BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Cerita rakyat yang merupakan bagian dari sastra rakyat adalah salah satu unsur kebudayaan yang perlu dikembangkan karena mengandung nilai-
nilai budaya, norma-norma, dan nilai-nilai etika serta nilai moral masyarakat pendukungnya. Dengan mengetahui cerita rakyat tersebut, kita dapat
mengetahui gambaran yang lebih banyak mengenai berbagai aspek kehidupan masyarakat tertentu dan dapat pula membina pergaulan serta pengertian
bersama sebagai suatu bangsa yang memiliki aneka ragam kebudayaan. Dalam kebudayaan masyarakat lama dikenal beberapa bentuk sastra lisan.
Di antara bentuk-bentuk sastra lisan yang merupakan hasil cipta masyarakat lama tradisional itu adalah peribahasa, pantun, syair, dan prosa. Bentuk-bentuk
kesusastraan itu diciptakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, yakni sebagai alat mengekspresikan pikiran dan perasaan serta
sebagai alat menyampaikan petuah-petuah dan pendidikan. Sastra lisan yang hidup dalam suatu kelompok masyarakat dikenal
pula sebagai cerita rakyat. Cerita rakyat merupakan salah satu
bentuk folklor yang berkembang dalam suatu kelompok masyarakat dan merupakan mi l i k masyarakat yang bersangkutan. Folklor adalah
sebagian kebu-dayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan turun-temurun, diantaranya kolektif macam apa saja, secara
tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat bantu
pengingat Danandjaja, 1994:2.
Lebih lanjut dijelaskan olen Danandjaja 1994:3 bahwa ciri-ciri folklor adalah a disebarkan dan diwariskan secara lisan, b bersifat tradisional dalam
bentuk yang relatif tetapstandar, c ada dalam versi-versi, bahkan varian-va-rian
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
yang berbeda, d bersifat anonim, e berbentuk beru-mus, berpola, f berkegunaan di dalam kehidupan bersama suatu kolektif, g bersifat pralogis,
artinya memilikj logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum, h menjadi milik bersama dari kolektif tertentu, dan i folklor pada umumnya bersifat polos
dan lugu sehingga sering terkesan ka-sar, terlalu spontan.
Folklor yang terdapat dalam suatu komunitas masyarakat meniliki fungsi tertentu. Fungsi yang dimaksud adalah sebagai a sistem proyeksi, yakni
sebagai pencerminan angan-angan suatu kolektif, b alat pengesahan pranata- pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan, c alat pendidikan anak, d alat
pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi oleh anggota kolektifnya Danandjaja, 1991:19; Hutomo, 1991:69 —70
Berkaitan dengan hal tersebut, pertanyaan yang bisa dikembangkan yaitu: apakah peranan sastra folklor di dalam masyarakat; sedikit atau banyakkah ia
mencerminkan budaya dan tata susunan masyarakat; Jika ia merefleksikan keadaan masyarakat, apakah yang direfleksikan itu keadaan yang sebenarnya
ataukah hanya yang terdapat dari luar saja; dan apakah ia sebagai reflektor dari masyarakat berperanan aktif ataukah pasif Hutomo, 1991:18.
Dalam masyarakat Deli Serdang hingga kini masih dapat dijumpai folklor lisan dalam bentuk cerita rakyat yang merupakan hasil warisan turun-temurun.
Cerita rakyat yang dimaksud dapat dibagi atas tiga kelompok, yaitu mite, legenda, dan fabel. Ketiga bentuk cerita rakyat ini memiliki nilai sosial maupun nilai budaya
sebagai cerminan kehidupan masyarakat Deli Serdang pada kurun waktu tertentu. Cerita-cerita tersebut diceritakan dengan lisan secara turun-temurun. Akankah
cerita-cerita rakyat itu terus hidup untuk beberapa dekade yang akan datang merupakan sebuah pertanyaan yang sulit untuk dijawab. Kemajuan dalam bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi ini akankah merupakan kemunduran atau bahkan kehilangan suatu aset kebudayaan tradisional yang sa-
rat dengan nilai-nilai?
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Hal ini mengingat bahwa setiap kebudayaan cepat atau lambat senantiasa mengalami perubahan sejalan dengan perubahan masyarakat pendukungnya
serta pesatnya teknologi yang melanda. Pergantian generasi dalam suatu masyarakat maupun perluasan interaksi sosial ke luar lingkungan masyarakat
dapat merangsang perkembangan kebudayaan yang bersangkutan. Berbagai penemuan dan perekayasaan yang terdorong oleh kebutuhan yang timbul karena
perkembangan masyarakat dapat mempengaruhi kebudayaan setempat. Demikian pula kemajuan teknologi yang memperlancar perpindahan penduduk
dan kemudahan komunikasi telah mempermudah dan mempercepat penyebaran unsur-unsur kebudayaan melintasi batas-batas kebudayaan masing-masing.
Proses kontak budaya yang berjalan dengan cepat dan dengan intensitas yang tinggi ternyata telah menimbulkan kekhawatiran banyak bangsa di dunia
bahwa kebudayaan mereka akan musnah. Di tingkat nasional, perkembangan kebudayaan bangsa yang pesat tersebut telah menimbulkan kekhawatiran akan
melunturkan identitas budaya bangsa yang tersebar di kepulauan Nusantara ini.
