Batasan Masalah Landasan Teori

rakyat, ditambah lagi dengan masuknya cerita-cerita asing melalui sarana komunikasi yang serba modern. Dengan dasar pertimbangan tersebut, maka penelitian dan analisis cerita-cerita rakyat Melayu Sumatera Utara dianggap penting dilakukan, sebab semakin lama, semakin banyak pula kesulitan yang bakal dihadapi di masa- masa yang akan datang, seperti hilangnya tukang-tukang cerita, dukun-dukun, dan orang-orang tua yang dapat dikatakan sebagai pewaris aktif dari cerita- cerita rakyat tersebut.

1.2 Batasan Masalah

Berbagai nilai dapat diungkapkan di dalam cerita-cerita rakyat Melayu Deli. Dalam penelitian ini akan dianalisis nilai-nilai didaktis yang terkandung di dalam cerita Tuan Putri Pucuk Kelumpang. Analisis yang akan dilaksanakan hanya mengungkapkan nilai-nilai Didaktis yang terkandung di dalam cerita rakyat tersebut dan struktur yang membentuk cerita tersebut.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Menjelaskan struktur yang membentuk cerita rakyat Tuan Putri Pucuk Kelumpang .

2. Mengungkapkan nilai-nilai didaktis yang terdapat dalam cerita Tuan Putri Pucuk Kelumpang.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

1.3.2 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari pengkajian cerita Tuan Putri

Pucuk Kelumpang, adalah : 1. dapat menjadi rujukan bagi para peneliti tentang cerita rakyat Melayu, khususnya Melayu Sumatera Utara. 2. untuk mengembangkan ilmu Sastra, khususnya Sastra Daerah. 3. dapat memberikan pemahaman terhadap masyarakat Melayu tentang nilai-nilai didaktis yang terkandung di dalam cerita Tuan Putri Pucuk Kelumpang .

1.4 Landasan Teori

Sebelum memulai suatau kajian, terlebih dahulu ditentukan landasan teori. Landasan teori merupakan landasan dasar atau tempat berpijak suatu pembahasan. Landasan teori dapat mengarahkan penganalisisan seperti apa yang diharapkan. Untuk itu sangat diperlukan landasan teori yang tepat, agar analisis terhadap cerita rakyat Tuan Putri Pucuk Kelumpang terarah dan sesuai dengan tujuan penelitian. Untuk lebih memperjelas penganalisisan struktur, Syaifuddin 1995:204 mengatakan. Analisis struktur dapat memberi jawaban kepada masalah pengklasifikasian sebuah teks yaitu apa yang disebut sebagai sebuah karya sastra. Kemudian analisis struktur juga dapat mengetahui persamaan dan perbedaan di dalam cerita-cerita yang wujud di suatu daerah tertentu juga dapat memperlihatkan keteguhan peristiwa-peristiwa di dalam sebuah cerita. Analisis ini juga bertujuan untuk memperlihatkan sejauh mana terdapat unsur- unsur keseragaman maupun ciri-ciri utama di dalam cerita rakyat, baik yang berbentuk puisi maupun prosa. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Dalam menganalisis nilai didaktis penulis mengemukakan pendapat Aminuddin 1987:47 yang mengatakan, Pendekatan didaktis adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan dan memahami gagasan, tanggapan, maupun sikap pengarang terhadap kehidupan. Gagasan, tanggapan maupun sikap dalam hal ini mampu terwujud dalam suatu pandangan etis, filosofis, maupun organis sehingga akan mengandung nilai-nilai yang mampu memperkaya kehidupan rohani pembaca. Adapun landasan teori yang digunakan dalam pengkajian ini adalah teori struktural dan teori didaktis. Berikut akan dijelaskan kedua teori tersebut.

