Nilai Didaktis dalam Cerita Tuan Putri Pucuk Kelumpang

kelumpang selama diasingkan dari keluarganya. Pengasingan itu dimaksudkan untuk menghindari pembunuhan yang akan dilakukan raja, ayahnya.

3.2.5 Nilai Didaktis dalam Cerita Tuan Putri Pucuk Kelumpang

Seorang pengarang tentu saja akan memperhatikan nilai didaktis dalam karyanya, sebab nilai didaktis, yakni pendidikan dan pengajaran, dapat mengantarkan pembaca kepada suatu arah tertentu. Oleh sebab itu karya sastra yang baik adalah karya sastra yang memperlihatkan tokoh-tokoh yang memiliki kebijaksanaan dan kearifan sehingga pembaca dapat mengambilnya sebagai teladan. Parameter menilai cerita rakyat dari unsur psikologi, tentu saja tidak bisa terlepas dari unsur intrinsik, yaitu penokohan dan karakteristiknya; alur cerita, dan sudut pandangnya. Karena apresiator harus mampu menganalisis 1 perkembangan jiwa tokohnya, 2 falsafah hidup tokohnya, 3 ide-ide pengarang, 4 perkembangan cerita yang menggerakkan tokohnya, 5 obsesi pengarang melalui pemilihan tokoh, dan 6 konflik yang dibangun pengarang dalam cerita tersebut. Dalam cerita rakyat bisa saja ditemukan nilai hitam dan putih, bisa juga menggambarkan nilai hitam, atau memperlihatkan nilai putih. Nilai hitam atau putih dalam karya sastra disebut juga nilai didaktis, nilai yang mengandung unsur kebaikan sebagai tuntunan disebut nilai putih, dan nilai keburukan dalam hidup digambarkan nilai hitam. Paling terasa hitam dan putihnya cerita ada dalam cerita rakyat. Biasanya, yang berprilaku hitam akan mendapat hukuman, Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara yang berprilaku putih akan mendapat ganjaran. Contoh dalam cerita rakyat Bawang Merah dan Bawang Putih, terlihat sekali nilai didaktisnya. Cerita rakyat merupakan gambaran kehidupan, tiruan kehidupan, atau mimesis kehidupan. Sebab itu, cerita rakyat bisa disebut juga sebagai agen sosial. Sebagai agen sosial, tentu saja cerita rakyat merupakan penyebar nilai- nilai sosial yang diketahui oleh pengarangnya sebagai bahan baku imajinasinya. Seorang pengarang ketika mengolah imajinasinya untuk bahan cerita, tentu saja bermula dari keadaan sosial yang dilihatnya, dirasakannya, dan diketahuinya. Mustahil seorang pengarang membuat ceritanya mengabaikan fenomena sosial. Sebab pengarang menemukan ide ceritanya, memupuk imajinasinya, bermula karena melihat kenyataan sejarah, gejolak sosial, keadaan sosial, komunitas sosial, elemen sosial, dan simbol-simbol sosial yang ada. Maka nilai-nilai yang timbul dalam cerita rakyat dilihat dari unsur sosialnya adalah 1 tokoh-tokoh yang diciptakannya sebagai pelaku sosial; 2 keadaan ekonomi yang menggerakkan elemen sosial simbol sosial; 3 konflik yang dibangun antartokoh sehingga cerita terasa utuh dan mimesis kehidupan; 4 idiologi tokoh-tokohnya; dan 5 sejarah perkembangan manusia yang dilihat digambarkan dalam cerita. Cerita rakyat lahir dari angan-angan pengarangnya, imajinasi, hayalan, dan dari mimpi-mimpi pengarangnya. Karena pada dasarnya cerita pendek Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara adalah karya rekaan, karya fiksional. Sebagai karya rekaan, tentu saja ide cerita itu bermain-main dahulu di benak pengarang; berhayal atau bermimpi, setelah melihat kenyataan, setelah merenungkan kehidupan, dan direalisasikan dalam cerita tersebut. Ketika cerita itu bergemuruh di hati pengarang, bermain- main di otaknya, maka yang berkerja adalah psikologi pengarang. Tokoh-tokoh yang diciptakan pengarang, bisa saja mewakili psikologi pengarangnya, atau gejolak batinnya setelah mengalami, mendengar, merasakan, atau melihat fenomena yang di temukan di sekitar kehidupannya. Tokoh-tokoh dalam cerita atau sudut pandang bisa saja mewakili gejolak jiwanya. Pengarang menciptakan orang dengan segala karakter dan kebiasaannya itu wakil dari gejolak batin serta olah imajinasi pengarangnya. Maka untuk lebih mengatahui unsur psikologi dalam cerita pendek harus mengetahui latar belakang kehidupan pengarangnya; baik pendidikannya, pekerjaannya, lingkungan hidupnya, dan karya-karya yang lainnya. Nilai-nilai pengajaran dan pendidikan dalam karya sastra Melayu biasanya berisikan nilai-nilai seperti: 1 sikap seorang pemimpin, 2 akhlak seorang Muslim, 3 hormat dan patuh kepada orang tua, 4 pandai membawa diri, 5 dalam bertindak harus menggunakan akal dan pikiran, dan 6 pengendalian hawa nafsu Sharif, 1998:325 Sebagai salah satu bentuk cerita rakyat Melayu yang saat ini penulis teliti cerita rakyat Tuan Putri Pucuk Kelumpang ini memiliki nilai-nilai pengajaran dan pendidikan yang tinggi. Nilai-nilai pengajaran dan pendidikan yang terdapat dalam cerita Tuan Putri Pucuk Kelumpang adalah sebagai berikut. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

3.2.6 Sikap Seorang Pimpinan