atau prosedur, b) mengkongkritkan informasi, dan

c) pengembangan kemampuan melihat melalui pengamatan.

Beberapa hal yang harus diperhatikan guru sebelum dan pada waktu mengadakan eksperimen:

a) Eksperimen itu harus dicoba terlebih dahulu sebelum dilakukan di depan kelas.

b) Tujuan eksperimen ditentukan terlebih dahulu oleh guru. c) Usahakan agar eksperimen dapat dilihat oleh peserta didik. d) Alat-alat yang digunakan sebaiknya sederhana.

e) Eksperimen dilaksanakan berdasarkan tujuan yang telah ditentukan.

Langkah-langkah Metode Eksperimen a. Perencanaan

Dalam perencanaan hal-hal yang dilakukan ialah :

1) Merumuskan tujuan yang baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang diharapkan dapat tercapai setelah metode demontrasi berakhir.

2) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah eksperimen yang akan di laksanakan.

3) Memperhitungkan waktu yang di butuhkan.

4) Selama eksperimen berlangsung guru harus intropeksi diri apakah : a). Keterangan-keterangan dapat di dengar dengan jelas oleh siswa

b). Apakah semua media yang di gunaka telah di tempatkan pada posisi yang baik, hingga semua siswa dapat melihat semuanya dengan jelas

c). Siswa membuat catatan-catatan yang dianggap perlu 5) Menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan anak didik


(22)

b. Pelaksaannya

Hal-hal yang di lakukan adalah :

1) Memeriksa hal-hal tersebut di atas untuk kesekian kalinya 2) Melakukan eksperimen dengan menarik perhatian siswa

3) Mengingat pokok-pokok materi yang akan di eksperimenkan agar mencapai sasaran

4) Memperhatikan kedaan siswa, apakah semuanya mengikuti eksperimen dengan baik

5) Memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif 6) Menghindari ketegangan

7) Evaluasi : dapat berupa pemberian tugas, seperti membuat laporan, menjawab pertanyaan, mengadakan latihan lebih lanjut, baik di sekolah ataupun di rumah.

Untuk melaksanakan metode eksperimen yang baik atau efektif, ada beberapa langkah yang harus dipahami dan digunakan oleh guru, yang terdiri dari perencanaan, uji coba dan pelaksanaan oleh guru lalu diikuti oleh murid dan diakhiri dengan adanya evaluasi. Adapun langkah tersebut adalah sebagai berikut: 1) Merumuskan dengan jelas kecakapan dan atau keterampilan apa yang

diharapkan dicapai oleh siswa sesudah eksperimen itu dilakukan.

2) Mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh, apakah metode itu wajar dipergunakan, dan apakah ia merupakan metode yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan.

3) Alat-alat yang diperlukan untuk eksperimen itu bisa didapat dengan mudah, dan sudah dicoba terlebih dahulu supaya waktu diadakan eksperimen tidak gagal.

4) Jumlah siswa memungkinkan untuk diadakan eksperimen dengan jelas. 5) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah yang akan dilaksanakan,

sebaiknya sebelum eksperimen dilakukan, sudah dicoba terlebih dahulu supaya tidak gagal pada waktunya.


(23)

6) Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan, apakah tersedia waktu untuk memberi kesempatan kepada siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan komentar selama dan sesudah eksperimen.

7) Selama Eksperimen berlangsung, hal-hal yang harus diperhatikan: a. Keterangan-keterangan dapat didengar dengan jelas oleh siswa.

b. Alat-alat telah ditempatkan pada posisi yang baik, sehingga setiap siswa dapat melihat dengan jelas.

c. Telah disarankan kepada siswa untuk membuat catatan-catatan seperlunya.

8) Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa. Sering perlu diadakan diskusi sesudah eksperimen berlangsung atau siswa mencoba melakukan eksperimen. Setelah perencanaan-perencanaan telah tersusun sebaiknya diadakan uji coba terlebih dahulu agar penerapannya dapat dilaksanakan dengan efektif dan tercapai tujuan belajar mengajar yang telah ditentukan dengan mengadakan uji coba dapat diketahui kekurangan dan kesalahan.

c. Kelebihan Metode Eksperimen

Metode eksperimen sering digunakan karena merupakan metode yang sangat baik dan efektif dalam menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan yang sifatnya pemahaman. Metode eksperimen memiliki kelebihan-kelebihan yaitu : (1) Siswa akan memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai proses sesuatu yang telah dieksperimenkan; (2) Perhatian siswa akan lebih mudah dipusatkan pada hal-hal yang penting yang sedang dibahas; (3) Dapat mengurangi kesalahan pengertian antara anak dan guru bila di bandingkan dengan ceramah dan tanya jawab, karena dengan eksperimen siswa akan dapat mengamati sendiri proses dari sesuatu; (4) Akan dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan apa yang telah dieksperimenkan. Dengan uraian di atas ditegaskan kembali bahwa metode eksperimen akan dapat mengaktifkan siswa, dapat menghindari kesalahan pengertian dari siswa dan guru, dan siswa akan merasa lebih terkesan karena siswa mengalami sendiri. Sehingga akan lebih


(24)

mendalam dan lebih lama disimpan dalam pikiran tentang sesuatu proses yang terjadi.

d. Kelemahan Metode Eksperimen

Di samping memiliki beberapa kelebihan, metode eksperimen juga tidak terlepas dari kemungkinan-kemungkinan kurang efektif apabila digunakan. Kemungkinan-kemungkinan yang dapat membuat eksperimen kurang efektif antara lain : (1) Apabila eksperimen tidak digunakan secara matang maka bisa terjadi eksperimen banyak kesulitan; (2) Kadang-kadang sesuatu yang di bawa ke kelas untuk didemonstrsikan terjadi proses yang berlainan dengan proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya; (3) Eksperimen menjadi kurang efektif bila tidak diikuti secara aktif oleh para siswa untuk mengamati; (4) Eksperimen akan menjadi metode yang kurang efektif bila alat yang dieksperimenkan itu tidak dapat di amati secara seksama oleh siswa.

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan metode eksperimen maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti, guru harus mempersiapkan sesuatu yang akan digunakan dalam pelaksanaan eksperimen, menjelaskan tujuan Eksperimen kepada siswa, memperhatikan situasi dan kondisi yang dapat mempengaruhi jalannya eksperimen dan selama eksperimen hendaknya semua siswa dapat memperhatikan jalannya eksperimen

2. Hakikat Belajar

Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Proses belajar pada hakekatnya juga merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat disaksikan. Manusia hanya mungkin dapat menyaksikan dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak. Lebih lanjut, peserta didik harus dianggap sebagai makhluk yang dinamis, sehingga harus diberi kesempatan untuk menentukan harapan dan tujuan mereka dan guru (pendidik) lebih berperan


(25)

sebagai penasehat, penunjuk jalan, dan rekan seperjalanan. Guru bukanlah satu-satunya orang yang paling tahu. Oleh karena itu, pembelajaran harus berpusat pada peserta didik (child centered), tidak tergantung pada text book atau metode pengajaran tekstual. Padahal belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar.4

Pada dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan prilaku siswa yang relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif, dengan kata lain belajar merupakan kegiatan berproses yang terdiri dari beberapa tahap. Tahapan dalam belajar tergantung pada fase-fase belajar, dan salah satu tahapannya adalah yang dikemukakan oleh Witting yaitu :

a. Tahap acquisition, yaitu tahapan perolehan informasi; b. Tahap storage, yaitu tahapan penyimpanan informasi;

c. Tahap retrieval, yaitu tahapan pendekatan kembali informasi.