1.4.1 Teori Struktural.

Penelitian ini merupakan penelitian struktur. Oleh karena itu, kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini antara lain mengacu pada konsep teori yang dikemukakan oleh Esten 1987, Sudjiman 1988, Nurgiyantoro 1995 dan juga beberapa ahli lain yang membahas teori struktural tersebut. Dengan demikian, teori tentang struktur meliputi masalah tema, alur, penokohan, dan latar cerita. Uraian tentang struktur sebuah cerita adalah sebagai berikut. 1 Tema Setiap karya sastra mempunyai ide atau dasar cerita. Selanjutnya berdasarkan ide atau dasar tersebutlah sebuah cerita disusun. Ide atau dasar cerita disebut tema. Tema merupakan persoalan yang diungkapkan dalam sebuah cipta sastra Esten, 1987:22. Tema dapat berupa masalah yang menjadi pokok pembicaraan atau yang menjadi inti topik dalam suatu pembahasan Kusdiratin, 1985:59. Tema dapat juga disebut sebagai gagasan yang Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara mendasari karya sastra Sujiman, 1988:51. Di sisi lain, Aminuddin 1987:91 mengatakan bahwa tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karyanya. Ginarsa 1985:5 menjelaskan bahwa tema merupakan makna karya sastra secara keseluruhan. Tema yang dipilih oleh seorang pencerita erat sekali hubungannya dengan amanat atau pesan yang ingin disampaikan kepada pendengarnya. Tema dan amanat dalam sebuah karya sastra dapat diungkapkan secara eksplisit tersurat dan implisit tersirat. Tema yang sering dijumpai dalam sastra lisan cenderung bersifat didaktis, terutama dalam bentuk pertentangan antara kebaikan dan keburukan, kejujuran dan kebohongan, keadilan dan kezaliman, dan sebagainya. Tema dapat menjalin rangkaian cerita secara keseluruhan. Penggambaran tokoh, latar maupun alur semuanya mengacu pada pokok pikiran yang sama Hartoko dan Rahmanto 1986: 142 menyatakan, Tema adalah gagasan dasar umum yang terdapat dalam sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaan dan perbedaan-perbedaan. Tema disaring dari motif-motif konkrit yang menuturkan urut peristiwa atau situasi tertentu. Bila dalam sebuah cerita tampil motif mengenai suka duka pernikahan, perceraian dan pernikahan kembali maka kita dapat menyaring tema mengenai tak lestarinya pernikahan. Purwadarminta, 1984:104 mengatakan, ... Tema adalah pokok pikiran, dasar cerita atau sesuatu yang dipercakapkan dipakai sebagai dasar untuk mengarang. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Tema pada suatu karya sastra dapat ditentukan dengan beberapa langkah. Esten, 1984:88 menyatakan, Untuk menentukan tema dalam sebuah karya sastra ada tiga macam yang bisa ditempuh yakni: 1. Melihat persoalan yang paling menonjol. 2. Secara kualitatif persoalan mana yang paling banyak menimbulkan konflik- konflik yang melahirkan peristiwa-peristiwa 3. Menghitung waktu perceritaan. Cara yang paling umum dan sering digunakan adalah cara kedua yaitu melihat persoalan mana yang paling banyak menimbulkan konflik-konflik dengan melihat peristiwa-peristiwa selalu berulang-ulang dalam keseluruhan cerita sehingga tema akall selalu terkait pada tokoh, alur dan latar. Uraian–uraian di atas telah banyak menerangkan pengertian tema sehingga dapat disimpulkan bahwa tema merupakan salah satu unsur penting dalam suatu karya sastra menentukan tema suatu cerita hanya dapat dilakukan bila telah memahami karya sastra tersebut secara keseluruhan. 2 Alur Cerita Jalinan antara persoalan-persoalan dalam sebuah karya sastra disusun dengan suatu jalinan peristiwa yang diseleksi dan diatur dalam waktu. Jalinan peristiwa ini dapat dikatakan sebagai alur atau plot. Alur dalam sebuah cerita secara umum dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian tengah, dan bagian akhir atau solusinya. Bagian awal dapat dibagi lagi ke dalam tiga sub bagian, yaitu paparan, rangsangan, dan gawatan. Bagian tengah di bagi lagi ke dalam tiga sub bagian, yaitu pertikaian.perumitan, Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara dan klimaks. Bagian akhir sebuah alur dapat dibagi lagi ke dalam dua sub bagian, yaitu peleraian, dan penyele-saian Sudjiman, 1988:30. Bagian awal cerita merupakan bagian penyampaian informasi awal tentang tokoh atau hal lain sebagai pembuka cerita. Pada bagian ini pendengar disiapkan dan sekaligus dirangsang untuk ingin tahu kelanjutan cerita. Selanjutnya pertikaian dalam cerita merupakan bagian yang menggambarkan perselisihan yang timbul antara para tokoh cerita karena adanya dua kekuatan yang berbeda. Berikutnya cerita menggambarkan tentang suasana pertikaian menuju klimaks cerita. Pada bagian klimaks, pertikaian dan perumitan dalam cerita sampai pada tahap puncak sehingga terjadi perubahan nasib atau kehidupan tokoh