Berpijak pada Yang Esa, yaitu nilai-nilai keagamaan dan ketaqwaan

a. Berpijak pada Yang Esa, yaitu nilai-nilai keagamaan dan ketaqwaan

kepada Tuhan Yang Maha Esa, seperti tercermin dalam ungkapan bergantung pada Yang Satu, berpegang pada Yang Esa. b. Hidup berkaum sepakaian, yang bermakna nilai-nilai persatuan dan kesatuan dalam kehidupan, dengan mencakup pula nilai-nilai kegotongroyongan dan rasa senasib sepananggungan. Nilai-nilai ini tercermin dalam ungkapan seperti; Ke hulu sama bergalah, ke hilir sama berkayuh, terendam sama basah, terapung sama timbul, yang kesat sama diampelas, yang berbongkol sama ditarah. c. Hidup Sifat Bersifat, yang bermakna nilai-nilai berbudi pekerti mulia dan terpuji, beradat budaya, serta pandai bermasyarakat dan membawa diri. Nilai-nilai ini tercermin dalam berbagai ungkapan antara lain seperti bila duduk-duduk bersifat, bila tegak-tegak beradat, atau bila bercakap- cakap berkhasiat bila diam-diam makrifat, dan lain-lain sebagainya. d. Hidup menggulut air setimba yang mengandung makna nilai-nilai sadar diri, dan bertenggang rasa untuk dapat diperolehnya sesuatu yang berguna bagi hidup di dunia dan di akhirat kelak. Nilai-nilai ini diungkapkan dalam berbagai untaian kata antara lain, menuang ketika cair, berbeban selama berdaya, atau bila lepas kijang ke rimba, diurutpun sia-sia, dan sebagainya. Pembinaan nilai-nilai hidup yang telah mulai ditanamkan sedini mungkin mengungkapkan sikap dan corak hidup yang berguna dan terpuji. Ungkapan yang dicontohkan di atas jelas memperlihatkan pengaruh ajaran agama Islam yang memberikan pedoman Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara hidup bagi manusia, makhluk Tuhan, memiliki kepribadian baik, sempurna, jujur dan berguna setelah dewasa kelak. Dalam cerita tuan Putri Pucuk Kelumpang tokoh Putri Pucuk Kelumpang adalah gambaran anak yang berbakti kepada orang tua. Anak yang sangat tahu bagaimana menyenangkan orang tuanya. Hal ini terlihat ketika peristiwa tokoh raja memerintahkan para pembesar kerajaan untuk menjemput tokoh Putri Pucuk Kelumpang. Putri Pucuk Kelumpang tahu bahwa dirinya akan dibunuh ayahnya tetapi ia tetap datang menemui perintah ayahnya untuk menghadap beliau setelah tenunannya selesai. Hal ini terlihat pada kutipan berikut. Putri Pucuk Kelumpang tidak akan pulang sebelum menyelesaikan hasil tenunannya sendiri. Setelah hasil tenunannya itu siap, Putri Pucuk Kelumpang pulang ke istana. Kedatanganya disambut gembira oleh ibunya. Raja hampir lupa janjinya karena putrinya itu demikian cantik dan memikat. Tindakan tokoh Putri Pucuk Kelumpang yang ingin menyelesaikan kain tenunannya terlebih dahulu sebelum menghadap ayahandanya merupakan cerminan dari sikap baik hati dan tidak pendendam dari diri tokoh ini. Walaupun ia tahu bahwa dirinya akan dibunuh untuk dijadikan makanan bagi ayam kesayangan ayahnya, namun ia tetap membuatkan tenunan yang indah buat ayahandanya agar beliau senang dan gembira melihat hasil tenunannya. Keindahan hasil tenunan yang dibuat dengan hati tulus ikhlas itu pula yang akhirnya menyadarkan ayahandanya akan perbuatan kejamnya terhadap Putri Pucuk Kelumpang yang akhirnya membuat tokoh raja merasa menyesal Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara dan membunuh dirinya sendiri. Hal ini seperti yang terlihat pada kutipan berikut ini. Ketika baginda melihat hasil tenunan putrinya, ia merasa sedih, kemudian ia bunuh diri. Inilah bukti anak yang baik budi pekertinya, walau tahu orang tuanya bersikap kasar padanya namun ia tetap tabah dan sabar menghadapinya. Bahkan memberikan sesuatu yang indah bagi orang tuanya sebagai tanda ia anak berbakti.