Definisi yang lain menyebutkan bahwa belajar adalah sebuah proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh sebuah perubahan tingkah laku yang menetap, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan.5

Dari berbagai definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan adanya beberapa ciri belajar, yaitu:

1. Belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku (change behavior).

2. Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah.

3. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial

4

Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar. ( Jakarta: Rineka Cipta, 2010), cet ke-4, h. 38

5

Muhammad Zainur Roziqin, Moral Pendidikan di Era Global; Pergeseran Pola Interkasi Guru-Murid di Era Global. ( Malang: Averroes Press, 2007 ), h. 62


(26)

4. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman 5. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan.

Di dalam tugas melaksanakan proses belajar mengajar, seorang guru perlu memperhatikan beberapa prinsip belajar berikut:

1. Apa pun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar bukan orang lain. 2. Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya

3. Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar.

4. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan membuat proses belajar lebih berarti.

5. Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberikan tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.

3. Pembelajaran

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dan tugas guru adalah mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai usaha sadar pendidik untuk membantu peserta didik agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Disini pendidik berperan sebagai fasilitator yang menyediakan fasilitas dan menciptakan situasi yang mendukung peningkatan kemampuan belajar peserta didik.

Pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha mengetahui sesuatu atau berusaha memperoleh ilmu pengetahuan ( kepandaian, keterampilan ).6 Belajar adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang dengan sengaja dikalukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sedangkan belajar adalah suatu proses yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang

6


(27)

bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah pengetahuan, bekembang daya pikir, sikap dan lain-lain.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.7 Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu. Fungsi-fungsi pembelajaran yaitu sebagai berikut:

a. Pembelajaran sebagai sistem

Pembelajaran sebagai sistem terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisir antara lain tujuan pembelajaran , materi pembelajaran , strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga , pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran (remedial dan pengayaan).

b. Pembelajaran sebagai proses

Pembelajaran sebagai proses merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belaja, meliputi:

1. Persiapan, merencanakan program pengajaran tahunan, semester, dan penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) dan penyiapan perangkat kelengkapannya antara lain alat peraga, dan alat evaluasi, buku atau media cetak lainnya.

2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada persiapan pembelajaran yang telah dibuatnya. Banyak dipengaruhi oleh pendekatan atau strategi dan metode-metode pembelajaran yang telah dipilih dan dirancang penerapannya, serta filosofi kerja dan komitmen guru , persepsi, dan sikapnya terhadap siswa;

3. Menindaklanjuti pembelajaran yang telah dikelolanya. Kegiatan pasca pembelajaran ini dapat berbentuk enrichment (pengayaan), dapat pula berupa pemberian layanan remedial teaching bagi siswa yang berkesulitan belajar.

Ciri-ciri pembelajaran sebagai berikut: 1). Merupakan upaya sadar dan disengaja

7


(28)

2). Pembelajaran harus membuat siswa belajar

3). Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan 4). Pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun

4. Hasil Belajar

Setiap akhir program pembelajaran selalu diadakan evaluasi dengan maksud untuk mengetahui hasil belajar siswa karena hasil belajar yang diperoleh siswa dapat menunjukkan tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran. Hasil belajar dapat berupa pengetahuan (kognitif), tingkah laku atau sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor), yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa hasil belajar merupakan perolehan seseorang dari suatu perbuatan belajar, atau hasil belajar merupakan kecakapan nyata yang dicapai siswa dalam waktu tertentu. Hasil belajar yang utama adalah pola tingkah laku yang bulat yang diperoleh oleh setiap siswa setelah proses belajar. Di dalam proses belajar siswa mengerjakan hal-hal yang akan dipelajari sesuai dengan tujuan dan maksud belajar.

Dari beberapa pendapat tentang hasil belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami interaksi proses pembelajaran melalui evaluasi belajar yang dilakukan dengan tes yang dijadwalkan. Kemajuan yang diperoleh siswa tidak hanya berupa ilmu pengetahuan, tetapi juga berupa sikap dan kecakapan atau keterampilan khususnya dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

5. Ciri-ciri Hasil Belajar

Belajar ditandai dengan ciri-ciri yaitu : 1) disengaja dan bertujuan.

2) tahan lama.

3) bukan karena kebetulan.


(29)

Dengan pengalaman yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran, maka akan terjadi perubahan, baik perubahan pada aspek kognitif, aspek afektif maupun aspek psikomotor. Perubahan ketiga aspek tersebut di atas merupakan ciri-ciri hasil belajar yang diperoleh siswa. Ciri-ciri hasil belajar mengandung tiga hal, yaitu: kognitif, afektif, psikomotor.

a. Hasil belajar kognitif merupakan kemajuan intelektual yang diperoleh siswa melalui kegiatan belajar dengan ciri-ciri sebagai berikut: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

b. Hasil belajar afektif adalah perubahan sikap atau kecendrungan yang dialami siswa sebagai hasil belajar sebagai berikut: adanya penerimaan atau perhatian, adanya respon atau tanggapan dan penghargaan.

c. Hasil belajar psikomotor merupakan perubahan tingkah laku atau keterampilan yang dialami siswa dengan ciri-ciri: keberanian menampilkan minat dan kebutuhannya, keberanian berpartisifasi di dalam kegiatan penampilan sebagai usaha/ kreatifitas dan kebebasan melakukan hal di atas tanpa tekanan guru atau orang lain.

Berdasarkan cici-ciri hasil belajar di atas maka tugas guru selain mengajar juga mendidik dan melatih siswa agar menjadi siswa yang cerdas, bersikap baik dan memiliki keterampilan-keterampilan yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai salah satu mata pelajaran di Sekolah dasar, merupakan program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai Tuhan Yang Masa Esa. Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar dapat di uaraikan sebagai berikut:

1). Siswa memiliki pemahaman tentang konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari;

2). Memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan tentang alam sekitar;

3). Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari; mengenal dan


(30)

dapat memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar.8

Dari uraian di atas dapat ditegaskan bahwa hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar dapat diuraikan sebagai hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam dapat melatih pemahaman siswa terhadap konsep-konsep IPA, melatih keterampilan siswa dalam menggunakan alat teknologi sederhana dalam memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan alam sekitar. Hasil belajar siswa selalu bervariasi, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-foktor tersebut adalah faktor dalam dan faktor luar individu. Faktor dalam meliputi : keadaan, motifasi, minat, intelegensi dan bakat siswa. Foktor luar meliputi : fasilitas belajar, waktu, media belajar, dan cara mengajar”. Selain itu, hasil belajar dapat pula dipengaruhi oleh faktor psikologi seperti kecerdasan, motivasi, perhatian, pengindraan, cita-cita peserta didik, kebugaran fisik dan mental, serta lingkungan yang menunjang.

Untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik, dalam proses pembelajaran maka guru harus memahami keadaan siswa, baik keadaan fisik, keadaan psikhis, maupun lingkungan atau latar belakang kehidupan siswa. Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Adapun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.

8


(31)

Prestasi belajar juga adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.

6. Penilaian Hasil Belajar

Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah yaitu; ranah kognitif, psikomotor dan afektif. Secara eksplisit ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Setiap mata pelajaran selalu mengandung ketiga ranah tersebut, namun penekanannya selalu berbeda. Mata pelajaran praktek lebih menekankan pada ranah psikomotor, sedangkan mata pelajaran pemahaman konsep lebih menekankan pada ranah kognitif. Namun kedua ranah tersebut mengandung ranah afektif.

Ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan aktivitas fisik, misalnya; menulis, memukul, melompat dan lain sebagainya. Ranah kognitif berhubungan erat dengan kemampuan berfikir, termasuk di dalamnya kemampuan menghafal, rnemahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan kemampuan


(32)

mengevaluasi. Sedangkan ranah afektif mencakup watak perilaku seperti sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral.

Dalam paradigma lama, penilaian pembelajaran lebih ditekankan pada hasil (produk) dan cenderung hanya menilai kemampuan aspek kognitif, yang kadang-kadang direduksi sedemikian rupa melalui bentuk tes obyektif. Sementara, penilaian dalam aspek afektif dan psikomotorik kerapkali diabaikan.

Kemampuan afektif berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat berbentuk tanggung jawab, kerjasama, disiplin, komitmen, percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain, dan kemampuan mengendalikan diri.

Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi yangmengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi. Masalah afektif dirasakan penting oleh semua orang, namun implementasinya masih kurang. Hal ini disebabkan merancang pencapaian tujuan pembelajaran afektif tidak semudah seperti pembelajaran kognitif dan psikomotor. Satuan pendidikan harus merancang kegiatan pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran afektif dapat dicapai.

a. Perbedaan Penilaian Hasil Pembelajaran yang Didasarkan Pada Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor

Dalam suatu pembelajaran berhitung, maka dapat dibedakan proses penilaian antara ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

1. Ranah kognitif dalam berhitung dapat diartikan sebagai aktivitas kognitif dalam memahami hitungan secara tepat dan kritis. Aktivitas seperti ini sering disebut sebagai kemampuan membaca, atau lebih khusus disebut sebagai kemampuan kognisi.


(33)

2. Ranah afektif berhubungan dengan sikap dan minat/motivasi siswa untuk membaca ; misalnya sikap positif terhadap kegiatan membaca atau sebaliknya, gemar membaca, malas membaca dan lain-lain.

3. Ranah psikomotor berkaitan dengan aktivitas fisik siswa pada saat melakukan kegiatan berhitung. Aktivitas fisik pada saat berhitung.

b. Mengidentifikasi Komponen Penilaian Proses Pembelajaran 1. Aspek penilaian kognitif terdiri dari:

a). Pengetahuan (Knowledge), Kemampuan mengingat (misalnya: nama ibu kota, rumus).

b). Pemahaman (Comprehension), Kemampuan memahami (misalnya: menyimpulkan suatu paragraf).

c). Aplikasi (Application), Kemampuan Penerapan (Misalnya: menggunakan suatu informasi/ pengetahuan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah).

d). Analisis (Analysis), Kemampuan menganalisis suatu informasi yang luas menjadi bagian-bagian kecil (Misalnya: menganalisis bentuk, jenis atau arti suatu puisi).

e). Sintesis (Synthesis), Kemampuan menggabungkan beberapa informasi menjadi suatu kesimpulan (misalnya: memformulasikan hasil penelitian di laboratorium).

2. Aspek penilaian afektif terdiri dari:

a). Menerima (receiving) termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, respon, kontrol dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar b). Menanggapi (responding): reaksi yang diberikan: ketepatan reaksi,

perasaan kepuasan dll

c). Menilai (evaluating): kesadaran menerima norma, sistem nilai dll d). Mengorganisasi (organization): pengembangan norma dan nilai dalam

organisasi sistem nilai

e). Membentuk watak (characterization): sistem nilai yang terbentuk mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku.


(34)

3. Aspek penilaian psikomotor terdiri dari: a). Meniru (perception)

b). Menyusun (manipulating)

c). Melakukan dengan prosedur (precision)

d). Melakukan dengan baik dan tepat (articulation)

e). Melakukan tindakan secara alami (naturalization)

Karena penelitian ini menggunakan metode eksperimen maka penilaian yang digunakan adalah penilaian pada ranah psikomotor, dengan tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan penilaian pada ranah yang lain.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian ini didukung oleh beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain yang membuktikan dari hasil penelitian itu bahwa ada peningkatan hasil belajar pada siswa setelah diterapkannya metode eksperimen, penelitian tersebut diantaranya adalah:

1. Skripsi Susilawati, berjudul Pengaruh Metode Eksperimen Dalam Pembelajaran IPA Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V. Berdasarkan perhitungan hasil dan analisis data yang telah diperoleh dari pelaksanaan penelitian di Sekolah Dasar Negeri 23 Pontianak Timur ini dapat disimpulkan bahwa: 1) Rata-rata hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada materi perubahan sifat benda tanpa menggunakan metode eksperimen di kelas V SDN 23 Pontianak Timur sebesar 66,08 dengan standar deviasi 15,38. 2) Rata-rata hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada materi perubahan sifat benda menggunakan metode eksperimen di kelas V SDN 23 Pontianak Timur sebesar 77,27 dengan standar deviasi sebesar 15,658, 3). Berdasarkan analisis data hasil belajar siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan menggunakan rumus t-test polled varian pada taraf signifikan (α) = 5% dan

dk n1 n2 2 diperoleh thitung (2,45) > ttabel (2,0105) yang berarti signifikan.

Maka Ho ditolak dan Hα diterima, menolak Ho artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA


(35)

tanpa menggunakan metode eksperimen dengan rata-rata hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA menggunakan metode eksperimen dikelas V Sekolah Dasar Negeri 23 Pontianak Timur, dan 4). Penggunaan metode eksperimen dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam memberikan pengaruh yang baik terhadap hasil belajar siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 23 Pontianak Timur dengan harga Effect Size (ES) sebesar 0,68 dengan kriteria sedang sehingga disarankan supaya Sebagai tenaga pendidik khususnya di jenjang sekolah dasar hendaknya guru lebih kreatif dan inovatif dalam menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan dan diminati siswa dengan menerapkan atau memadukan metode, media dan strategi pembelajaran lainnya sesuai dengan materi pembelajaran yang akan diajarkan

2. Skripsi Nur Fitriani, Pengaruh Penggunaan Metode Eksperimen Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas IV Pada Mata Pelajaran IPA SD Negeri Banjaranyar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode eksperimen berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran IPA SD Negeri Banjaranyar. Hal ini ditunjukkan dari hasil perhitungan beda mean

post test antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Rata-rata nilai

post test dari kelompok eksperimen 76,43 dan kelompok kontrol 65,82.