cerita. Peleraian merupakan bagian cerita yang menjelaskan bagaimana tokoh cerita berusaha menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Pada bagian akhir, cerita diselesaikan dalam bentuk keberhasilan tokoh cerita, ataupun kegagalan tokoh dalam cerita. Terdapat tiga cara menjalin cerita. Pertama, jalinan tarik lurus atau biasanya disebut alur maju, yaitu kejadian dari pertama berjalin dengan peristiwa-peristiwa berikutnya sampai mencapai puncak dan akhirnya cerita tiba pada penyelesaian. Kedua, tarik balik biasanya disebut alur mundur, yaitu cerita dimulai bukan dari awal, melainkan dari bagian akhir atau bagian tengah, kemudian kembali kepada peristiwa awal. Biasanya tokoh cerita dalam alur model ini mengenang masa lalu sebelum peristiwa dalam cerita itu memuncak. Cara ketiga, yaitu jalinan cerita campuran atau disebut alur campuran, yaitu cara menjalin cerita bercampur antara alur maju dan alur mundur. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Selanjutnya, dalam hubungan dengan antarperistiwa, secara kualitatif, alur ada dua macam, yaitu 1 alur erat dan 2 alur longgar Prihatmi, 1990:11. Dalam alur erat hubungan antar peristiwa sangat menyatu sehingga tidak dapat dihilangkan tanpa merusak keseluruhan cerita. Sebaliknya, dalam alur longgar hubungan antar peristiwa tidak sepadu alur erat sehingga jika ada bagian cerita yang dihilangkan, penghilangan itu tidak akan merusak keutuhan cerita. Alur merupakan unsur yang sangat penting dalam cerita. Alur berperan mengatur hubungan peristiwa-peristiwa dalam suatu cerita. Karena peristiwa- peristiwa dalanm suatu cerita mempunyai hubungan yang erat satu sama lain. Suatu peristiwa atau kejadian dalam cerita dapat terjadi justru disebabkan oleh adanya peristiwa sebelumnya. Rangkaian peristiwa yang terdapat dalam suatu cerita inilah. yang disebut alur. Seperti apa yang diungkapkan oleh Semi 1984:35, Alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai sebuah inter-relasi fungsional yang sekaligus fiksi. Dengan demikian, alur ini merupakan perpaduan unsur–unsur yang membangun cerita. Dalam pengertian ini alur merupakan rangkaian suatu jalur tempat lewatnya rentetan peristiwa yang merupakan rangkaian pola tindak tanduk yang berusaha memecahkan konfflik yang terdapat di dalamnya. Alur suatu cerita sangat erat hubungannya dengan unsur-unsur yang lain seperti perwatakan, setting, suasana lingkungan begitu juga dengan waktu. Berdasarkan hubungan antara tokoh-tokoh dalam cerita, yang biasanya ditentukan oleh jumlah tokoh, maka alur terbagi atas dua bagian seperti yang dikemukakan oleh Semi 1984:36, “Alur yang bagian-bagiannya diikat dengan erat disebut alur erat, sedangkan yang diikat dengan longgar disebut alur Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara longgar. Biasanya alur erat ditemui pada cerita yang memiliki jumlah pelaku menjadi lebih sering dan membentuk jaringan yang lebih rapat. Bila dilihat menurut urutan peristiwa, alur dapat dibagi atas dua bagian, yaitu alur maju dan alur sorot batik. Alur maju ialah rangkaian peristiwa dijalin secara kronologis. Sedangkan alur sorot balik flash back ialah rangkaian peristiwa dijalin tidak berurutan, tidak kronologi. Lebih lanjut Tasrif dalam Tarigan 1984: 128 menyatakan bahwa ada lima tahapan dalam alur, yaitu: 1. Situation pengarang mulai melukiskan suatu keadaan 2. Generating circumtances peristiwa yang bersangkut paut mulai bergerak 3. Rising action keadaan mulai memuncak 4. Climax peristiwa-peristiwa mencapai klimaks 5. Denoument pengarang memberikan pemecahan soal dari semua peristiwa 3 Tokoh dan Penokohan. Biasanya di dalam suatu cerita fiksi terdapat tokoh cerita atau pelaku cerita. Tokoh cerita bisa satu atau lebih. Tokoh yang paling banyak peranannya di dalam suatu cerita di sebut tokoh utama. Antara tokoh yang satu dengan yang lain ada keterkaitan. Tindakan tokoh cerita ini merupakan rangkaian peristiwa antara satu kesatuan waktu dengan waktu yang lain. Setiap perbuatan yang dilakukan oleh seseorang tokoh tentu ada penyebabnya dalam hal ini adalah tindakan-tindakan atau peristiwa sebelumnya. Jadi mengikuti atau menelusuri jalannya cerita sama halnya dengan mengikuti perkembangan tokoh melalui tindakan-tindakannya. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Stanton dalam Semi 1984:31 menyatakan bahwa, Yang dimaksud dengan perwatakan dalam suatu fiksi biasanya dipandang dari dua segi. Pertama: mengacu kepada orang atau tokoh yang bermain dalam cerita; yang kedua adalah mengacu kepada perbauran dari minat, keinginan, emosi, dan moral yang membentuk individu yang bermain dalam suatu cerita. Jadi perwatakan mengacu kepada dua hal yaitu tokoh itu sendiri dan bagaimana watak atau kepribadiaan yang dimiliki oleh tokoh tersebut. Dalam suatu cerita fiksi, pengarang menggambarkan atau memperkenalkan bagaimana watak sang tokoh melalui dua cara yaitu dengan terus terang pengarang menyebutkan bagaimana sifat tokoh dalam cerita misalnya keras kepala, tekun, sabar, tinggi hati atau yang lain, dan yang kedua yaitu pengarang menggambarkan watak tokoh melalui beberapa hal seperti pemilikan nama, penggambaran melalui dialog antara tokoh dalam cerita. Setiap cerita memiliki tokoh. Tokoh cerita dapat didefinisikan sebagai individu rekaan yang mengalami peristiwa dalam suatu cerita. Individu rekaan ini dapat berupa manusia, binatang, atau benda-benda lain yang dianggap atau diperankan sebagai manusia Sudjiman, 1988:16-21. Terdapat berbagai macam cara pengarang memunculkan tokoh dalam cerita, misalnya pengarang memunculkan tokoh yang hanya hidup dalam angan- angan, pelaku mempunyai daya juang yang keras untuk mempertahankan hidupnya atau pelaku tidak mempunyai sifat-sifat yang khas dalam kehidupannya. Berdasarkan fungsinya dalam cerita, tokoh dapat dibedakan atas tokoh utama atau tokoh sentral dan tokoh bawahan atau tokoh pembantu serta tokoh lataran. Tokoh utama atau tokoh sentral merupakan tokoh yang mempunyai Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara peran penting dalam suatu cerita. Tokoh ini biasanya sering muncul dan tentangnya selalu dibicarakan. Tokoh sentral ini dapat dibedakan atas tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Selanjutnya tokoh pembantu atau tokoh bawahan merupakan tokoh yang berperan sepintas dalam cerita. Meskipun demikian, kehadirannya sangat diperlukan sebagai penunjang tokoh sentral. Tokoh lataran merupakan tokoh yang menjadi bagian dari latar cerita. 4 Latar atau Setting Latar merupakan tempat peristiwa dalam suatu cerita berlangsung. Latar dapat dibagi atas latar fisik dan latar sosial. Latar fisik meliputi semua lingkungan yang mengelilingi pelaku, termasuk di dalamnya lingkungan geografis, rumah tangga, pekerjaan, dan sebagainya. Latar dapat berfungsi menciptakan iklim atau suasana tertentu seperti iklim perang, aman, bahagia, dan sebagainya Saad dslam Prihatmi, 1990:14. Latar sosial antara lain diwujudkan dalam penggambaran tingkah laku, tata kerama, adat istiadat, pandangan hidup, keadaan masyarakat dan bahasa. Suatu cerita dapat terjadi pada suatu tempat atau lingkungan tertentu. Tempat dalam hal inim ernpunyai ruang lingkup yang sangat luas termasuk nama kota, desa, sungai, gunung, lembah, sekolah, rumah, toko, dan lain-lain. Unsur tempat sangat mendukung terhadap perwatakan tema, alur serta unsur yang lain. Seseorang yang hidup di lingkungan sekolah tentu secara umum akan mempunyai watak yang berbeda dengan orang yang tinggal di lingkungan kebun. Atau seseorang yang dibesarkan di desa tentu akan memiliki walak yang berbeda dengan orang yang lahir dan dibesarkan di kota secara umum. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Unsur waktu juga bagian yang tidak terpisahkan dalam suatu cerita. Suatu cerita dapat terjadi pada suatu saat tertentu misalnya pada abad XX, pada masa penjajahan Jepang di Indonesia, ketika musim hujan, ketika musim semi, tahun, bulan, hari dan sebagainya. Lingkungan terjadinya peristiwa- peristiwa atau suasana cerita seperti orang-orang di sekitar tokoh atau juga benda-benda di sekitar tokoh termasuk ke dalam latar belakang atau setting. Dalam hal ini Atar Semi 1984:38 mengatakan bahwa Latar atau landas lampu setting cerita adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi. Termasuk di dalam latar ini adalah, tempat atau ruang yang dapat diamati, seperti di kampus, di sebuah puskesmas, di dalam penjara, di Paris dan sebagainya. Termasuk di dalam unsur latar atau kerumunan orang yang berada di sekitar tokoh, juga dapat dimasukan kedalam unsur latar, namun tokoh itu sendiri tentu tidak termasuk. Latar belakang setting bukanlah hanya sebagai pelengkap dalam suatu cerita. Unsur ini sangat mendukung terhadap unsur yang lain seperti tema, perwatakan. Tempat terjadinya peristiwa, waktu terjadinya peristiwa dalam suatu cerita tentu tentu tidak dipilih begitu saja oleh pengarang, tetepi juga disesuaikan dengan tindakan tokoh cerita, pesan yang hendak disampaikan pengarang, atau hal lain. Keberhasikan suatu cerita tentu sangat tergantung kepada keharmonisan keterpaduan unsur-unsur tadi. Di sisi lain, Nurgiyantoro 1995:227 membagi unsur latar ke dalam tiga unsur pokok, yaitu latar tempat, latar waktu. dan latar sosial. Ketiga unsur latar ini saling ter-kait dan saling mempengaruhi. Pelukisan tentang suasana dalam sebuah cerita dapat pula digolongkan sebagai latar. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