3.2.9 Pandai membawa diri bersosialisasi

Manusia tidak bisa hidup sendiri dan selalu membutuhkan pertolongan orang lain. Orang lain dapat membantu kita dalam kesusahan dan akan dirasakan ringan dibanding dengan hanya dipendam di dalam hati. Apalagi jika orang tersebut dapat membantu mengatasinya, baik dengan pikiran, tenaga atau uang. Islam mengajarkan agar umatnya hidup bermasyarakat, agar mereka saling menolong antara satu dengan yang lain dalam memecahkan segala persoalan, demi untuk kebaikan. Kita perlu hidup bergaul dengan sesama, karena dengan demikian kehidupan manusia dapat lebih maju. Dengan bergaul, kita saling menyempurnakan, memberi dan menerima untuk kepentingan bersama. Namun dalam pergaulan sesama manusia, kita harus dapat membedakan pergaulan yang baik dan yang buruk. Juga harus pandai menempatkan diri dan membawa diri agar tidak terombang ambing dalam kehidupan. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Syaitan memiliki peluang yang luas dan jalan yang banyak untuk menyesatkan manusia dalam berbuat kebaikan dan menyesatkan ke jurang kejahatan. Semua perbuatan buruk dan jahat, baik yang dilakukan oleh perseorangan maupun kelompok, sumbernya hanya dari syaitan. Dia yang menggerakkan dan membuat situasi yang dapat mendukung terlaksananya perbuatan jahat itu. Dialah yang menyebabkan manusia diusir dari syurga dan juga selalu berusaha dengan cara apapun untuk menjerumuskan manusia ke jurang kesengsaraan. Syaitan memang memiliki kekuatan yang luar biasa, ia dapat menjerumuskan siapapun yang ia kehendaki dengan cara yang sangat mudah. Ia juga mampu menghilangkan harapan masa depan seseorang, kemudian merubah kehidupan manusia sepanjang hayat dengan menahan dan memikul kepayahan dan kesulitan. Oleh sebab itu janganlah kita tergoda oleh rayuan dan bujukan syaitan. Hal ini dapat dihindari dengan keteguhan iman dan selalu berzikir kepada Allah. Penulis menyarankan kepada pembaca agar bergaul dengan orang yang berakal dan menjauhkan diri dari orang yang jahat. Yang dimaksud dengan orang yang berakal di sini adalah orang dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk dan orang yang selalu berbuat kebaikan. Islam mengajarkan bahwa manusia yang paling baik adalah manusia yang paling banyak mendatangkan kebaikan kepada orang lain. Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Qadla’ie dari Jabir, Rasulullah SAW pernah bersabda yang artinya “....sebaik-baik manusia ialah orang yang banyak manfaatnya kebaikannya kepada manusia lainnya” Asmaran, 1992 : 53. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Orang yang jahat adalah orang yang berkepribadian buruk, selalu membuat keonaran dan keresahan dalam masyarakat. Orang yang seperti ini adalah musuh Islam yang utama karena Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah ke muka bumi untuk menyempurnakan atau memperbaiki akhlak manusia. Karena itu misi Islam yang pertama adalah untuk membimbing manusia berakhlak mulia, maka setiap pelanggaran akhlak akan mendapat sanksi atau siksa dari Allah. Dengan kata lain, setiap perbuatan buruk akan berakibat kesengsaraan bagi pelakunya. Banyak cerita yang diterangkan Allah dalam kitab suci al-Quran tentang binasa atau celakanya orang terdahulu, yaitu akibat dari kemaksiatan dan keburukan perbuatan mereka. Pada hakekatnya, orang yang berbuat baik atau berbuat jahat terhadap orang lain adalah berbuat jahat kepada dirinya sendiri. Orang lain senang berbuat baik kepada kita, karena kita telah berbuat baik kepada orang itu. Allah berfirman dalam Surah al-Isra’ ayat 7 yang artinya “....jika kamu berbuat baik berarti kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri”. Perbuatan