kandungan sukrosa tidak rusak. Pengontrolan pH dilakukan secara manual yaitu dengan mengambil sampel dari bak netralisasi kemudian ditetesi dengan
indikator dan dicocokkan warnanya pada tabel pH. Pengamatan dilakukan secara periodik yaitu satu jam sekali dengan tiga jenis indikator yang berbeda.
d. Pemanasan II Heater II
Nira yang keluar dari bak netralisasi ditampung di tangki ruwsap tangki untuk pemanasan dan masuk ke heater II. Suhu yang keluar dari heater II
mencapai 1050 C. Tujuannya untuk penyempurnaan reaksi antara gas SO2 dan susu kapur dari tahap sulfitasi maupun netralisasi. Tujuan lainnya untuk
memperbesar daya serap endapan terhadap kotoran dan membunuh mikroorganisme yang belum mati sehingga dapat mempercepat proses
pengendapan dan proses pengeluaran gas.
e. Pengendapan
Nira hasil pemanasan II dipompakan ke suatu tempatwadah yang disebut prefloc tower dimana terjadi penambahan flokulan bahan tambahan untuk
mempercepat penggumpalan untuk mempercepat terbentuknya endapan baik yang berbentuk suspensi maupun koloid. Hal ini bertujuan untuk memudahkan
pemisahan antara kotoran kasar, gumpalan, endapan yang terbentuk dengan nira jernih yang dihasilkan. Nira yang telah diberi flokulan tersebut kemudian
dialirkan ke dalam rapidorr clarifier bak pengendapan yang bertujuan untuk memisahkan nira jernih dengan nira kotor. Dalam tangki pengendapan, kotoran
yang menggumpal akan turun ke bawah dan nira yang jernih akan mengalir secara overflow dari bagian atas tangki menuju tangki dunsap tangki
penyaringan dimana terdapat saringan untuk memisahkan kotoran-kotoran yang masih terbawa.
Kotoran yang mengendap pada bagian bawah clarifier disebut mud. Mud tersebut dialirkan ke dalam mud mixer dan dicampur dengan ampas halus
bagasse. Mud yang dihasilkan ini masih mengandung gula. Untuk memisahkan cairan yang masih mengandung gula filtrate dan padatan cake
dari mud dilakukan dengan rotary vacuum filter. Rotary vacuum filter bekerja dengan menggunakan vakum dan akan berputar dengan kecepatan maksimum
sebesar 12 rpm rotation per minute sehingga akan mampu menyerap nira yang disebut nira tapis melalui permukaannya yang dilengkapi dengan
saringan. Pada saringan ini, kotorannya blotong menempel dan diskrap kemudian diangkut ke tempat pembuangan blotong dan sebagian digunakan
sebagai salah satu bahan pembuat biokompos. Sedangkan nira tapis yang dihasilkan, dimasukkan ke dalam tangki filtrat dan dipompa ketangki ruwsap
untuk proses selanjutnya.
f. Pemanasan III Heater III