3. Skripsi Astri Risdiana, berjudul Pengaruh Penggunaan Metode Eksperimen Pada Materi Gerak Benda Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III SD Negeri 1 Nireng Trucuk Klaten Tahun Ajaran 2011/2012. Hasil penlitian ini adalah (1) pelaksanaan pembelajaran IPA menggunakan metode eksperimen memperlihatkan adanya peningkatan keatifan siswa, (2) penggunaan metode eksperimen pada materi gerak benda berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas III SD Negeri 1 Mireng tahun ajaran 2011/2012. Hal ini ditunjukkan dengan perbedaan skor rerata post-test kelas kontrol sebesar 69,57 yang mengalami peningkatan 9,6% dari skor rerata test awal (pre-test)

sebesar 63,48, sedangkan skor rerata post-test kelas eksperimen sebesar 80,65 yang mengalami peningkatan 26,6% dari skor rerata pre-test sebesar 63,7.


(36)

Rerata gain ternormalisasi kelompok kontrol adalah 0,17 dengan kriteria low-g, sedangkan rerata gain ternormalisasi kelompok eksperimen adalah 0,47 dengan kriteria medium-g.

4. Artikel Penelitian Turyati, berjudul Peningkatan Hasil Belajar Membaca Puisi Dengan Metode Eksperimen Kelas VI SDN 02 Mempawah Timur. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan tentang peningkatan hasil pembelajaran puisi terhadap siswa kelas VI SDN 02 Antibar Mempawah Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Eksperimen dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam pembelajaran puisi kelas VI SDN 02 Antibar Mempawah Timur. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan yang terdiri dari siklus I dan siklus II, maka penulis menyimpulkan penelitian bahwa metode eksperimen dalam membaca puisi pada siklus I dan siklus II yang telah dilakukan oleh peneliti dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia terjadi peningkatan aktifitas siswa pada siklus I 67,68% dan siklus II 76,61%. 12

5. Skripsi Eva Syarifah Nurhayati, berjudul Efektifitas Metode Eksperimen Pada Pembelajaran Bidang Studi Fiqih Di MTs Soebono Mantofani Jombang Ciputat-Tangerang. Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, yaitu setelah data-data dikumpulkan, ditabulasi, dianalisa dan ditafsirkan serta didukung adanya study pustaka maka dapat disimpulkan bahwa :

a). Metode demontrasi memberi kemudahan pada siswa kelas satu dalam memahami pelajaran.

b). Dengan menggunakan metode demontrasi pada bidang studi fiqih di MTs Soebono Mantofani ternyata perhatian dan minat siswa dalam pelajaran fiqih sangat posistif .

c). Dengan penerapan metode demontrasi dalam bidang studi fiqih di MTs Soebono Mantofani mayoritas siswa menyenangi dan responnya pun sangat baik, hal ini didukung dengan sebagian besar siswa menjalankan semua perintah guru untuk mendemontrasikan karena ingin lebih paham.


(37)

d). Daya ingat siswa pun sangat terbantu dengan penggunaan metode demontrasi dan siswa pun mempunyai pengalaman dan kesan yang banyak.139

C. Kerangka Berpikir

Dalam pembelajaran yang dilakukan di sekolah guru masih menggunakan pembelajaran konvensional, guru sering mengharapkan siswa diam dengan sikap duduk tegak dan menghadap ke depan, sementara guru dengan fasih menyampaikann materi. Pembelajaran semacam ini sangat tidak menarik yang pada akhirnya mengakibatkan siswa sulit memahi pelajaran, dengan sulit memahami materi pembelajaran siswa mendapatkan nilai masih dibawah KKM, dalam hal ini tentang ciri-ciri dan sifat benda. Guru juga hanya menjelaskan kosep tanpa membimbing siswa untuk menemukan sendiri konsep tersebut dan menyebabkan pembelajaran IPA menjadi lebih menarik dan dan mendekatkan konsep-konsep IPA pada kehidupan nyata siswa.

Dengan kondisi seperti ini maka perlu diadakan perubahan dalam penyajian materi, apalagi pada pembelajaran IPA, agar apa yang disampaikan dapat langsung di serap atau dipahami oleh siswa. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin memberikan satu solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut yakni dengan menerapkan pembelajaran melalui metode eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas II pelajaran IPA pada konsep Ciri-ciri Benda dan Perubahannya. Metode eksperimen sering digunakan, apalagi pada pelajaran IPA, karena materi-materi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sebagian besar menggunakan media yang harus dieksperimenkan. Metode eksperimen adalah cara mengajar seorang instruktur atau guru menunjukkan,

12

Turyati, Peningkatan Hasil Belajar Membaca Puisi Dengan Metode

Demonstrasi Kelas VI Sekolah Dasar Negeri 02,Artikel Penelitian pada Program S-1

Pendidikian Guru Dalam Jabatan FKIP Universitas Tanjungpura, Pontianak.

13

Eva Syarifah Nurhayati, Efektifitas Metode Demonstrasi Pada Pembelajaran Bidang Studi Fiqih Di MTs Soebono MantofaniJombang Ciputat

Tangerang, Skripsi pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan


(38)

memperlihatkan sesuatu proses,sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat melihat, mengamati, mendengar, meraba dan merasakan proses yang dipertunjukkan. Dengan menggunakan metode eksperimen penulis mengharapkan adanya perubahan dalam suasana pembelajaran, perhatian dan konsentrasi belajar siswa, serta perolehan nilai siswa yang terus meningkat yang akhirnya batas ketuntasan kriteria minimal dapat dicapai bahkan dilampau siswa.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis/dugaan sementara sebagai berikut: Terdapat peningkatan hasil belajar IPA pada konsep Ciri-ciri Benda dan Perubahannya melalui Metode eksperimen.


(39)

25 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Ainul Yaqiin, Keluarahan Parung Kored, Kecamatan Karang Tengah Kota Tangerang, pada siswa kelas II, dengan jumlah siswa 28 orang.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Juli sampai dengan Bulan September 2013 di MI Ainul Yaqiin kelas 2 semester ganjil tahun pelajaran 2013 – 2014.

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

Metode penelitian adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam suatu penelitian juga merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.1 Metode yang digunakan pada Penelitian Tindakan Kelas.

Rancangan siklus penelitian tindakan kelas yang digunakan adalah model spiral Hopkins. Tahapan model spiral ini terdiri dari empat komponen, yaitu : perencanaa, tindakan, pengamatan, dan refleksi.2 Dengan demikian untaian dari keempat komponen tersebut dipandang sebagai suatu siklus. Pada pelaksanaannya jumlah siklus tergantung kepada tingkat penyelesaian. Berikut gambar rancang siklus pada penelitian tindakan kelas ini.