jahat bukan hanya berakibat buruk kepada diri sendiri, tetapi juga akan merusak keharmonisan dan kedamaian dalam masyarakat, misalnya minum-minuman keras. Dalam masyarakat yang sudah merajalela mabuk- mabukan, ketenangan masyarakat akan terganggu, karena dengan minum- minuman keras ini, orang akan hilang akalnya, kemudian dengan tanpa disadari bisa melakukan perbuatan jahat lainnya seperti mencuri dan berzinah. Islam tidak meletakkan hukum dengan mengucilkan manusia dan masyarakat, bahkan sebaliknya membina kehidupan yang rukun dan damai di Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara antara sesamanya, kecuali di saat orang itu menjadi sumber kejahatan bagi orang lain dalam masyarakat. Islam mewajibkan manusia untuk menyenangi hidup mulia serta hidup dengan hasil perjuangan usaha sendiri dan bukan didasarkan kepada usaha yang dilarang seperti mencuri, korupsi dan sebagainya. Sudah merupakan kewajiban setiap mukmin untuk menciptakan lingkungan yang baik. Hal ini harus dimulai dari diri sendiri. Jika tiap pribadi mau memperlihatkan atau bertingkah laku mulia maka akan terciptalah masyarakat yang aman dan bahagia. Kadang orang lalai untuk melihat diri sendiri sehingga tidak jarang tergelincir ke lembah kehinaan yang sangat merugikan kepada dirinya dan kepada diri orang lain. Muhammad al-Ghazali sebagaimana dikutip Asmaran 1992: 46 menyatakan: ”Di dalam diri manusia itu terdapat dua tabiat, yaitu: 1 Fitrah baik yang mendorong kepada kebaikan, yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dalam perkembangan jiwanya, sehingga jiwa merasa gembira dapat menemukan dan melaksanakan kebaikan, karena jiwa mengetahui kebenaran itu adalah perkembangan fitrah yang baik dalam garis hidup yang benar. 2 Di samping fitrah yang baik, di dalam jiwa manusia ada kecenderungan yang buruk. Jiwa merasa kecewa dengan kejahatan dan merasa sedih dengan kelakuannya, karena kecenderungan yang buruk itu memaksa tabiat baik manusia keluar garis yang benar.” Jadi, di dalam diri manusia selain terdapat sifat yang baik, pada diri manusia terdapat suatu kenyataan negatif bahwa manusia itu adalah makhluk yang lemah karena terdapat sifat yang buruk. Titik kelemahan inilah permulaan dari semua bencana yang menimpa mereka dan harus disadari sepenuhnya oleh setiap pribadi. Kesadaran pribadi bahwa manusia mempunyai kemungkinan untuk berbuat kesalahan dan kekeliruan, dan tidak seorang pun dapat luput dari kesalahan. Karena manusia memiliki kecenderungan berbuat Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara jahat, maka menjadi kewajiban baginya untuk melatih dan mendidik jiwanya untuk selalu berbuat baik, sehingga kecenderungan baik dapat menguasai pribadi dan menjadi tabiatnya. Dengan dasar ini, manusia mudah menjalankan kebaikan dan berbudi pekerti yang mulia. Oleh karena itu manusia harus pandai menempatkan dirinya kepada perbuatan baik dan ketinggian budi peketi, agar dapat melaksanakan kewajiban dan pekerjaan dengan baik dan sempurna, sehingga hidup akan bahagia. Sebaliknya apabila manusia cenderung berbuat jahat, berburuk prasangka kepada orang lain, maka hal ini sebagai pertanda bahwa orang itu hidup resah sepanjang hayatnya karena tidak ada keserasian dan keharmonisan dalam pergaulannya dengan sesama manusia. Dalam cerita Tuan Putri Pucuk Kelumpang hanya tokoh Putri Pucuk Kelumpang sebagai gambaran orang yang panda membawa diri, baik sebagai anak maupun sebagai putri kerajaan. Sebagai anak, Putri Pucuk Kelumpang sangat menghormati kedua orang tuanya walaupun kedua orang tuanya telah membuang dirinya dari kerajaan. Ia tetap menghormati kedua orang tuanya itu tanpa sedikitpun merasa dendam atau marah. Putri Pucuk Kelumpang tidak pernah berburuk sangka kepada orang tuanya walaupun dia tahu kenapa ia harus berada di hutan dan bukan di istana, tempat yang seharusnya dia tinggali. Namun ia tetap gembira dan tumbuh menjadi gadis yang cantik jelita. Sehari-hari kerjanya menanam pohon kapas untuk dijadikan bahan tenunan, seperti yang tergambar pada kutipan berikut ini. Putri Pucuk Kelumpang tumbuh menjadi seorang gadis remaja yang cantik jelita. Untuk mengisi kehidupan sehari-harinya, ia bertenun kapas. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Sebagai seorang putri raja, maka keahlian yang paling utama harus dikuasai dari seorang putri raja adalah menenun. Sejak kecil, Putri Pucuk Kelumpang belajar menenun dan menanam daun kapas untuk dijadikannya benang tenunan. Putri Pucuk Kelumpang sangat ingin menenun kain yang sangat indah sebagai tanda bakti dan hormatnya kepada kedua orang tuanya. Putri Pucuk Kelumpang tanpa kenal henti menenun kain yang indah untuk kedua orang tuanya, walaupun ia sudah berkali-kali dipanggil oleh tokoh raja untuk menghadap. Namun panggilan tokoh raja itu tidak dipenuhinya demi menyelesaikan tenunannya sebagai hadiah kepada kedua orang tuanya itu. Hal ini terlihat pada kutipan berikut ini. raja memerintahkan agar putrinya segera dijemput. Akan tetapi, Pucuk Kelumpang belum mau pulang karena kapasnya baru berdaun dua. Peristiwa itu kemudian terjadi berkali-kali. Putri Pucuk Kelumpang tidak akan pulang sebelum menyelesaikan hasil tenunannya sendiri. Setelah hasil tenunannya itu siap, Putri Pucuk Kelumpang pulang ke istana. Kedatanganya disambut gembira oleh ibunya. Raja hampir lupa janjinya karena putrinya itu demikian cantik dan memikat. Berkokoklah si Palung, apabila raja lupa janjinya alamat bala akan menimpa. Baginda pun buru-buru menghunus pedangnya, sambil meminta maaf pada putrinya bahwa ia harus memenuhi janjinya. Baginda pun membunuh putrinya, kemudian dagingnya diberikan pada si Palung. Karena merasa tidak tahan, permaisuri pun menghunus pedang, kemudian menikamkan pada tubuhnya. Ketika baginda melihat hasil tenunan putrinya, ia merasa sedih, kemudian ia bunuh diri.

3.2.10 Menggunakan Pikiran Ketika Bertindak

Manusia diciptakan oleh Allah dengan mempunyai otak, akal, hati, dan panca indera. Manusia tinggal mempergunakannya menurut fungsi alat Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara tersebut. Lalu manusia mencari rezeki, memilih rezeki yang baik atau yang buruk, berbuat dan memilih perbuatan yang baik atau yang buruk, belajar dan memperoleh pelajaran yang baik atau yang salah. Dengan alat atau panca indera yang Allah berikan, maka manusia harus berpikir dan berusaha. Hasil pikiran, perasaan dan perbuatan itulah yang mengakibatkan manusia memperoleh takdir dari Allah. Mempergunakan akal pikiran, hati dan panca indera, berarti manusia telah berikhtiar atau berusaha. Namun demikian Allah tidak membiarkan manusia menggunakan akan dan pikirannya begitu saja. Allah sangat kasih dan sayang pada hamba-Nya, karena itu diturunkan-Nya kitab suci al-Quran dan mengutus Rasul untuk membimbing manusia kepada kebaikan dan kebahagiaan. Petunjuk-petunjuk agama inilah yang harus diikuti oleh manusia dalam mempergunakan akal pikirannya. Apabila akal pikiran ini dipergunakan, maka akan memperoleh takdir yang baik di dunia dan di akhirat. Manusia dianjurkan oleh Allah untuk berusaha. Perubahan cara hidup manusia dari jaman ke jaman jelas karena fungsi akan pikiran yang diberikan oleh Allah kepada makhluknya yang paling istimewa. Dalam menghadapi kehidupan baik yang merupakan rintangan dan bahaya maupun untuk kemajuan dan kebahagiaan, manusia telah memutar otaknya untuk berpikir. Fase demi fase kehidupan manusia berubah dan berkembang terus. Dari segala sumber alam dilakukan pengolahan yang menghasilkan alat-alat dan konsumsi untuk kebutuhan dan kepentingan dirimereka. Hasil hutan, laut dan tambang dicari, diselidiki dan diolah untuk digunakan bagi kebahagiaan hidupnya. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Manusia yang telah berhasil menemukan sumber-sumber alam, teori- teori alam, dan menciptakan penemuan-penemuan baru, alat-alat baru bagi kepentingan manusia adalah manusia yang besar jasanya bagi umat manusia dan telah melaksanakan fungsinya sebagai manusia yang diberikan Allah kelebihan dari makhluk lain, yaitu akal pikiran. Orang yang menggunakan akal dan pikiran dengan baik akan memperoleh keberhasilan dalam segala tindakannya. Orang-orang yang cerdik dan pintar tidak mudah panik dalam menghadapi suatu masalah. Kecerdikan atau kepintaran yang ada pada diri, dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah atau menghadapi persoalan dengan tenang. Allah telah berfirman dalam Surat An-Nahl ayat 12 dan 13 yang artinya: ”Dialah yang menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam- tanaman; zaitun, korma, anggur, dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda kekuasaan Allah bagi kamu yang memikirkan. Dan, dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan untukmu dengan perintahnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kamu yang mau berfikir.” Dari firman Allah di atas, dapat disimpulkan bahwa alam dan segala isinya ini diciptakan-Nya adalah sebagai tanda bagi orang-orang yang mau berpikir. Manusia disuruh berpikir untuk mengetahui dan memecahkan segala persoalan. Melalui cerita rakyat Putri Pucuk Kelumpang, penulis mencoba menasehati pembaca agar jangan bertindak ceroboh. Jika ada suatu masalah atau persoalan, hendaklah dipikirkan secara matang dan harus dipertimbangkan baik buruknya. Semua harus dinilai dengan akal sehat dan apakah itu sudah sesuai dengan ajaran Islam dan hukum adat yang berlaku Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara dalam lingkungan setempat. Jika bertindak dengan perasaan, maka itu bukan sikap yang bijaksana, karena perasaan kadang kala membuat seseorang melupakan kebenaran yang hakiki. Kebenaran tidak lagi berbicara, yang penting tujuan terlaksana walau ada pihak yang merasa dirugikan, tanpa memikirkan orang lain. Akal dan pikiran tidak lagi digunakan, agama dan adat tidak lagi menjadi patokan. Oleh sebab itu, sebagai manusia hendaklah selalu menggunakan akal dan pikiran, karena pikiran itu adalah pelita hati. Jika kita tidak menggunakan akal pikiran, maka nyatalah kita sama seperti binatang. Manusia disuruh menggunakan akal dan pikirannya agar tidak salah untuk memahami makna kebenaran yang sesungguhnya dan kebenaran yang dibenarkan atau yang dianggap benar. Kebenaran yang sesungguhnya adalah kebenaran yang menunjukkan adanya hubungan ide dengan fakta. Pada cerita Tuan Putri Pucuk Kelumpang tokoh yang paling tidak menggunakan akal pikiran ketika bertindak adalah tokoh raja. Dalam setiap tindakan yang diambilnya, tidak pernah tokoh raja menggunakan akal pikirannya untuk mempertimbangkan apakah tindakannya itu berbuah kebaikan atau keburukan. Kesalahan pertama yang diperbuat oleh tokoh Raja adalah ketika ia memberikan amanah kepada istrinya ketika hendak pergi dengan mengatakan bila nanti anaknya lahir perempuan maka anak itu harus dibunuh dan dijadikan makanan untuk ayam kesayangannya. Tokoh Raja benar-benar tidak menggunakan akalnya ketika memberikan amanah tersebut. Ia lebih mementingkan ayam kesayangannya dibandingkan dengan anaknya sendiri, seperti kutipan berikut ini. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Pada zaman dahulu ada seorang raja yang sangat berkuasa. Raja itu akan pergi berlayar meninggalkan istrinya yang sedang mengandung. Sebelum berangkat, raja berpesan pada istrinya, apabila kelak anaknya laki-laki harus diasuh dengan baik, apabila perempuan harus dibunuh dan diberikan kepada si Palung. Si Palung adalah ayam kesayangan raja. Kesalahan kedua yang diperbuat oleh tokoh raja adalah ketika ia membunuh anaknya sendiri dan memberikan tubuh anaknya kepada ayam kesayangannya, si Palung, untuk dimakan ayam tersebut. Akibat dari perbuatannya itu, istrinya tidak tahan lalu bunuh diri. Penyesalan datang terlambat, menyesal pun tidak ada gunanya lagi. Inilah akibat tidak menggunakan akal pikiran dahulu sebelum bertindak yang akhirnya merugikan diri sendiri dan mengakibatkan orang lain kehilangan nyawanya, seperti yang dialami oleh Putri Pucuk Kelumpang dan Permaisuri. Akibat penyesalan itu, tokoh Raja pun bunuh diri. Ini terlihat sangat jelas pada kutipan cerita di bawah ini. Baginda pun buru-buru menghunus pedangnya, sambil meminta maaf pada putrinya bahwa ia harus memenuhi janjinya. Baginda pun membunuh putrinya, kemudian dagingnya diberikan pada si Palung. Karena merasa tidak tahan, permaisuri pun menghunus pedang, kemudian menikamkan pada tubuhnya. Ketika baginda melihat hasil tenunan putrinya, ia merasa sedih, kemudian ia bunuh diri.

3.2.11 Hawa Nafsu

Salah satu potensi yang diciptakan Tuhan di dalam diri manusia sehingga dapat hidup dan hidup lebih maju, penuh kreatif dan bersemangat, yaitu nafsu. Dengan ungkapan lain, jika manusia tidak mempunyai nafsu, tidaklah ada kemajuan dalam kehidupan manusia, karena ketiadaan nafsu ini tentu tidak akan ada kompetisi di antara manusia untuk memenuhi tuntutan hidupnya yang selalu berkembang setiap saat. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Jadi sebenarnya manusia tidak boleh mematikan nafsunya, tetapi manusia diharuskan untuk menguasai nafsunya, sehingga dapat mengendalikan agar nafsunya tidak sampai membawa kepada kesesatan. Menurut tabiatnya, nafsu ini kecenderungannya adalah kepada kesenangan, lupa diri, bermalas-malasan yang membawa kepada kesesatan. Dan nafsu selalu tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya. Kehidupan dunia yang didasari hawa nafsu tidak ada batasnya, dapat satu mau dua, dapat dua mau tiga, mau empat dan seterusnya. Kadang-kadang yang diperolehnya itu sudah berlebihan, berlimpah ruah, namun manusia belum merasakan puas. Kepuasan ini baru berakhir setelah maut datang menimpa dirinya. Menurut sifatnya, nafsu sering dikategorikan menjadi tiga macam, yaitu: a. Nafsu Amarah. Nafsu ini adalah yang pertama kali timbul dalam diri manusia. Nafsu ini sama dengan nafsu yang dimiliki oleh hewan, ia melahirkan bermacam-macam keinginan yang harus dipenuhi. Nafsu ini belum mengenal batas dan ketentuan, pendidikan dan bimbingan sehingga belum bisa membedakan antara baik dan buruk. Nafsu ini merupakan sumber segala kejahatan. b. Nafsu Lawwamah. Yaitu nafsu yang menyebabkan manusia terlanjur untuk melakukan kesalahan, tetapi setelah itu menyesal atas perbuatannya. Sayangnya. apabila dorongan nafsu ini datang lagi, ia tidak mampu menahannya, walaupun setelah itu menyesal lagi. c. Nafsu Mutma’innah. Yaitu nafsu yang benar-benar tenang, nafsu yang dapat dikendalikan oleh akal yang sehat dan telah mendapat bimbingan dan tuntutan yang baik. Nafsu ini ibarat kendaraan yang dapat dikuasai Asmaran, 1992 : 140-141. Jenis nafsu yang pertama dan kedua inilah yang harus dikendalikan. Kebanyakan manusia sudah dirongrong