Berdasarkan data Tabel 3.1 dapat disimpulkan terdapat tiga belas desa yang bekerja sama dengan Koperasi Agribisnis Dana Mulya. Desa Claket
memiliki jumlah peternak sapi perah terbanyak yaitu sebesar 114. Peneliti menggunakan Rumus Slovin untuk menentukan ukuran sampel. Peneliti memilih
tingkat kesalahan sebesar 10 karena keterbatasan peneliti dalam hal pendanaan dan waktu. Perhitungan penentuan ukuran sampel pada Rumus Slovin dengan
tingkat kesalahan sebesar 10 adalah seperti berikut. Diketahui : N = 114
e = 10 n = N
1 + N e
2
= 114 1 + 114 0,1
2
= 114 1 + 1140,01
= 114 1 + 1,14
= 114 2,14
= 53,2 ≈ 53 Dari hasil perhitungan tersebut didapat nilai n = 53, hal ini menunjukkan
jumlah sampel yang dibutuhkan adalah sebesar 53 responden.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
langsung bertanya dan bertatap muka antara penanya dengan responden peternak sapi perah dengan panduan daftar pertanyaan kuesioner.
Wawancara dilakukan pada sejumlah responden yang dianggap sebagai orang memenuhi kriteria peneliti dalam menggali informasi yang dibutuhkan dalam
penelitian, dalam hal ini yaitu peternak sapi perah yang bekerjasama dengan Koperasi Agribisnis Dana Mulya di Kecamatan Pacet. Data yang diperoleh ini
nantinya dipergunakan sebagai data primer. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari lapangan yaitu dengan melakukan wawancara secara
terstruktur kepada responden dengan alat bantu kuisioner. 2.
Observasi yaitu pengamatan secara langsung kepada kegiatan usaha peternakan sapi perah milik peternak, sehingga kita dapat mengetahui secara nyata
kegiatan usaha peternakan sapi perah yang dilkukan para peternak yang bekerjasama dengan Koperasi Agribisnis Dana Mulya di Kecamatan Pacet.
3. Tinjauan pustaka adalah data yang diperoleh dari instansi maupun literatur
terkait yang mendukung penelitian ini. Data diperoleh dengan mengumpulkan sumber tertulis atau dokumen dari pihak-pihak terkait dan berhubungan dengan
penelitian ini. Data sekunder yang diambil diantaranya data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Mojokerto, Dinas peternakan Kabupaten Mojokerto, dan
Koperasi Agribisnis Dana Mulya.
3.5 Metode Analisis Data
Untuk menjawab permasalahan penelitian yang pertama yaitu mengenai bentuk pola kemitraan antara peternak sapi perah dengan Koperasi Agribisnis
Dana Mulya di Kecamatan Pacet adalah dengan menggunakan analisis deskriptif. Metode secara deskriptif bertujuan untuk mendiskripsikan secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi tertentu. Analisis ini berfungsi untuk mendiskripsikan pola kerjasama yang terjalin diantara peternak
sapi perah dengan Koperasi Agribisnis Dana Mulya di Kecamatan Pacet serta memberikan suatu uraian mengenai pola dan mekanisme kerjasama kemitraan,
kemudian hasil analisis itu dibandingkan dengan pola kemitraan yang direkomendasikan oleh pemerintah yang terdiri atas pola inti plasma, pola sub
kontrak, pola dagang umum, pola keagenan, pola kerjasama operasional agribisnis KOA, pola sistem pertanian kontrak dan model vendor sehingga bisa diketahui
kecenderungan mengikuti salah-satu pola kerjasama yang ada.
Upaya peneliti menganalisis permasalahan kedua yaitu mengenai tingkat pendapatan peternak sapi perah di Kecamatan Pacet dengan menggunakan analisis
pendapatan. Pada analisis pendapatan untuk mengetahui tingkat pendapatan yang diterima oleh peternak sapi peternak sapi perah, menggunakan rumus analisis
pendapatan Kurnawangsih, 2002 :
P = TR-TC
TR = P x Q
TC = TFC + TVC
Keterangan: P
= Pendapatan bersih atau keuntungan Rp Q
= Jumlah produksi Rp P
= Harga produk Rp TR
= Total penerimaan Rp TC
= Total biaya Rp TFC
= Total biaya tetap Rp TVC = Total biaya variabel Rp
Kreteria pengambilan keputusan yaitu jika TR TC, maka usaha ternak sapi perah menguntungkan, jika TR TC, maka usaha ternak sapi perah tidak
menguntungkan atau rugi dan jika TR =TC, maka usaha ternak sapi perah dalam keadaan tidak untung dan tidak rugi.
Permasalahan ketiga mengenai analisis risiko antara peternak sapi perah dengan koperasi unit desa KUD menggunakan metode analisis risiko. Menurut
Hernanto 1996, untuk mengukur hasil yang diharapkan, dipakai keuntungan rata-rata mean dari setiap periode produksi, rumus untuk menghitung
keuntungan rata-rata mean yaitu :
Keterangan : E
= keuntungan rata-rata E
i
= keuntungan pada periode i n
= Jumlah periode pengamatan
n
E = ∑ E
i i = 1
n
Kemudian langkah kedua untuk mengukur risiko usata ternak sapi perah secara statistik dipakai ukuran ragam atau simpangan baku. Rumus yang
diformulasikan menurut Hernanto 1996, adalah sebagai berikut :
Keterangan : V
2
= ragam E
= keuntungan rata-rata Ei
= keuntungan pada periode i n
= jumlah periode pengamatan Sedangkan simpangan baku merupakan akar dari ragam atau dengan rumus :
V = √V
2
Keterangan : V
= standar deviasi atau simpangan baku V
2
= ragam Selanjutnya, hubungan risiko dan keuntungan diukur dengan koefisien
variasi CV dan batas bawah keuntungan L. Koefisien variasi merupakan perbandingan antara risiko yang harus ditanggung oleh peternak dengan jumlah
keuntungan yang akan diperoleh sebagai hasil dari sejumlah modal yang ditanamkan dalam proses produksi. Rumus koefisien variasi yaitu :
CV = V E
Keterangan : CV = koefisien variasi
V = standard deviasi atau simpangan baku E = keuntungan yang diperoleh
Batas bawah keuntungan L menunjukkan nilai nominal keuntungan terendah yang mungkin diterima oleh peternak, rumus batas bawah keuntungan
adalah :
2 n 2
V = ∑ Ei – E
i = 1
n – 1
L = E – 2V
Keterangan : L = batas bawah keuntungan
E = rata-rata keuntungan yang diperoleh V = simpangan baku
Dari rumus diatas dapat diperoleh suatu hubungan antara nilai batas bawah keuntungan dengan nilai koefisien variasi, apabila nilai CV 0,5 maka nilai L
0, begitu pula bila CV ≤ 0,5 maka nilai L ≥ 0, hal ini menunjukkan : a.
Jika CV ≤ 0,5 maka petani akan selalu untung atau impas, berarti risiko yang harus ditanggung oleh peternak tergolong rendah atau usaha tersebut layak
untuk diusahakan. b.
Jika CV 0,5 maka ada peluang kerugian yang akan diderita oleh petani. Berarti risiko yang harus ditanggung oleh peternak tergolong tinggi atau usaha
tersebut kurang layak untuk diusahakan. Semakin besar nilai koefisien variasi, menunjukkan bahwa risiko yang harus
ditanggung oleh peternak semakin besar dibanding dengan keuntungannya.
3.6 Definisi Operasional