1

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantittaif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2010) h. 2

2


(40)

Gambar 3.1. Rancang Siklus Penelitian Tindakan Kelas

1. Tahap perencanaan (planning) adalah tahap menyusun rancangan tindakan. Dalam tahap ini dijelaskan tentang apa, mengapa, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.

2. Tahap pelaksanaan (actuating) adalah tahap dalam melaksanakan tindakan di kelas. Tahap ini merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan.

3. Tahap pengamatan (observing) yaitu pengamatan yang dilakukan terhadap aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang dipantau oleh pengamat.

4. Tahap refleksi (reflecting) yaitu tahap kegiatan untuk mengemukakan kembali terhadap apa yang telah dilakukan.3 Semua informasi yang sudah terkumpul selama pelaksanaan penelitian selanjutnya dievaluasi dengan seksama, dicari

3

Ibid, h 19

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II

Pengamatan Refleksi

Pelaksanaan

?


(41)

permasalahan yang belum terselesaikan, kemudian dilakukan perbaikan untuk siklus berikutnya.

Keempat tahap dalam penelitian tindakan kelas tersebut adalah unsur untuk membentuk sebuah siklus, yaitu suatu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula. Satu siklus adalah dari tahap penyusunan rancangan sampai dengan refleksi. Jadi bentuk penelitian tindakan tidak pernah merupakan kegiatan tunggal, tetapi selalu berupa rangkaian kegiatan yang akan kembali ke semula, yaitu dalam bentuk siklus.

C. Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah 28 orang siswa kelas 2 Madrasah Ibtidaiyah Ainul Yaqiin semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.

D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian

Peneliti dalam penelitian ini berkolaborasi dengan teman sejawat dan bertindak sebagai guru. Selain sebagai guru, peneliti juga sebagai pelaksana penelitian. Sedangkan teman sejawat bertindak sebagai observer (pengamat) selama proses pembelajaran berlangsung.

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Tahap intervensi tindakan yang akan dilakukan peneliti selama penelitian ini adalah sebagai berikut :


(42)

Gambar 3.2. Tahapan Intervensi Tindakan

Penelitian Pendahuluan

a. Observasi kegiatan pembelajaran

b. Wawancara dengan siswa

c. Wawancara dengan guru

d. Mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar IPA dari hail observasi awal

SIKLUS I

Perencanaan Tindakan

a) Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari skenario proses pembelajaran, pedoman observasi dan instrumen tes

b) Penyusunan pedoman observasi keterampilan proses sains dan soal tertulis

Pelaksanaan Tindakan

Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario yang telah dibuat dan mengobservasi jalannya pembelajaran

Monitoring & Evaluasi

Melaksanakan pretest, mencatat data selama pembelajaran, melaksanakan posttest dan penilaian Lembar Kerja Siswa

Refleksi

Mengolah data, refleksi untuk siklus II

Penyusunan Laporan

SIKLUS II

Perencanaan Tindakan

c) Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari skenario proses pembelajaran, pedoman observasi dan instrumen tes

d) Penyusunan pedoman observasi keterampilan proses sains dan soal tertulis

Pelaksanaan Tindakan

Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario yang telah dibuat dan mengobservasi jalannya pembelajaran

Monitoring & Evaluasi

Melaksanakan pretest, mencatat data selama pembelajaran, melaksanakan posttest dan penilaian Lembar Kerja Siswa

Refleksi


(43)

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah terciptanya suasana belajar yang aktif, kondusif melalui penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA pada konsep Ciri-Ciri Benda dan Perubahannya.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini dengan menggunakan teknik tes dan nontes. Tes merupakan suatu teknik pengukuran yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh responden.4 Tes berupa pretes dan postes dengan menggunakan soal pilihan ganda. Nontes berupa pedoman observasi aktivitas siswa dan guru ketika proses pembelajaran berlangsung. Data observasi aktivitas siswa digunakan untuk menganalisis keterlaksanaan pendekatan kontekstual yang diterapkan. Data observasi aktivitas guru digunakan untuk melihat cara guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen.

H. Data dan Sumber Data

Data dan sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Data : Terdapat dua buah data pada penelitian ini. Data utama diperoleh dari tes hasil belajar dan data penunjang dalam penelitian ini berupa pedoman observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Sumber Data : Sumber data pada penelitian ini adalah siswa kelas 2 MI Ainul Yaqiin, peneliti dan rekan sejawat atau observer.

I. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

4

Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 226


(44)

1. Tes Hasil Belajar

Untuk mengevaluasi hasil belajar digunakan tes tertulis yang berbentuk pilihan ganda. Tes ini dilakukan sebelum dan sesudah pembelajaran pada setiap siklus. Kisi-kisi instrumen tes yang digunakan dapat dilihat pada table berikut ini :

Tabel. 3.1. Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar IPA Siklus I & Siklus II KOMPETENSI

DASAR

Indikator Pembelajaran

Aspek Kognitif Jumlah Soal

Siklu s

C 1 C 2 C 3

Mengidentifikasi ciri-ciri benda padat dan cair yang ada di lingkungan sekitar

Menunjukkan beragam jenis benda padat di sekitar.

9*, 11*

1*, 2*, 4*, 6*,

14* 7

I

Menunjukkan beragam jenis benda cair di sekitar.

3*, 10*, 12*, 15*, 18*, 19* 8*, 16*, 17* 9 Membedakan ciri-ciri benda padat dan

cair

7*, 13* 2

Menunjukkan perubahan bentuk dan wujud benda (plastisin/tanah liat/adonan tepung) akibat dari kondisi tertentu Mengidentifikasi benda-benda di sekitar yang dapat berubah bentuk seperti plastisin/tanah liat ketika dibentuk. 5*, 20*, 21* 3 Mencari contoh benda padat yang dapat berubah wujud menjadi benda cair

22*, 23*, 24* 3 Mencari contoh benda cair yang dapat berubah wujud menjadi benda padat

25* 1


(45)

KOMPETENSI DASAR

Indikator Pembelajaran

Aspek Kognitif Jumlah

Soal Siklus

C 1 C 2 C 3

Mengidentifikasi benda-benda yang dikenal dan kegunaannya melalui pengamatan Mengidentifikasi benda-benda yang ada di sekitar kelas.

16*, 17*, 21*, 22*, 24* 1*, 2*, 3*, 4*, 5*, 20* II 11 Menceritakan benda-benda yang telah dikenal oleh siswa (berupa alat angkutan) berdasarkan

pengamatan.

8*, 18* 23*,

25* 4

Menceritakan kegunaan alat angkutan yang ada di sekitar

11*, 12*

9*,

15* 4

Menjelaskan bahan yang digunakan untuk pembuatan benda-benda tersebut 6*, 7*, 14* 10*, 13, 19* 6

Keterangan : * = soal yang sudah diukur

2. Pedoman Observasi

Observasi merupakan salah satu alat evaluasi jenis non-tes yang dilakukan dengan cara pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif dan rasional mengenai berbagai fenomena.5 Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait. Observasi perlu direncanakan dan juga didasarkan dengan keterbukaan pandangan dan pikiran serta bersifat responsif.6 Pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi untuk melihat aktifitas siswa ketika proses pembelajaran berlangsung dan observasi kegiatan guru.