1.4.2 Teori Didaktis

Pendidikan adalah sesuatu yang esensial bagi manusia. Melalui pendidikan manusia dapat belajar menghadapi segala problematika yang ada di alam semesta demi mempertahankan kehidupannya. Pendidikan dalam kehidupan manusia mempunyai peranan yang sangat penting. Pendidikan dapat membentuk kepribadian seseorang dan dapat diakui sebagai kekuatan yang dapat menentukan prestasi dan produktivitas seseorang. Dengan bantuan pendidikan, seseorang memahami dan menginterpretasikan lingkungan yang dihadapi, sehingga ia mampu menciptakan karya yang gemilang dalam hidupnya atau dengan kata lain manusia dapat mencapai suatu peradaban dan kebudayaan yang tinggi dengan bantuan pendidikan. Begitu pula dengan seorang pengarang yang selalu menyelipkan unsur-unsur pendidikan didaktis dalam karya-karyanya agar terjadi sublimasi terhadap pembacanya sehingga diharapkan apa yang dibacanya dapat dijadikan sebagai tolok ukur dalam bersikap dan bertindak. Karya sastra berfungsi sebagai dulce et utile, yaitu sebagai penghibur sekaligus berguna. Dari pengertian dipahami bahwa peranan novel bukan sekedar menghibur tetapi juga mengajarkan sesuatu. Montgomery Belgion dalam buku Renne Wellek mengatakan; “Irresponsible propagandist”. That is to say, every writer adopts a view or theory of life… the effect of the work is always to persuade the reader to accept that view or theory. This persuasion is to say, the reader is always led to believe something, and that assent is hypnotic-the art of the presentation seduces the reader… Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Karya sastra yang berkaitan dengan agama bisa kita lihat pada karya novel modern saat ini. Karya Helvi Tiana Rosa yang berjudul Bianglala Kehidupan misalnya merupakan contoh yang paling kongkrit dari novel yang berbau keagamaan. Karya-karya Helvi telah mempengaruhi kalangan muda Indonesia yang gemar membaca karya-karya novel islami. Dan objek dari novel ini adalah kaum muda yang biasanya sangat optimis terhadap kehidupan. Novelwan-novelwan yang seirama dengan Helvi adalah Gola Gong, Asma Nadia, dll Renne Wellek, dkk 1995. Ahmadun Yosi 2007 menyebutkan sastra dapat merubah seseorang melalui pola pikir, wawasan dalam memandang hidup dan lain sebagainya. mengatakan bahwa sejarah pergolakan suatu bangsa tidak pernah lepas dari dorongan-dorongan yang diekpresikan melalui karya novel. Karya-karya besar seperti Max Havelar Multatuli, Uncle Tom Cabin Beecher Stower dan sajak- sajak Rabindranat Tagore telah menginspirasi perubahan sosial yang begitu dasyat di lingkuangan masyarkat pembacanya. Jabrohim 2005 mengatakan bahwa kedudukan novel sama dengan ilmu pengetahuan yang lain, yaitu sesuatu yang penting bagi kemajuan masyarakat. Dengan karya novel pengarang bisa menanamkan nilai-nilai moral dan pesan-pesan tertentu kepada masyarakat pembacanya. Subjektivitas yang disampaikan pengarang melaui karya novel mampu memberikan motivasi atau dorongan bagi suatu perubahan baik secara individu maupun kolektif masyarakat. Yang menjadi pertanyaan, kenapa novel bisa mempengaruhi masyarakat? Plato mengatakan bahwa sastra