swadaya masyarakat, pihak swasta dan kelompok-kelompok lainnya. Semangat gotong royong diharapkan tumbuh dan berkembang di seluruh desa yang ada
di Kabupaten Serdang Bedagai. c.
Pemberian bantuan masyarakat dalam pembangunan tidak disertai dengan penyerahan hak milik seperti halnya sebidang tanah. Hak milik atas tanah yang
dihibahkan sangat diperlukan sebagai dasar hukum kepemilikan tanah untuk pemerintah sehingga tidak ada tuntutan dari ahli waris terhadap kepemilikan
tanah yang dihibahkan.
4.3.2. Dampak Gerakan Pembangunan Swadaya Rakyat Gerbang Swara
terhadap Pendapatan Masyarakat Kecamatan Tanjung Beringin Analisa uji beda t-test pendapatan petani sebelum dan sesudah Gerakan
Pembangunan Swadaya Rakyat dilakukan dengan menggunakan SPSS for windows ver 15. Adapun pendapatan rata-rata dari sampel penelitian sebelum adanya Gerakan
Pembangunan Swadaya Rakyat adalah Rp. 961.404,-, sedangkan setelah adanya Gerakan Pembangunan Swadaya Rakyat adalah Rp. 1.163.736,-. Hasil korelasi antara
kedua variabel, yang menghasilkan angka 0,628 dengan nilai probabilitas di bawah 0,05 nilai signifikansi 0,000. Hal ini menyatakan bahwa korelasi antara pendapatan
petani sebelum dan sesudah Gerakan Pembangunan Swadaya Rakyat adalah kuat dan signifikan. Secara rinci hasil analisis rata-rata pendapatan masyarakat dapat dilihat
pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14. Hasil Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Riil Uraian
Jumlah
Sebelum Rp. 961.404,-
Sesudah Rp. 1.163.736,-
Selisih Sebelum dengan Sesudah Rp. 202.332,-
t
hitung
-4,482 Signifikasnsi
0,000 t
tabel
1,96 Sumber: Hasil Analisis, 2010.
Karena t
hitung
t
tabel
α =
5
atau 4,842 1,96, maka H
1
diterima dan H ditolak. Dengan kata lain bisa disimpulkan kedua rata-rata populasi adalah tidak
identik rata-rata populasi pendapatan petani sebelum dan sesudah gerakan pembangunan swadaya rakyat adalah berbeda secara nyata di mana t
hitung
berada pada daerah penolakan H
. Tabel 4.14 menunjukkan adanya selisih antara rata-rata pendapatan
masyarakat sebelum adanya gerakan pembangunan swadaya rakyat dengan pendapatan masyarakat sesudah adanya gerakan pembangunan swadaya rakyat
sebesar Rp. 202.332.- Hal ini berarti bahwa tingkat pendapatan masyarakat setelah adanya gerakan pembangunan swadaya rakyat meningkat sebesar 21,05 persen.
Nilai inflasi menyebabkan perbedaan daya beli mata uang untuk tiap tahunnya. Oleh karena itu, pendapatan petani tahun 2007 perlu dikonversikan sesuai
dengan daya beli pada tahun 2009. Dengan demikian pendapatan petani tahun 2007 memiliki daya beli yang sama dengan pendapatan petani tahun 2009. Selanjutnya
dilakukan analisa uji beda t-test pendapatan petani sebelum dan sesudah Gerakan
Pembangunan Swadaya Rakyat dengan memasukkan nilai inflasi. Nilai inflasi dari tahun 2007 ke tahun 2009 sebesar 9,81.
Pendapatan rata-rata dari sampel penelitian sebelum adanya Gerakan Pembangunan Swadaya Rakyat dengan inflasi sebesar 9,81 adalah Rp. 1.055.718,-,
sedangkan setelah adanya Gerakan Pembangunan Swadaya Rakyat adalah Rp. 1.163.736,-. Hasil korelasi antara kedua variabel, yang menghasilkan angka 0,628
dengan nilai probabilitas di bawah 0,05 nilai signifikansi 0,017. Hal ini menyatakan bahwa korelasi antara pendapatan petani sebelum dan sesudah Gerakan Pembangunan
Swadaya Rakyat adalah kuat dan signifikan. Secara rinci hasil analisis rata-rata pendapatan masyarakat dengan memasukkan nilai inflasi dapat dilihat pada Tabel
4.15.
Tabel 4.15. Hasil Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Riil Setelah Ditambah Nilai Inflasi
Uraian Jumlah
Sebelum ditambah inflasi Rp. 1.055.718,-
Sesudah Rp. 1.163.736,-
Selisih Sebelum dengan Sesudah Rp. 108.018,-
t
hitung
- 2,406 Signifikansi
0,017 t
tabel
1,96 Sumber: Hasil Analisis, 2010.
Karena t
hitung
t
tabel
α =
5
atau 2,406 1,96, maka H
1
diterima. Dengan kata lain bisa disimpulkan kedua rata-rata populasi adalah tidak identik rata-rata
populasi pendapatan masyarakat sebelum gerakan pembangunan swadaya rakyat ditambah dengan inflasi dan pendapatan masyarakat sesudah gerakan pembangunan
swadaya rakyat adalah berbeda secara nyata di mana t
hitung
berada pada daerah penolakan H
. Tabel 4.15 menunjukkan adanya selisih antara pendapatan masyarakat
sebelum adanya gerakan pembangunan swadaya rakyat ditambah inflasi dengan pendapatam masyarakat sesudah adanya gerakan pembangunan swadaya rakyat
sebesar Rp. 108.018.-. Hal ini berarti bahwa pendapatan masyarakat setelah adanya gerakan pembangunan swadaya rakyat meningkat sebesar 10,23 persen.
4.3.3. Dampak Gerakan Pembangunan Swadaya Rakyat terhadap