5

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009), h. 146

6

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,2003), h. 73


(46)

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan

Pengumpulan data dilakukan dengan tes dan nontes. Tes berupa uji hasil belajar, dan instrumen non-tes berupa pedoman observasi untuk mengamati aktifitas siswa dan guru ketika proses pembelajaran berlangsung. Data observasi aktifitas siswa digunakan untuk menganalisa keterlaksanaan metode eksperimen yang diterapkan. Sedangkan data observasi aktifitas guru digunakan untuk melihat cara mengajar guru ketika proses pembelajaran dengan menerapkan metode eksperimen. Sebelum instrumen tersebut digunakan tes digunakan, dilakukan uji coba instrumen terlebih dahulu untuk mengetahui apakan instrumen tersebut memenuhi persyaratan instrumen.

1. Instrumen Tes

Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif berupa pilihah ganda. Pengujian instrumen ini harus memenuhi kriteria sebagai berikut: validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda. Untuk mengetahui pemenuhan kriteria di atas, maka instrumen yang digunakan dalam penelitian ini harus melalui pengujian. Berikut adalah pengujian yang perlu dilakukan berkaitan dengan kriteria yang harus dipenuhi dalam instrumen penelitian ini.

a. Uji Validitas

Validitas adalah suatu derajat ketepatan instrumen (alat ukur). Artinya instrumen yang digunakan benar-benar tepat untuk mengukur apa yang akan di ukur.7 Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Uji validitas menggunakan rumus korelasi Point Biserial (rpbi)

7


(47)

karena skor butir soal berbentuk dikotomi (skor butir 1 atau 0). Adapun rumus rpbi

yaitu: 8

Keterangan :

rpbi = angka indeks korelasi point biserial

Mp = mean (nilai rata-rata hitung) yang dijawab dengan benar Mt = mean dari skor total

SDt = standar deviasi total

p = proporsi siswa yang menjawab benar terhadap butir item q = proporsi siswa yang menjawab salah terhadap butir item

Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka rpbi dibandingkan dengan rtabelproduct momentdengan α = 0,05 dengan rtabel sebesar 0,304. Jika rpbi

rtabel maka soal tersebut tidak valid. Perhitungan validitas soal dala penelitian ini menggunakan bantuan software anates versi4 Hasil uji validitas instrument tes dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas Instrumen Siklus I Statistik

Jumlah Soal 25

Jumlah Siswa 28

Nomor Soal Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25,

Jumlah Soal Valid 25

8

Anas Sudiyono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT Rajawali Grafindo Persada, 2003), h.185


(48)

Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas Instrumen Siklus II Statistik

Jumlah Soal 25

Jumlah Siswa 28

Nomor Soal Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25,

Jumlah soal valid 25

b. Uji Reliabilitas Soal Tes

Reabilitas merupakan koefisien yang menunjukkan tingkat keajegan atau konsistensi hasil pengukuran suatu tes.9 Reliabilitas bermakna keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan atau konsistensi. Reliabilitas dapat diartikan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya dan konsisten.10 Pengujian reliabiltas menggunakan rumus K-R20 (Kuder-Richardson 20).11

Keterangan :

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah ( q = 1-p) ∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

9

Djemari Mardapi, Pengukur Penilian & Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta: Nuha Medika, 2012) h.

51

10

Consuelo G. Sevilla, penerjemah Alimuddin Tuwu, Pengantar Metode Penelitian. (Jakarta: UI Press,

1993), h. 175

11

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan(edisi revisi), (Jakarta : Bumi Aksara, 2006)

Cet.6, h.101

r

11 = n

n -1

S2

Ʃ

Pq


(49)

n = banyaknya item S2 = varians

Selanjutnya pengujian rekliabilitas diklasifikasikan sesuai kriteria pada table 3.5 berikut ini :

Tabel 3.4. Kriteria Reliabilitas

Kriteria Keterangan

0,91 – 1,00 Sangat Tinggi 0,71 – 0,90 Tinggi

0,41 – 070 Sedang 0,21 – 0,40 Rendah 0,00 – 0,20 Kurang

Perhitungan uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan

software anates versi 0.4. Hasil uji reliabilitas instrument tes dapat dilihat pada table di bawah ini :

Tabel 3.5. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Siklus I Statistik

r hitung 0,79

Kesimpulan Sangat tinggi

Tabel 3.6. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Siklus II Statistik

rhitung 0.76

Kesimpulan Sangat tinggi


(50)

Tes yang baik adalah tes yang mempunyai taraf kesukaran tertentu sesuai dengan karakteristik peserta tes. Untuk menghitung tingkat kesukaran digunakan rumus sebagai berikut :12

Dimana :

P = Tingkat Kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab benar JS = Jumlah seluruh siswa

Kriteria taraf kesukaran ditentukan sebagai berikut :

a) Soal dengan P 0,00 sampai 0,15 adalah soal sangat sukar b) Soal dengan P 0,15 sampai 0,30 adalah soal sukar

c) Soal dengan P 0,30 sampai 0,60 adalah soal sedang d) Soal dengan P 0,60 sampai 0,85 adalah soal mudah

e) Soal dengan P 0,85 sampai 1,00 adalah soal sangat mudah

Perhitungan pengujian taraf kesukaran dalam penelitian ini menggunakan bantuan software anates versi 4.0. Hasil perhitungan tingkat kesukaran instrument tes dapat dilihat pada table berikut :

12


(51)

Tabel 3.7. Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Siklus I

Kriteria Soal Jumlah Soal Persentase

Sangat Sukar 0

Sukar 0

Sedang 8 32%

Sangat Mudah 17 68%

Jumlah 25 100%

Tabel 3.8. Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Siklus II

Kriteria Soal Jumlah Soal Persentase

Sangat Sukar 1 4%

Sukar 1 4%

Sedang 9 36%

Sangat Mudah 14 56%

Jumlah 25 100%

d. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan rendah. Untuk menentukan daya pembeda dapat dihitung dengan menggunakan rumus :13

13


(52)

Ketarangan :

D = Daya Pembeda

Ba = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar

Bb = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Ja = Banyaknya peserta kelompok atas

Jb = Banyaknya pesertta kelompok bawah

Kriteria daya pembeda ditentukan sebagai berikut :14

D = 0.00 - 0.20 : jelek D = 0.40 - 0.70 : baik D = 0.20 - 0.40 : cukup D = 0.70 - 1.00 : baik sekali

Pengujian daya pembeda dalam penelitian ini menggunakan bantuan software anates versi 4.0. Hasil perhitungan daya pembeda dapat dilihat pada table di bawah ini :

Tabel 3.9. Hasil Uji Daya Pembeda Siklus I

Kriteria Soal Jumlah Soal Persentase

Baik Sekali

Baik 8 32%

Cukup 9 36%

Jelek 8 32%

Jumlah 25 100%

14


(53)

Tabel 3.10. Hasil Uji Daya Pembeda Siklus II

Kriteria Soal Jumlah Soal Persentase

Baik Sekali

Baik 6 28%

Cukup 9 36%

Jelek 9 36%

Jumlah 25 100%

2. Instrumen Non Tes

Instrumen non tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi. Penggunaan pedoman observasi bertujuan agar kesimpulan yang adapat diperoleh dari penelitian ini lebih valid dan objektif dibandingkan jika hanya menggunakan satu instrument tes saja. Sebagaimana instrument tes, instrument nontes juga harus memenuhi kriteria kelayakan. Pengujian kelayakan pedoman observasi dilakukan dengan pertimbangan ahli.

