Hasil Penelitian Terdahulu Landasan Teori

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Malian dkk 2004 ketidak-efisienan PG BUMN di Pulau Jawa juga dipicu oleh penurunan areal pertanaman tebu yang menyebabkan ketersediaan bahan baku kian terbatas. Bahan baku yang makin terbatas itu diperebutkan oleh banyak PG. Bahkan beberapa PG yang berada dalam PTPN yang sama saling memperebutkan bahan baku tebu. Selain itu, sebagian besar 53 PG di Pulau Jawa didominasi oleh PG-PG dengan kapasitas giling kecil 3.000nTCD, 44 berkapasitas giling antara 3.000-6.000 TCD, dan hanya 3,0 yang berkapasitas giling 6.000 TCD. Menurut penelitian Susanto 2011, Pabrik Gula Wringinanom inefisiensi teknis pabrik gula. Komponen penting yang menjadi inefisiensi pabrik gula adalah bahan baku. Kualitas bahan baku yang digiling PG Wringin anom selama 2001- 2010 secara umum termasuk rendah tidak efisien. Faktor inefisiensi bahan baku tebu adalah nilai parameter teknis tanaman yang masih belum bisa dicapai. Parameter nilai dianggap efisien jika bahan baku mempunyai nilai kadar nira tebu 80 - 83, sabut 14 - 16, pol tebu 12, Nilai nira PP 14, dan trashkotoran 5. Nilai-nilai tersebut belum bisa dicapai oleh Pabrik Gula Wringinanom hampir secara keseluruhan karena hanya trash dari bahan baku giling yang efisien yakni dibawah 5. Penelitian yang dilakukan Robiyanto 2013 mengenai persediaan bahan baku tebu meyimpulkan bahwa persediaan yang berlebihan akan merugikan perusahaan. Excess biaya yang ditimbulkan dengan adanya persediaan tersebut, yang mana biaya itu dapat digunakan untuk keperluan lain yang lebih menguntungkan. Sebaliknya, kekurangan persediaan merugikan perusahaan karena mengganggu kelancaran proses produksi dan distribusi perusahaan. Jumlah pembelian bahan baku yang ekonomis Economical Order QuantityEOQ yang semestinya dilakukan PG Pandji adalah 3.315,62 ton dengan frekuensi pembelian sebanyak 71 kali dalam satu periode giling. Jumlah persediaan minimum Safety Stock yang harus dimiliki perusahaan adalah 1.578,23 ton. Titik pemesanan kembali Reorder Point pada saat persediaan di gudang sebesar 3.156,47 ton. Persediaan maksimum Maksimum Inventory yang sebaiknya dipertahankan oleh perusahaan adalah sebesar 4.893,86 ton. Total biaya persediaan bahan baku yang seharusnya dikeluarkan oleh perusahaan dengan produksi sebesar 235.409,18 ton adalah Rp 2.399.473.609,66. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan analisis biaya persediaan yang efisien, perusahaan dapat lebih mengefisienkan biaya persediaan bahan baku sebesar Rp 2.903.796,90.

2.1.2 Tebu