Gerbang Swara ini mempunyai landasan hukum yang dituangkan dalam Instruksi Bupati Serdang Bedagai Nomor 04 Tahun 2005 tanggal 19 Desember 2005
tentang Gerakan Pembangunan Swadaya Rakyat Gerbang Swara. Di dalam Instruksi Bupati tersebut diminta agar seluruh aparat jajaran Pemerintah Kabupaten
Serdang Bedagai untuk: a.
Mensosialisasikan Gerakan Pembangunan Swadaya Masyarakat Gerbang Swara kepada seluruh jajarannya beserta seluruh lapisan masyarakat.
b. Secara terpadu menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan ini dengan seluruh
instansi pemerintah bersama-sama masyarakat di Kabupaten Serdang Bedagai, BUMN, perusahaan swasta termasuk masyarakat luar Kabupaten Serdang
Bedagai sebagai simpatisan untuk membangun Kabupaten Serdang Bedagai baik melalui kegiatan Jumat bersih maupun kegiatan sadar lingkungan dan kegiatan
pembangunan lainnya. c.
Melaksanakan pengadministrasian yang tertib dan berkesinambungan serta melakukan sosialisasi setiap tahunnya.
d. Mempersiapkan dukungan dana melalui APBD Kabupaten Serdang Bedagai
setiap tahun berjalan sesuai dengan kemampuan Keuangan Daerah.
2.5. Penelitian Terdahulu
Penelitian Agung Witjaksono 2004 yang berjudul “Partisipatif dalam Pembangunan Desa Miskin” dengan studi kasus berlokasi di Desa Benjor Kecamatan
Tumpang Malang Kabupaten Malang menyimpulkan bahwa tujuan dari
pembangunan masyarakat desa adalah menciptakan kondisi untuk tumbuhnya suatu masyarakat yang bertumbuh dan berkembang dengan terjadinya pembelajaran dan
kemandirian, agar masyarakat dapat dan mampu menetralisir belenggu-belenggu sosial seperti adat, tradisi, budaya dan cara bersikap hidup yang dapat menahan laju
perkembangan. Strategi partisipasi masyarakat harus mencakup hal-hal pokok berikut:
1. Harus ada komitmen political will yang tegas dan jelas. Upaya peran serta harus
dilakukan dengan langkah-langkah nyata, dan dalam skala yang memadai untuk menggerakkan proses transformasi dan memecah belenggu ketertinggalan dan
kekurangberdayaan. Kebijaksanaan dan tindakan basa-basi, yang bersifat simbolis apalagi sporadis harus dihindari. Upaya ini harus dilakukan secara berlanjut dan
berdampak luas serta langsung kepada masyarakat dalam peningkatan aspek fisik, sosial, dan ekonomi.
2. Upaya itu harus terarah dan ditujukan langsung kepada yang dirancang untuk
mengatasi masalah yang sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya. itu harus mengikutsertakan masyarakat mulai tahap awal sampai tahap pelaksanaan oleh
masyarakat atau kelompok yang menjadi sasaran. Sedangkan penelitian Ari Djatmiko 2004 yang berjudul “Identifikasi
Hubungan Faktor-faktor Kemampuan dan Kemauan Masyarakat dengan Tingkat Partisipasinya dalam Penataan Kawasan Kumuh Perkotaan P2K2P” dengan studi
kasus di Kelurahan Sukapura, Cigondewah Kidul, Cibangkong, dan Kebun Jeruk menyimpulkan bahwa partisipasi masyarakat dipengaruhi oleh kemampuan dan
kemauan masyarakat untuk berpartisipasi dalam program. Faktor kemampuan masyarakat yang berhubungan dengan tingkat partisipasi adalah kemampuan bersikap
dan bertindak, organisasi sosial kemasyarakatan dan kemampuan mengorganisasikan diri dalam program. Sedangkan indikator kemauan masyarakat yang memiliki
hubungan nyata dengan tingkat partisipasi adalah interaksi dan komunikasi, persepsi terhadap kegiatan kolektif sebelumnya dan perspektif terhadap program. Penelitian
ini didukung oleh penelitian Fadly Usman 2004 yang berjudul “Partisipatif = aktif berperanserta: Perspektif Masyarakat Awam dan Ke-ajegan-nya dalam Proses
Perencanaan” dengan lokasi penelitian di sekitar tepi Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan yang menyimpulkan bahwa masyarakat masih bisa berpartisipasi
dalam proses perencanaan dalam skala apapun walaupun peran serta masyarakat tidak lebih dari “ada”, tetapi tetap harus ada karena hal ini merupakan proses pembelajaran
dan pendidikan panjang pada masyarakat Indonesia mengenai lingkungan dan tempat tinggal mereka sendiri.
2.6. Kerangka Pemikiran