dan dihalang-halangi hawa nafsu dalam perjuangan mencapai taraf hidup yang tinggi, sehingga mereka terseret ke lembah kehinaan. Jika telah demikian hawa nafsu merajalela dan mengganas menjerumuskan manusia ke tempat yang hina, maka Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara kesengsaraan yang akan menimpa. Kalau hawa nafsu ini diperturutkan keinginannya, maka manusia tidak akan dapat menghindarkan diri dari tabiat yang cenderung kepada keburukan yang dapat menyesatkan orang dari jalan yang benar. Sebagaimana firman Allah dalam surat Shad ayat 26, ”Dan jangan kamu memperturutkan hawa nafsu, hawa nafsu itu akan dapat menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah kelak akan mendapatkan siksaan yang pedih, lantaran mereka lalai akan adanya hari perhitungan.” Perbuatan yang senantiasa mengikuti hawa nafsu tidak akan memperhatikan kemarahan dan ancaman Allah SWT. Yang penting baginya adalah untuk memperoleh kemenangan sesuai dengan kehendak hawa nafsu. Semua tindakan dilandasi hawa nafsu dan nafsu amarah, sehingga apabila mencintai atau membenci seseorang, dan memberikan sesuatu kepada orang lain, semuanya didasari dengan perintah hawa nafsunya. Hawa nafsu dijadikan sebagai tuhannya. Sebenarnya nafsu manusia mempunyai kecenderungan untuk baik dan buruk. Nafsu akan menjadi baik jika dibersihkan dari pengaruh-pengaruh jahat dengan menanamkan ajaran-ajaran agama sejak dini untuk mengendalikan tabiat nafsu yang jahat. Berbagai contoh dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam masyarakat yang longgar hubungannya dengan agama. Misalnya seseorang yang digoda oleh keinginan yang tidak terkendalikan, akan mudah terseret kepada perbuatan atau tindakan jahat yang kemudian hari akan menjadi sumber penyesalan yang tiada putus-putusnya, bahkan mungkin menjadi sebab dari kesengsaraan seumur hidup. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Untuk mengendalikan hawa nafsu dan dorongan yang tidak baik, agama Islam memperingatkan agar kita berhati-hati, jangan sampai kita tersesat dan terdorong untuk melanggar ajaran agama. Dalam kenyataan hidup sehari-hari, kelihatan bahwa kecenderungan orang untuk mengejar kesenangan duniawi. Orang-orang tidak mampu mengendalikan dirinya dalam menghadapi dorongan hawa nafsu, akan tersesat dan sengsara hidupnya, bahkan tidak jarang menjadi sakit dan terganggu jiwanya karena hilang pegangan. Oleh karena dorongan dan keinginan hawa nafsu ini banyak yang membawa kepada bahaya dan kesusahan, maka usaha untuk mengendalikan diri dan hawa nafsu perlu ditingkatkan. Pengendalian diri yang baik dan wajar adalah pengendalian yang timbul dari dalam diri sendiri, bukan karena paksaan atau perintah dari luar.Mereka yang dapat mengendalikan hawa nafsu inilah yang dikatakan Allah sebagai penghuni surga. Dalam cerita Tuanku Putri Pucuk Kelumpang tokoh yang paling menurutkan hawa nafsunya terdapat pada tokoh raja. Bila dilihat dari kriteria pembagian nafsu yang dijelaskan oleh Asmaran 1992:141-142 maka hawa nafsu yang terdapat dalam tokoh raja tergolong kepada hawa nafsu Lawwamah, yaitu nafsu yang menyebabkan manusia terlanjur untuk melakukan kesalahan, tetapi setelah itu menyesal atas perbuatannya. Sayangnya, apabila dorongan nafsu ini datang lagi, ia tidak mampu menahannya, walaupun setelah itu menyesal lagi. Pada dasarnya sudah timbul keraguan yang begitu dalam pada tokoh raja ketika ia hendak membunuh anaknya. Tokoh raja ragu karena begitu Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara dilihatnya untuk pertama kali, ternyata anaknya sangat cantik jelita, seperti yang terlihat pada kutipan berikut ini. Setelah hasil tenunannya itu