BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penentuan daerah atau tempat penelitian ini dilakukan berdasarkan metode yang sengaja purposive methods. Lingkup penelitian adalah Perseroaan Terbatas
Perkebunan Nusantara X di unit kerja Pabrik Gula Ngadiredjo Kabupaten Kediri. PG Ngadiredjo dipilih dengan pertimbangan tingkat rendemen yang hasilkan dan
kapasitas giling besar yaitu 6200 TCD.
3.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analitik, deskriptif. Metode analitik berfungsi mengadakan pengujian hepotesis dan
interpretasi terhadap hasil analisa. Metode deskriptif bertujuan untuk membuat gambaran secara sistematis dan akurat mencgenai fakta, sifat serta hubungan antar
fenomena yang diselidiki Nazir, 1999.
3.3 Metode Pengambilan Contoh
Pengambilan contoh pada penelitian ini dilakukan kepada pihak manajemen yang mengatur arus pasokan bahan baku tebu ke PG Ngadiredjo.
Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan Purposive Sampling. Purposive Sampling merupakan bentuk penarikan sampel nonprobabilitas yang
didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu dimana penentuan tersebut sesuai dengan bagian atau responden yang khusus menangani hal yang dimaksud dalam
penelitian.
3.4 Metode Pengambilan Data
Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari manajemen produksi yang terkait penyediaan bahan baku tebu dengan metode wawancara berdasarkan
daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan Kuisioner.
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi terkait kualitas dan kuantitas serta biaya-biaya pasokan bahan baku tebu masuk PG Ngadiredjo
pada tahun 2013.
3.5 Metode Analisis Data
Beberapa analisis akan dilakukan untuk menguji dua hipotesis yang sudah dicantumkan. Untuk menguji hipotesis yang pertama menggunakan sebaran
normal. Persebaran data pasokan tebu bersifat penggambaran. Penggambaran ini digunakan untuk mengetahui fluktuasi pasokan tebu tiap hari dengan batas
maksimal kapasitas pabrik yaitu 6200 TCD. Hipotesis pertama juga akan dilihat klasifikasi kualitas tebu yang masuk ke pabrik sesuai standarisasi yang ditentukan
pabrik. Kedua instrumen tersebut akan menunjukkan kondisi penyediaan bahan baku tebu di Pabrik Gula Ngadiredjo. Persebaran data kuantitas dan kualitas
bahan baku tebu BBT digambarkan dengan grafik sehingga dapat dilihat secara keseluruhan kemudian pemaparan resiko yang ditimbulkan berbasis sebaran
normal yang dihasilkan. Penghitungan sebaran normal untuk data populasi dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
keterangan: π = 3,14
e = 2,718 = Standard deviasi
X = nilai x = rata-rata
Perhitungan sebaran normal pada bahan baku tebu yang dihasilkan menggambarkan range pasokan tebu yang masuk ke pabrik baik kuantitas
maupun kualitas. Semakin besar range nilai berdasarkan sumbu x kurva yang dibentuk maka semakin fluktuatif pasokan tebu yang diterima. Hasil perhitungan
bisa memahami resiko fluktuasi tersebut dan menjadi dasar kebijakan mengenai penyediaan BBT yang lebih optimal.
Hipotesis kedua dihitung menggunakan analisis Economic Order Quantity EOQ atau jumlah pemesanan ekonomis bahan baku tebu, penentuan waktu
pemesanan kembali Re-Order Point dan penyediaan pengamanan untuk bahan baku tebu Safety Stock di PG Ngadiredjo pada tahun 2013. Menurut Riyanto
1999 EOQ adalah jumlah kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan biaya yang minimal atau sering disebut dengan jumlah pembelian yang optimal. Hal-hal
yang harus dipenuhi terlebih dahulu jumlah kebutuhan bahan baku selama 1tahun, biaya tiap kali pemesanan, harga tiap satuannya misalnya per ton dan biaya
penyimpanan atau pemeliharaan. Setelah itu rumus yang dipakai sebagai berikut : √
Keterangan: R = Jumlah yang dibutuhkan dalam satu periode tertentu ton
S = Biaya pemesanan setiap kali pesan Rp P = Harga pembelian per unit Rp
I = Biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gudang dengan periode tertentu yang
dinyatakan dalam presentase Perhitungan Pemesanan Ekonomis EOQ bahan baku tebu adalah hal
untuk mengoptimalkan biaya pemesanan. Hasil analisis EOQ akan menentukan pemesanan bahan baku tebu secara efektif dan efisien dalam optimalisasi bahan
baku. Hal tak terduga dalam penyediaan bahan baku menjadi pertimbangan selanjutnya untuk mengadakan persediaan pengamanan bahan baku tebu. Untuk
menentukan persediaan pengamanan bahan baku tebu menggunakan rumus:
SS = Rata-rata keterlambatan BBhari × kebutuhan BBhari. Keterangan:
SS = Safety Stock ton BB = Bahan Baku ton
Setelah pemesanan
ekonomis ditentukan,
perlakuan selanjutnya
menentukan waktu pemesanan bahan baku tebu atau Re-Order Point ROP.
Dalam ROP memperhitungkan persediaan pengaman bahan baku untuk meminimalisir keterlambatan bahan baku. Secara otomatis penentuan ROP sama
halnya dengan penjadwalan BBT masuk ke pabrik secara tepat waktu dan tepat guna. Perhitungan ROP menggunakan rumus:
ROP = SS + DLT Keterangan:
ROP = Re-Order Point ton SS = Safety Stock ton
DLT = kebutuhan masa tunggu ton
Pengambilan keputusan untuk analisis EOQ dan ROP tergantung dari selisih yang terjadi antara hasil dengan yang terjadi di lapang. Kriteria
pengambilan keputusan sebagai berikut : Jika hasil analisis EOQ dan ROP kenyataan di lapang, maka terjadi inefisiensi
biaya pada pemesanan dan kelebihan BBT yang dipasok PG Ngadiredjo.
Jika hasil analisis EOQ dan ROP kenyataan di lapang, maka tidak terjadi inefisiensi
biaya pemesanan
dan kelebihan
BBT yang
dipasok PG
Ngadiredjo.
3.5 Definisi Operasional