merupakan refleksi sosial Sebagai suatu Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara refleksi sosial ia akan menggambarkan kondisi sosial yang ada di sekelilingnya. Karena muatan yang ada dalam novel adalah gambaran atau reflesi sosial, novel akan mendapatkan tanggapan dan kritik sekaligus penilaian dari pembaca. Dari jalan ini novel akan mempengaruhi pola pikir masyarakatnya Diana Laurenson, dkk. 1971. Mereka yang membaca novel akan memetik keuntungan dari apa yang mereka pelajari. Mereka juga memperoleh hiburan. Sebagai hasil akhirnya, mereka dapat terus mengasah otak dan merasa puas karena telah menggunakan waktu dengan bijak Niven, David, 2002 Di dalam teks karya sastra terdapat banyak kandungan “gizi batin” yang mampu menjadi santapan rohaniah anak-anak bangsa negeri ini sehingga bisa menjadi media “katharsis” dan pencerah peradaban. Bisa jadi, kaum muda kita yang doyan mengumbar selera purba dan nafsu-nafsu primitif, seperti seks bebas, pesta pil setan, tawuran, dan ulah-ulah tak terpuji lainnya itu lantaran mereka tak pernah membaca karya novel Danarto, 2000. Tiga karakterisitik dasar yang harus dimiliki tiap individu masyarakat masa depan yang bermartabat adalah; kepekaan, kemandirian, dan tanggung jawab Azis, Sari, 2005. Sedangkan manusia utuh yang idamkan, yaitu manusia yang kritis, rasional, sosial, bertakwa, bermoral, dan menghargai nilai kemanusiaan Suparno, Paul via Sindhunata, 2000 Adapun menurut Rizal 2007:45 pada setiap karya sastra selalu mengandung nilai-nilai didaktis yang hendak disampaikan oleh pengarangnya melalui alur cerita yang dibentukan. Lebih jauh lagi Rizal mengatakan bahwa dalam karya sastra bisa saja ditemukan nilai hitam dan putih, bisa juga Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara menggambarkan nilai hitam, atau memperlihatkan nilai putih. Nilai hitam atau putih dalam karya sastra disebut juga nilai didaktis, nilai yang mengandung unsur kebaikan sebagai tuntunan disebut nilai putih, dan nilai keburukan dalam hidup digambarkan nilai hitam. Paling terasa hitam dan putihnya cerita ada dalam cerita rakyat. Biasanya, yang berprilaku hitam akan mendapat hukuman, yang berprilaku putih akan mendapat ganjaran. Contoh dalam cerita rakyat Tuah Putri Pucuk Kelumpang, terlihat sekali nilai didaktisnya. Seorang pengarang tentu saja akan memperhatikan nilai didaktis dalam karyanya, sebab nilai didaktis, yakni pendidikan dan pengajaran, dapat mengantarkan pembaca kepada suatu arah tertentu. Oleh sebab itu karya sastra yang baik adalah karya sastra yang memperlihatkan tokoh-tokoh yang memiliki kebijaksanaan dan kearifan sehingga pembaca dapat mengambilnya sebagai teladan. Keteladan yang terdapat dalam cerita bisa berupa 1 ajaran kebaikan terdapat dalam cerita, 2 moral yang digambarkan, 3 falsafah hidup tokoh- tokohnya, 4 ganjaran yang diterima tokoh-tokohnya, 5 isme-isme yang mempengaruhi atau menggerakkan tokohnya, 6 kekalahan nilai keburukan, 7 keadaan pendidikan tokohnya yang digambarkan, dan 8 amanat di akhir cerita. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 1.5 Metode Penelitian 1.5.1 Sumber data