Berdasarkan kenyataan tersebut diharapkan ada upaya menggali dan mengungkapkan serta mengukuhkan nilai-nilai budaya daerah karena
mempunyai potensi integratif dan masih relevan dengan tuntutan zaman. Untuk itu perlu dipikirkan pengembangan nilai-nilai baru yang dapat berfungsi sebagai
acuan guna mengembangkan sikap dan pola tingkah laku masyarakat yang sedang mengalami proses perubahan dan perkembangan
Beberapa nilai budaya yang perlu diangkat dari khasanah budaya daerah adalah nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Dalam berbagai
perwujudannya, nilai-nilai luhur itu antara lain terdiri atas beberapa nilai yang mencerminkan nilai religius keagamaan, nilai filsafat ajaran, nilai etika moral,
dan nilai estetika. Nilai-nilai tersebut mendidik manusia untuk menjadi hamba Tuhan yang saleh, manusia yang bijaksana, berbudi pekerti luhur, dan mencintai
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
keindahan Hazim Amir, 1986:xii. Di sisi lain, bila dilihat relevansi sastra daerah dengan nilai budaya akan terwujud dalam fungsinya sebagai 1 afirmasi, yaitu
menetapkan norma-norma sosio budaya yang ada pada waktu tertentu, 2 restorasi, yaitu mengungkapkan keinginan kepada nilai yang sudah lama hilang,
dan 3 negasi, yaitu memberontak atau mengubah nilai yang berlaku.
Dalam masyarakat yang sedang berkembang seperti halnya masyarakat Indonesia sekarang ini, berbagai bentuk kebudayaan daerah termasuk cerita
rakyat Putri Pucuk Kelumpang, bukan hal yang mustahil akan terabaikan jika upaya-upaya yang menuju pelestarian tidak dilakukan. Oleh karena itu,
dikhawatirkan cerita rakyat Putri Pucuk Kelumpang akan hilang begitu saja atau tidak dikenali lagi. Dengan demikian, penelitian secara khusus terhadap masalah
tersebut dipandang penting untuk dilaksanakan . Dalam Pembangunan Nasional yang terus dijalankan, pembangunan
budaya mendapat perhatian yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dengan adanya pencanangan tahun seni dan budaya. Ini merupakan perwujudan dari
perlunya penggalian dan pengembangan nilai-nilai budaya dari semua suku bangsa di Indonesia sebagai warisan yang berharga, yang diwariskan oleh
nenek moyang kita. Dengan demikian, usaha untuk menginventarisasi dan pengkajian sangat perlu dan penting.
Cerita rakyat Melayu yang hidupnya dalam tradisi lisan tidak terlepas perannya untuk pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional. Cerita
rakyat Melayu selalu berhubungan dengan kepercayaan dan merupakan refleksi peradaban yang erat pula hubungannya dengan kehidupan. Sastra
lisan Melayu Sumatera Utara yang berbentuk cerita rakyat, sangat relevan dengan hal-hal tersebut di atas. Untuk itu sastra rakyat masyarakat Melayu
Sumatera Utara merupakan bahan analisis untuk dapat memahami tingkah laku
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
dan pikiran, baik perorangan maupun kelompok di dalam masyarakat Melayu Sumatera Utara.
Di Indonesia, penggarapan karya sastra rakyat terutama sastra lisan yang berbentuk cerita rakyat masih kurang. Selama ini orang kurang berfokus
pada sastra rakyat, disebabkan berbagai hal, di antaranya merasa hal tersebut tidak perlu dibicarakan sehingga karya sastra rakyat lama-kelamaan akan
menjadi hilang. Memang, selama ini ada upaya untuk melakukan penelitian dan pengkajian yang dilakukan oleh badan-badan pemerintah melalui berbagai
Departemen, namun hasil yang diperoleh masih jauh dari yang diharapkan karena tidak mendapat dukungan luas dari lembaga sosial kemasyarakatan
lainnya. Melihat pandangan-pandangan di atas, penulis mengambil kesimpulan
cerita rakyat Sumatera Utara layak untuk dikaji dan dianalisis sebagai usaha pelestarian dan pengembangan nilai-nilai karya sastra daerah sehingga dapat
menambah koleksi bacaan bagi generasi yang akan datang. Karena apabila tidak dilestarikan dan dikembangkan nilai-nilai yang terkandung didalamnya
para generasi yang akan datang tidak akan mengenal lagi cerita-cerita tersebut, sementara cerita yang tidak sesuai dengan prikehidupan masyarakat Indonesia
akan lebih dikenal dan mendapat posisi di hati masyarakat. Harus diakui secara jujur pada saat ini minat dan perhatian masyarakat
generasi muda sangat rendah terhadap cerita rakyat bila dibandingkan dengan generasi masa lalu. Hal ini terjadi karena jarangnya para orang tua berkumpul
bersama anak-anaknya dan mendidik mereka dengan berbagai cerita-cerita
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
rakyat, ditambah lagi dengan masuknya cerita-cerita asing melalui sarana komunikasi yang serba modern.
Dengan dasar pertimbangan tersebut, maka penelitian dan analisis cerita-cerita rakyat Melayu Sumatera Utara dianggap penting dilakukan, sebab
semakin lama, semakin banyak pula kesulitan yang bakal dihadapi di masa- masa yang akan datang, seperti hilangnya tukang-tukang cerita, dukun-dukun,
dan orang-orang tua yang dapat dikatakan sebagai pewaris aktif dari cerita- cerita rakyat tersebut.
1.2 Batasan Masalah