8 7.3
943,141 68,849.29
8500 368,687,964.02
9 7.49
911,449 68,267.53
8500 365,572,623.69
10 7.59
922,697 70,032.70
8500 375,025,120.82
11 7.99
860,247 68,733.74
8500 368,069,152.53
12 8.36
913,068 76,332.48
8500 437,957,631.54
13 8.25
843,373 69,578.27
8500 399,205,338.47
14 7.86
781,756 61,446.02
8500 329,043,445.67
Sumber : Data diolah lampiran
Tabel 5.4 menunjukkan untuk rendemen tiap periode lebih besar dari 6. Sesuai dengan kesepakatan yang berlaku pembagian jatah gula antara PTR dan
PG Ngadiredjo sebesar 70 dan 30. Rendemen diatas 8 terjadi pada periode 1, 12 dan 13 yang berarti pembagian yang berlaku adalah 75 untuk PTR dan 25
untuk PG Ngadiredjo. Besarnya pembayaran yang dilakukan PG Ngadiredjo adalah pembagian hasil sesuai kesepakatan setelah produksi gula tiap periode
diberikan kepada petani dalam bentuk natura gula sebesar 10. Kolom pembayaran merupakan biaya yang dikeluarkan PG Ngadiredjo untuk membayar
hasil gula petani yang bekerjasama dengan perusahaan.
5.2.1 Tingkat Pemesanan Ekonomis Economic Order Quantity Bahan Baku
Tebu PG Ngadiredjo
Bahan baku adalah hal pokok yang harus dipenuhi agar proses produksi yang akan dilakukan dapat berjalan. Bahan baku adalah titik awal dimana proses
produksi dimulai. Perusahaan sebagai pelaku ekonomi harus memiliki formulasi pembiayaan yang tepat sehingga meminimalisir pengeluaran termasuk untuk
bahan baku Ketersediaan BBT PG Ngadiredjo memerlukan biaya yang besar Menurut Riyanto 1999, dalam proses pengadaan bahan baku produksi beberapa
hal yang diperhitungkan adalah biaya untuk pembelian bahan baku EOQ, waktu pemesanan ROP dan persediaan pengamanan bahan baku Safety Stock.
Analisis Pemesanan bahan baku secara ekonomis EOQ pada BBT digunakan untuk menghitung kuantitas pemesanan BBT secara tepat kuantitas sehingga tidak
terjadi pemborosan. Analisis ini digunakan untuk mengetahui lebih lanjut bobot tebu yang harus dipenuhi untuk tiap hari giling secara ekonomis.
Tingkat pemesanan bahan baku ekonomis atau Economic Order Quantity EOQ merupakan jumlah pemesanan optimal yang diperoleh dari perhitungan
hubungan biaya pemesanan, jumlah kebutuhan bahan baku dan biaya penyimpanan. Sistem pembayaran BBT untuk PTR dilakukan setelah proses
pengolahan BBT menjadi gula yang selanjutnya menjadi acuan besarnya biaya pemesanan yang dikeluarkan. Biaya pemesanan dihitung dengan mengalikan hasil
gula per hari dengan harga yang ditentukan dalam pelelangan. Fluktuasi harga lelang tahun 2013 mendapatkan rata-rata harga yang disepakati Rp 8.500,- per Kg
gula. Biaya penyimpanan diperoleh dari persentase penyusutan BBT loses sebesar 2,38 dikalikan harga bahan baku per unit.
Jumlah tebu gilingan untuk tahun 2013 sebesar 1.145.154,9 ton . Proses giling berlangsung selama 198 hari giling dengan rata-rata giling tiap hari
5.783.610,61 Kg BBT atau 5783,6 ton . BBT yang digiling tidak semuanya menjadi gula. Gula digunakan sebagai acuan dalam sistem pembayaran yang
dilakukan PG sehingga menjadi pembentuk biaya pemesanan. Nilai R yang digunakan dalam perhitungan juga mengacu pada gula yang dihasilkan sesuai
dengan kadar rendemen BBT tahun 2013 yaitu 7,65 yang artinya dalam 100 Kg BBT terdapat 7,65 gula yang dihasilkan. Perhitungan awal yang dilakukan adalah
menghitung berapa besar bobot BBT yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 Kg gula. Hasil yang didapat yaitu 13 Kg tebu menghasilkan 1 Kg gula.
Nilai R yang dipakai dalam perhitungan setelah perbandingan awal yang dilakukan adalah sebesar 88.088.838,46 atau 88.088,8 ton. Biaya pemesanan
dihitung pembagian total pembayaran sebesar Rp 4.760.599.713,85 untuk PTR dengan hari giling selama 198 hari. Biaya pemesanan atau nilai S yang dihasilkan
dari perhitungan tersebut yaitu sebesar Rp 24.043.432,9. Harga per unit terbentuk dari harga 1 Kg gula untuk 13 Kg BBT yang digiling yaitu Rp 8500,-. Penyusutan
BBT losses yang terjadi sebesar 2,38. Jumlah pemesanan ekonomis BBT tahun 2013 adalah sebesar 4.654.792,19 Kg per hari atau 4.654,8 ton. Selisih
antara kuantitas rata-rata giling Q dengan hasil analisis EOQ yang dilakukan sebesar 1.128.818,42 Kg atau 1.128,8 ton per hari. Hasil perhitungan analisis
EOQ Q, artinya penggilingan yang dilakukan PG Ngadiredjo tidak ekonomis.
Selisih sebesar 1.128.818,42 Kg tersebut jika dinominalkan dalam biaya pengeluaran adalah sebesar Rp 5.033.945,10 per hari giling.
5.2.2 Tingkat Stok Pengaman Safety Stock dan Pemesanan Kembali Re-