Agama, Adat istiadat, Sosial Budaya Adat-Istiadat

Deli Serdang merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Deli Serdang berada pada 2 57” Lintang Utara, 3 16” Lintang Selatan dan 98 33” – 99 27” Bujur Timur dengan ketinggian 0 – 500m diatas laut. Kabupaten Deli Serdang menempati area seluas 2.497,72 Km 2 yang terdiri dari 22 Kecamatan dan 403 DesaKelurahan Definitif Wilayah Kabupaten Deli Serdang di Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Selat Malaka, di sebelah selatan dengan Kabupaten Karo dan Simalungun, di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan karo dan disebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai.

2.2 Agama, Adat istiadat, Sosial Budaya

Walaupun penduduk Melayu itu telah beragama Islam, tanda-tanda Animisme masih ada pada sebagian penduduknya. Ada kepercayaan pada masyarakat Melayu bahwakita harus memberi salam kepada penghuni rimba, sungai, dan tanah yang berbukit busut, dan tempat-tempat yang dianggap angker. Kalau tidak memberi salam, ada kepercayaan, kita akan sakit atau sesat dalam perjalanan. Masindan 1987 : 10-11 mengatakan bahwa agama yang dianut oleh penduduk Melayu adalah agama Islamyang mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Abdul Azis. Sultan ini terkenal sebagai pendiri mesjid Azizi yang sangat indah di Tanjung Pura. Ia juga seorang dermawan yang mewakafkan sebagian tanahnya untuk perkampungan pengajian Tarikat Naksabandiah yang dikembangkan oleh Syekh Abdul Wahab Rokan dari Riau. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Daerah ini dinamakan perkampungan Besilam atau Babussalam yang dianggap suci. Jenis kepercayaan lainnya adalah tentang burung Sibirit-birit yang terbang pada malam hari dianggap membawa kabar tidak baik. Lalat hijau yang besar yang datang kerumah pertanda ada kabar duka meninggal dunia. Selain itu, kunyit dianggap mempunyai daya tangkal. Kunyit dapat menjaga seorang ibu yang baru bersalin dan anak yang baru dilahirkan dari gangguan roh orang yang sudah meninggal. Kunyit juga berkhasiat untuk ”memanggil semangat” orang yang sedang menghadapi suatu kejadian atau merasakan penyesalan yang berlebih-lebihan.

2.3 Adat-Istiadat

Sebagaimana halnya dengan suku bangsa lainnya di Indonesia suku bangsa Melayu juga mempunyai adat-istiadat yang sangat dihayati dan meresap dalam hati sanubari penduduknya. Sejak zaman Animisme ada beberapa kebiasaan suku Melayu, umpamanya memakan sirih. Dalam upacara adat, sirih tidak boleh terlupakan. Sirih tersebut diletakkan pada sebuah tepak bersama dengan kapur, pinang, gambir, dan tembakau. Menurut paham Animisme, tumbuh-tumbuhan itu mempunyai sifat yang khas dan mempunyai “daya hidup.” Dengan memakan tumbuh-tumbuhan itu, daya hidup manusia akan bertambah. Selain itu, ada kebiasaan suku Melayu yang bahkan sudah menjadi adat, yaitu suku bangsa Melayu suka mengatakan sesuatu dengan cara tersirat. Mereka cenderung Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara mengatakan sesuatu dengan perumpamaan dan seolah-olah menyuruh orang untuk berpikir. Upacara tepung tawar juga merupakan adat-istiadat suku bangsa Melayu yang sangat penting. Upacara ini dilakukan apabila ada kejadian penting, seperti perkawinan, pertunangan, sunatan, atau jika seseorang kembali dengan selamat dari sesuatu perjalanan atau terlepas dari bahaya. Tepung tawar juga dilakukan apabila seseorang mendapatkan rezeki tidak terduga sebelumnya. Tepung tawar ini dilakukan dengan pengharapan seseorang itu akan tetap selamat dan bahagia. Seperti halnya suku bangsa lain di Indonesia, suku bangsa Melayu juga mempunyai adat-istiadat perkawinan. Menurut adat Melayu, apabila orang tua ingin mencari menantu harus berpegang pada lima syarat utama, yaitu calon menantu haruslah beragama Islam, berketurunan, budiman, berilmu, dan rupawanhartawan.

2.4 Sosial Budaya