K. Analisa Data dan Interprestasi Data

Pada peneltian ini terdapat dua teknik analisa data yang digunakan yaitu teknik analisa data tes dan teknik analisa data nontes. Data yang dihasilkan dari instrument tes akan dianalisa peningkatan aspek tes hasil belajarnya dengan menggunakan rumus gain ternormalisasi. Data yang dihasilkan dari pedoman observasi dianalisa secara deskriptif untuk mengukur kualitas pembelajaran selama diberi perlakuan berupa penerapan metode eksperimen.

Perhitungan persentase dikategorikan sesuai tingkat penguasaannya, dan kategorinya dapat dilihat pada table berikut :


(54)

Tabel 3.11. Kriteria Nilai Persentase Instrumen Nontes15

Rentang Kategori

80 – 100% Sangat Baik 70 - 79% Baik

60 – 69% Cukup/Sedang 50 – 59% Kurang

0 – 40% Sangat Kurang

L. Indikator Keberhasilan

Penelitian ini dikatakan berhasil atau siswa dinyatakan mengalami peningkatan kemampuan keterampilan proses sains apabila mencapai indikator sebagai berikut :

Siswa mencapai ketuntasan minimal : 60 Kelas mencapai ketuntasan belajar : 80%

Indikator keberhasilan ini merupakan ketentuan yang sudah ada di MI Ainul Yaqiin, Karang Tengah sebagai acuan keberhasilan proses pembelajaran.

15

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya, 2007), cet. 13, h. 153


(55)

41 1. Tindakan Pembelajaran Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pembelajaran pada siklus I ini terdiri atas dua pertemuan yang berdurasi 4 x 35 menit dalam satu minggu. Materi yang akan diajarkan pada siklus satu ini adalah mengidentifikasi ciri-ciri benda padat dan cair yang ada di lingkungan sekitar dan menunjukkan perubahan bentuk dan wujud benda (plastisin/tanah liat/adonan tepung) akibat dari kondisi tertentu. Sebelum silkus I dilaksanakan peneliti melakukan beberapa kesiapan yaitu:

1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang menggambarkan penerapan metode eksperimen

2) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) 3) Menyiapkan alat peraga

4) Menyiapkan lembar observasi guru dan lembar observasi siswa untuk setiap pertemuan

5) Menyiapkan instrumen penilian

b. Tahap Pelaksanaan Siklus I 1. Pertemuan Pertama

Tahap pelaksanaan untuk pertemuan pertama dilaksanakan pada 16 September 2013 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Kegiatan pembelajaran dilakukan pada pukul 08.15 – 09.25 dengan jumlah siswa 28 orang. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang bertindak sebagai pengamat atau observer adalah rekan peneliti. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar. Materi yang disampaikan pada pertemuan pertama ini adalah ciri-ciri benda padat dan benda cair serta perubahan yang dapat dialaminya.


(56)

Guru dan siswa memulai pembelajaran dengan berdo’a, kemudian guru mengabsen siswa. pada. Pada tahap apersepsi guru mengkondisikan siswa untuk siap mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru membangun pengetahuan siswa dengan bertanya tentang benda-benda yang ada disekitar kelas, kemudian guru menuliskan beberapa pendapat siswa tentang benda-benda tersebut dan menggolongkannya sesuai dengan bentuknya.

Pada kegiatan eksplorasi anak – anak mengeksperimenkan benda-benda yang berbentuk padat dan benda-benda yang berbentuk cair yang ada disekitar siswa, serta meminta siswa untuk memberikan kesimpulan. Kemudian guru menugaskan siswa menuliskan benda yang berbentuk padat dan benda-benda yang berbentuk cair yang lain pada buku tulis siswa masing-masing. Selesai mencatat siswa yang ditunjuk oleh guru menyebutkan benda-benda yang dicatat berdasarkan wujudnya.

Pada kegiatan selanjutnya guru bersama siswa menyebutkan benda-benda yang berbentuk padat dan benda yang berbentuk cair, sambil mengarahkan siswa untuk menemukan sendiri kesimpulan tentang bentuk benda padat dan benda cair. Kegiatan diakhiri dengan pemberian penguatan tentang materi yang telah dipelajari dan memberikan evaluasi kepada siswa.

Aspek-aspek yang mendapatkan kriteria kurang baik adalah melakukan apersepsi, peneliti kurang mengajak siswa menghubungkan materi pembelajaran dengan keadaan siswa dan membimbing siswa membuat kesimpulan, dalam hal ini kesimpulan masih di buat oleh guru atau peneliti dangan tidak melibatkan siswa. Kedua aspek yang mendapat penilaian kurang baik di atas, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada pertemuan I, dan akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada pertemuan II.

2. Pertemuan Kedua

Secara umum pertemuan kedua ini memiliki kesamaan dengan pertemuan pertama yaitu seperti: menyiapkan renacana pelakasanaan pembelajaran (RPP), menyiapkan lembar observasi untuk guru dan siswa, menyiapkan lembar kerja siswa dan menyiapkan media yang akan digunakan. Pembelajaran dilaksanakan


(1)

lt

N o m o r N o m o r N o . B u t i r B a r u _ _ _ _ _ ) L l r u t S u b y e k N o . B u t i r A s l i _ _ _ >

N a m a S u b y e k K u n c i _ >

1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 r 1 1 8 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 L ] 1 8

B B B B A C C B B B B B A A C B A B B B B B A C C B B B B B B A A C B B B B B C A C C A B r r r i E t l A u c B B B B B B A C C B B A f D a A - D L d L ( r : B B B B B A C C B B B B B B A C C B B B B B B A C C B A B B B B A C C B B B B B A A C C A B B B B A A C C B B B B B C A C C B A B A B C A C C B A B B A A B A C B A A A A A A C C B B B B B C A C C B A B B B B A C C t s B B B B B A C C B t s B B B B A C C B B A B B B A C C B B B B B B A C C B B B B B C A C C A B B B B B A C C B B B B B B A C A B A B B B C A C C B B B B B B A C C B B