siap, Putri Pucuk Kelumpang pulang ke istana. Kedatanganya disambut gembira oleh ibunya. Raja hampir lupa janjinya karena putrinya itu demikian cantik dan memikat Namun karena hawa nafsu telah menguasai dirinya maka tokoh raja tidak lagi memikirkan segala akibat dari perbuatannya. Seperti yang dikatakan oleh Asmaran bahwa nafsu ini menyebabkan manusia terlanjur untuk melakukan kesalahan, tetapi setelah itu menyesal atas perbuatannya. Sayangnya, apabila dorongan nafsu ini datang lagi, ia tidak mampu menahannya, walaupun setelah itu menyesal lagi. Dorongan akan kekuasaan dan kekayaan yang mungkin ditawarkan oleh si Palung, si ayam raksasa, membuat tokoh raja menjadi ”gelap mata” dan melakukan kesalahan yang seharusnya tidak ia lakukan. Akhirnya rasa penyesalan itu datang kembali dan menyiksa dirinya sehingga mengambil jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya dengan menusukkan pedang ke badannya sendiri. Inilah akibat dari tindakan mengikuti hawa nafsu sehingga tidak hanya merugikan diri sendiri, melainkan juga merugikan orang lain. Akibat dari perbuatannya, tokoh raja harus kehilangan putri tercintanya, Putri Pucuk Kelumpang, dan istri terkasihnya, sang permaisuri. Hal ini tergambar dengan sangat jelas dalam cerita Tuan Putri Pucuk Kelumpang seperti terlihat pada kutipan berikut ini. Setelah hasil tenunannya itu siap, Putri Pucuk Kelumpang pulang ke istana. Kedatanganya disambut gembira oleh ibunya. Raja hampir lupa janjinya karena putrinya itu demikian cantik dan memikat. Berkokoklah si Palung, apabila raja lupa janjinya alamat bala akan menimpa. Baginda pun buru-buru menghunus pedangnya, sambil meminta maaf pada putrinya bahwa ia harus memenuhi janjinya. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Baginda pun membunuh putrinya, kemudian dagingnya diberikan pada si Palung. Karena merasa tidak tahan, permaisuri pun menghunus pedang, kemudian menikamkan pada tubuhnya. Ketika baginda melihat hasil tenunan putrinya, ia merasa sedih, kemudian ia bunuh diri Inilah tragedi yang dapat dijadikan pelajaran bahwa bila mengikuti hawa nafsu maka bukan kebaikan yang didapatkan melainkan keburukan dan kerugian seperti yang dialami oleh tokoh raja dalam cerita Tuan Putri Pucuk Kelumpang ini. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

a. Sastra lisan dalam bentuk cerita rakyat di daerah Sumatera Utara, khususnya masyarakat Melayu dewasa ini sudah mulai berkurang, dalam arti cerita- cerita tersebut sulit ditemukan. Hal ini terkait erat dengan penceritanya. Artinya, orang yang menguasai dengan baik cerita-cerita rakyat di daerah Sumatera Utara khususnya masyarakat Melayu sudah mulai langka. Kebanyakan orang-orang tua yang ditemui hanya menguasai sepotong- sepotong dari cerita rakyat tersebut. Kenyataan ini kemungkinan disebabkan saat ini jarang orang-orang tua menceritakan legenda, mite, ataupun fabel kepada anak-anaknya. Pengaruh media hiburan elektronik seperti tape recorder, radio, dan televisi menyebabkan anak-anak juga tidak terlalu membutuhkan hiburan lain dalam bentuk cerita lisan. b. Tema yang terdapat di dalam cerita Tuan Putri Pucuk Kelumpang yang dianalisis dalam penelitian ini secara umum dimaksudkan untuk memberi pengajaran atau petuah-petuah kepada pendengarnya. Adapun tema dari cerita ini adalah seorang pemimpin yang bertindak sewenang-wenang akan merugikan dirinya c. Alur dari cerita Tuan Putri Pucuk Kelumpang adalah alur maju atau alur progresif. Alur cerita tidak ada yang kembali ke awal atau ke tengah cerita dan terus menuju ke akhir cerita. Alur inilah yang disebut dengan alur maju atau alur progresif. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara