3.2.6 Sikap Seorang Pimpinan
Seorang raja, pemimpin, harus bersikap bijaksana. Pemimpin yang bijaksana pasti akan disukai, bahkan disegani oleh rakyat dan keluarganya. Di
antara faktor yang paling penting dalam kegiatan menggerakkan orang-orang lain untuk menjalankan manajemen adalah kepemimpinan. Pemimpinlah yang
menentukan arah dan tujuan, serta memberikan bimbingan dan pekerjaan. Kesalahan dalam kepemimpinan akan mengakibatkan kegagalan. Pemimpin
merupakan inti dari motor penggerak dari pada manajemen. Disamping itu, kepemimpinan berhubungan erat dengan manusia yang sifatnya selalu dinamis.
Dalam kenyataannya para pemimpin dapat memengaruhi moral dan kepuasan kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja terutama tingkat prestasi
suatu organisasi. Para pemimpin juga memainkan peranan kritis dalam membantu kelompok, organisasi atau masyarakat untuk mencapai tujuan
mereka. Kemampuan dan keterampilan kepemimpinan dalam pengarahan adalah faktor penting dalam suatu organisasi bila organisasi dapat
mengidentifikasikan kualitas-kualitas yang berhubungan dengan
kepemimpinan, kemampuan untuk menyeleksi pemimpin-pemimpin yang efektif atau meningkat
.
Poerbakawatja 1976: 457 mengatakan bahwa, “... kepemimpinan adalah proses pengaruh-memengaruhi antara pribadi atau
antarorang dalam situasi tertentu, melalui proses komunikasi yang terarah untuk mencapai tujuan tersebut”. Sedangkan menurut
Masya 1978: 180, “Kepemimpinan atau memimpin adalah usaha untuk menggerakkan orang lain ataupun bawahan yang dipimpin
supaya mereka dapat bekerja bersama-sama menuju suatu tujuan yang diinginkan bersama dan yang dianggap penting bagi mereka.”
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Jadi kepemimpinan itu dapat timbul kapan dan dimanapun, apabila ada unsur-unsur sebagai berikut:
a. Ada orang yang dipengaruhi atau anggota, bawahan, pengikut, kelompok
yang mau diperintah, dan dikomandokan;
b. Ada orang yang mempengaruhi atau pemimpin, memberi komando,
pembimbing; c.
Ada pengarahan kepada suatu tujuan oleh orang yang memengaruhi atau pemimpin Masya, 1978: 180.
Seorang peneliti, menurut Manullang dengan mengutip Edwin Ghiselli 1982: 297, seorang pemimpin harus memiliki,
Sifat-sifat tertentu yang harus dimiliki seorang pemimpin efektif adalah: pertama, kemampuan dalam kedudukannya sebagai
pengawas supervisory ability atau pelaksanaan fungsi-fungsi dasar manajemen, terutama pengarahan dan pengawasan
pekerjaan orang lain. Kedua, kebutuhan akan prestasi dan keinginan sukses. Ketiga, kecerdasan, mencakup kebijakan,
pemikiran kreatif, dan daya pikir. Keempat, ketegasan, atau kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan dan
memecahkan masalah-masalah dengan cakap dan tepat. Kelima, kepercayaan diri, atau pandangan terhadap dirinya sebagai
kemampuan untuk menghadapi masalah. Dan keenam, inisiatif, atau kemampuan
untuk bertindak tidak tergantung,
mengembangkan serangkaian kegiatan dan menemukan cara-cara baru atau inovasi.”
Jadi seorang pemimpin harus memiliki sifat-sifat, antara lain: memiliki kemampuan sebagai pengawas pelaksanaan jalannya pemerintahan,
kecerdasan, ketegasan, percaya diri, bertanggung jawab, memiliki rasa kemanusiaan, dan inisiatif.
Dalam cerita Tuan Putri Pucuk Kelumpang tokoh raja diceritakan
sebagai tokoh pemimpin yang tidak memiliki rasa kemanusiaan. Rasa
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
ketidakmanusiaan tokoh raja ini sudah tampak di awal cerita yakni ketika dia menyampaikan amanah kepada istrinya yang sedang hamil tua bila melahirkan
seorang anak wanita maka anak tersebut harus diberikan kepada ayam raksasanya sebagai tumbal atau sesaji. Tidak ada manusia di dunia ini yang
begitu tega membunuh anaknya sendiri, sedangkan hewan sekali pun tidak akan pernah membunuh anaknya apalagi kita manusia. Inilah sifat yang sangat
tidak terpuji dari tokoh raja dalam cerita Tuan Putri Pucuk Kelumpang, seperti
yang terlihat pada kutipan berikut ini. Pada zaman dahulu ada seorang raja yang sangat berkuasa. Raja
itu akan pergi berlayar meninggalkan istrinya yang sedang mengandung. Sebelum berangkat, raja berpesan pada istrinya,
apabila kelak anaknya laki-laki harus diasuh dengan baik, apabila perempuan harus dibunuh dan diberikan kepada si Palung. Si
Palung adalah ayam kesayangan raja.
Ketiadaan rasa kemanusiaan pada diri tokoh raja dalam cerita Tuan Putri Pucuk Kelumpang ini terlihat pula ketika ia dengan tega membunuh anaknya
sendiri demi memenuhi janjinya kepada seekor ayam raksasa peliharaannya, seperti yang terlihat pada kutipan berikut ini.
Berkokoklah si Palung, apabila raja lupa janjinya alamat bala akan menimpa. Baginda pun buru-buru menghunus pedangnya, sambil
meminta maaf pada putrinya bahwa ia harus memenuhi janjinya. Baginda pun membunuh putrinya, kemudian dagingnya diberikan
pada si Palung.
Tindakan tokoh raja di atas tidak mencerminkan seorang pemimpin yang baik. Tidak hanya sebagai pemimpin, sebagai orang tua, tokoh ini juga tidak
mencerminkan sebagai orang tua yang menyayangi anaknya. Ia lebih suka menuruti kehendaknya sendiri tanpa mempertimbangkan hasil perbuatannya.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Sebagai seorang pemimpin seharusnya dia mempertimbangkan terlebih dahulu setiap tindakannya, apalagi menyangkut masalah anaknya sendiri. Rasa
kemanusiaannya telah tertutupi oleh keinginannya untuk tetap abadi sebagai raja dan memiliki kekuatan sakti yang diberikan oleh tokoh Palung, sang ayam
raksasa. Sifat lainnya dari tokoh raja tidak memiliki rasa kemanusiaan, tokoh raja juga adalah tokoh yang tidak memiliki rasa tanggung jawab. Hal ini dibuktikan
dengan sikapnya yang tidak sedikit pun merasa berdosa ketika membunuh anaknya sendiri.
Selain idak berperikemanusiaan dan tidak bertanggung jawab, tokoh raja adalah gambaran dari pemimpin yang tidak memiliki kepercayaan diri. Ia lebih
percaya kepada kekuatan orang atau benda lain dibandingkan dirinya sendiri. Ia percaya bahwa kekuatan si Palung, sang ayam raksasa, dapat membuat
bencana di kerajaannya. Padahal andai saja tokoh raja mau mengerahkan seluruh pasukan kerajaan untuk membunuh si Palung, maka tidak mustahil ayam
tersebut akan kalah. Namun ia lebih memilih membunuh anaknya sendiri ketimbang berspekulasi untuk mengalahkan si Palung. Bahkan ironisnya, tokoh
raja takluk kepada tokoh ayam tersebut.
3.2.7 Akhlak dan Moral Seorang Muslim