7 9 2 A 2 1 2 2 2 3 2 4 2 5 1 9 2 0 2 1 2 2 2 3 2 4 2 a

C C A B B A B A B B B B A B C C A B B A B A B A B B A A N o m o r N o m o r

U r u t S u b y e k

N o . B u t i r B a r u - - - ) N o . B u t i r A s f i - - - > N a m a S u b y e k I K u n c r - > 1 2 3 4 5 6 1 B 9 1 0 1 1 I 2 1 3 t 4 1 5 t 6 i 1 t 8 1 9 2 A 2 I 2 2 2 3 2 4 2 5 2 6 2 1 2 8 1 2 3 1 A . D 3 C 4 D 5 E 6 ! ' 1 G

t, tt

9 T 1 0 J

t i a a n

1 2 L 1 3 M 1 4 N 1 5 0

I o P ' ,

1 1 o

1 5 R

) 9 S i 2 A T 2 L L ] 2 2 v

2 . 1 w

2 4 x 2 5 Y

Z A L

2 1 A A 2 8 A B

1 A 2 B 3 C


(2)

4 5 6 1 B 9 1 0 1 1 1 2 1 3 ' r 4

1 ] :

i 6 1-1 1 8 1 9 , 2 Q

2 I 2 2 2 3 2 ' 4 i : . a ) , a 2 1 2 8

4 D ! r E 6 F 7 G B H 9 I 1 0 . r 1 1 K T 2 L 1 3 M 1 - 4 N

r ! , C )

1 6 P I 1 O 1 8 R 1 9 s 2 A T 2 I L ] 2 2 v 2 3 W 2 4 x

'r).

\, Y

2 6 2 2 1 A A 2 8 A B

C B B C C A C C A C C A B C C C C C C C C B C C C

C A B C A B C A B B A B C A A a n D C A B C A B C A B C A A B A B 3 A B A A B D A D C A B C A B B A B C A B a n D

C A B C A B C A B B B B p n D

C A B

B A C B A B B A B B A B B A B B A B B A B B A B a n D B A B B C B B A B A A B B A B B A B B A B B A ] ] B A B B A B B A B B A B I J A B B A B A A B B A B


(3)

/

t

UJI RET'RENSI

Nama : MARDIATUL ISLAMIYAH

NIM : 809018300338

Prodi : PGMI Dual Mode System

Judul Skripsi : Upaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada

Konsep Ciri-Ciri Benda dan Perubahannya Melalui Metode l)emonstrasi

No REFRENSI

BAB

HAL. SKRIPSI

PARAF PEMBIMBING

BAB I

I

Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Islam Depag,

2009). h. 38

1

2 Dra. Roestiyah N.K, Strategi BelajarMengajar, (Jakarta : PT Rineka Cipta,

2008). h. 83

2 .(

J

Sumiati dan Asra, Metode

Pembelajaran, (Bandung : CV

Wacana Prima,2009), h. 101

)

.v

BAB II

1

Dra. Roestiyah N.K Strategi Belajar Mengajar (Jakarta : PT. Rineka Cipta

2008) h. 83

5

q

2 Pembelajaran ( Sumiati dan Asra, Bandung: CV.Metode

Wacana Prima.2009). h. 101

6

.h

J

Syaiful Bahri Djamarah, Aswan zain, Strategi Belajar Mengajar. ( Jakarta:

Rineka Cipta) cet ke-4, h. 38 l l

.a

4 Muhammad Zainut Roziqin, Moral

Pendidikan di Era Global; Pergeseran Pola Interaksi Guru-Murid di Era Global.


(4)

/

I

(Malang: Averroes Press, 2007), h. 62

5 Tim Penyusun Besar Bahasa Indonesia, 2008, h. 24Kamus Pusat Bahas4 Kamus t 2

.t

6 Undang-undang No.20 Tahun 2003 Pasal I

tentane Sistem Pendidikan Nasional 1 3

.t

7 Hadiat,dkk, Alam Sekilar Kita (Jakarta:balai pustaka, 2001: ix) t 6

Q

8

Nur Fitriyani, Pengaruh Penggtmaan Metode Eksperimen Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas IV Pada Mata Pelajaran IPA SD Negeri Banjaranyar ( Skripsi Jurusan Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu

Pendidikan, Universitas Negeri

Yogyakafia,2012)

2 l

ry

I

Astri Risdiana" Pengaruh Penggunacxt Metode Eksperimen Pada Materi Gerak Benda Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa

kelas III SD Negeri Mireng Trucuk

Koten Tahw Ajaran 2011/2012.

Penelitian Tindakan Kelas.

2 l

(h

l 0

Turyati, Peningkatan Hasil Belajar Membaca Puisi Dengan Metode Elrsperimen Kelas VI Sekolah Dasar Negeri 02,Artikel Penelitian pada

Program S-l Pendidikian Guru Dalam

Jabatan FKIP Universitas

Tanj ungpur4 Pontianak.

22

?

il

Eva Syarifah Nurhayati, Efehifitas

Metode Elcsperimen Pada Pembelajman

Bidang Studi Fiqih Di MTs Soebono MantofaniJombang C iputat -Tangerang, Skripsi pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah,

Jakafi& 2008,h.42.

22

q

BAB III

I Sugiyono, Metode Penelitian


(5)

*

I

(Bandune: Alfabeta, 2010)' h. 2

2

Suharsimi Arikunto, dkk. Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Bumi

Aksata,2010) h. 16 25

o

a J

Suharsimi Arikunto, dkk. Penelitian Tindakan Kelas 0akarta: Bumi

Aksara, 2010) h.l9

26

ry

4

Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan,

Metode dan Paradigma Baru,

(Bandung: Remaja Rosdakary a" 20ll),

h . 2 2 6

29

.t

5

Zunal Arifin, Evaluasi P embelaj ar an,

(Jakarta: Direktorat Jenderal

Pendidikan Islam Departemen Agama

RI. 2009). h.146

31

G

6

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian

Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru,

(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

2003). h. 73

3 l

.a

7 Zainal Arifin, P eneliti an Pendidikan,

Op. cit, h.245 32

@

8

Anas Sudiyono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT Rajawali

Grafindo Persada, 2003), Ed.l., cet.4, h.

1 8 5

32

@

9 Djemari Mardapi, Pengukur & Evaluasi Pendidilmn, ( Yogyakarta:Penilaian Nuha Medika 2012),h.51

34

ry

l 0

Consuelo G. Sevilla, penerjemah

Alimuddin Tuwu, Pengantar Metode Penelitian. (Jakarta: UI Press, 1993), h . 1 7 5

3 4

.a

11

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi), (Jakarta : Bumi Aksara, 2006) Cet.6, h . l 0 l

34

.a

t 2

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi), (Jakarta: Bumi Aksara, 2006) Cet.6, h . 2 0 8

3 5

.t

13 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar


(6)

F

*

t ,

F.,

t

i i t

i I

I

?.-;,

?

(Jakarta:Bumi Aksar4 2006) Cet.6,

h.213

t 4

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi),

(Jakarta : Bumi Aksara, 2006) Cet.6,

h . 2 1 8

3 8

@

1 5 Richard R. Hake, Analyzing

change/gain score.(Dept. of Physics:

Indian Universitv) h.l

40

w

1 6 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan,(Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya,

2007). cet. 13. h. 153

4 l

@

Mengetahui, Pembimbing