BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berawal dari Gerakan hak asasi semua warga Civil Right Movement pada tahun tujuh puluhan di Amerika dimana seluruh lapisan masyarakat menuntut
persamaan hak antar manusia dalam seluruh aspek kehidupan. Disinilah muncul teolog feminis sebagai satu gerakan yang mengkritik dan menuntut kedudukan
perempuan dalam agama dan Gereja. Hal ini disebabkan karena adanya ketidakadilan sebagai wanita dari tradisi sosial-budaya yang telah diciptakan dan dipertahankan
oleh manusia itu sendiri untuk memperbudak sebagian sesama manusia khususnya perempuan.
Setelah muncul semangat persamaan hak dan status dalam gereja bagi perempuan, sebenarnya kesadaran feminis dalam teologi kristen dimulai oleh seorang
perempuan Mexico bernama Sorror Guana de la Cruz yang menulis teologinya,
1
membaca tulisannya para uskup gereja marah dan membakar tulisannya bahkan membunuh perempuan itu,
2
namun catatan kecilnya berhasil diselamatkan dan ditemukan hingga catatannya berkembang menjadi pencarian kebenaran otentik oleh
1
Penulis tidak menemukan tahun atau abad berapa beliau menulis teologinya.
2
Nunuk, p. Murniati, Getar-getar Gender Perempuan Indonesia dalam perspektif Agama, Budaya, dan Keluarga
, vol.I Magelang: Yayasan Indonesia Tera, 2004, h. 36
para teolog feminis sekarang. Perempuan selama ini dianggap sebagai penggoda, pembuat dosa, dan
dianggap sebagai sumber dosa didunia, hal ini berdasarkan pada tradisi gereja Katolik yang berkiblat pada kitab suci dan kitab suci perjanjian baru sangat
dipengaruhi oleh tradisi Yahudi dimana secara teologis sangat bersifat patriakhal. Bahwa kitab suci dianalisa secara kritis karena naskah ini menggunakan simbol
dan gagasan patrialkal seperti sapaan Allah sebagai Bapa.
3
Bila melihat Bible, peran utama perempuan adalah sebagai ibu yang melahirkan anak.
4
Konsep ini kemudian dilestarikan dalam tradisi gereja oleh para pemimpin-pemimpin gereja, seperti Agustinus.
5
Salah satu gagasannya adalah tentang etika seks. Agustinus memandang perempuan hanya sebagai pendamping
laki-laki. Pada waktu perempuan terpisah dari laki-laki karena dosa, maka perempuan tidak dapat mewujudkan citra Allah, kalau pun bisa itu karena
dibawah pimpinan laki-laki hal ini menentukan perkembangan teolog tentang Allah Tritunggal Agustinus; Bapa, Putra, dan Roh Kudus semua beridentitas laki-
laki, refleksi teologi Agustinus amat sangat bersifat Patriarkhi. Namun gereja Katolik mempunyai tradisi lain yaitu mengadakan refleksi
iman untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Dalam Konsili vatikan II di tahun 1960, Paus Yohanes XXIII mengumumkan bahwa gereja Katolik
semakin terbuka. Ruang untuk berdebat tentang isu-isu perempuan mulai terbuka
3
A. Heuken SJ, Ensiklopedi Gereja Yayasan Cipta Loka Caraka, Jakarata:1994, h. 365
4
Lembaga Alkitab Indonesia, Perjanjian Baru: 2002,Kitab Ulangan 26:5
5
Bapak Gereja Latin Terbesar antara tahun 354-430
8
yang dikhususkan pada ketidakadilan gender.
6
Dari keterbukaan ini lah, masalah gender dalam agama diperhatikan, usaha gereja Katolik untuk mengangkat
perempuan adalah memunculkan tafsiran-tafsiran yang menunjukkan bahwa bunda Maria berperan aktif dalam pewartaan kasih Allah. Maria dijadikan
gambaran Rasul dan sebagai perempuan beriman.
7
Gereja mengangkat Maria, ibu Yesus memasukkannya pada tradisi Katolik. Dogma Maria berkembang menjadi Mariologi dan banyak orang memuji
padanya, banyak berkat do’a terkabul atas perantaraan Maria, hingga teologi ini mempunyai dua pokok pembahasan yaitu; jalan penembusan dan Maria sebagai
mediator dari semua rahmat.
8
Perempuan dipandang rendah karena kegiatannya terikat dengan siklus haid sehingga kegiatan mereka selalu mengulang-ulang hal yang sama. Bahkan,
peristiwa melahirkan dipandang sebagai kecelakaan yang menyebabkan perempuan tidak dapat bekerja. Penyebab utama dari semua ketidakadilan itu
adalah doktrin dosa asal legend of the fall, yaitu kisah dramatis kejatuhan manusia pertama yaitu Adam dan Hawa. Kejatuhan ini disebabkan oleh
pelanggaran yang mereka buat terhadap larangan Tuhan. Pelanggaran pertama kali dilakukan oleh perempuan Hawa yang tergoda Iblis untuk memetik buah
“pengetahuan yang baik dan yang buruk”. Pelanggaran Hawa yang pertama ini sebagai penyebab timbulnya perbedaan laki-laki dan perempuan dengan
6
Nunuk, p. Murniati, Getar-getar Gender Perempuan Indonesia dalam perspektif Agama, Budaya, dan Keluarga
, vol.I, h. 33
7
Lembaga Alkitab Indonesia, Perjanjian Baru, Lihat Gal 4:4, Uk 1:46, Luk 1:26-28
8
Nunuk, p. Murniati, Getar-getar Gender Perempuan Indonesia dalam perspektif Agama, Budaya, dan Keluarga
, vol.I, h. 38
9
meletakkan perempuan pada posisi yang inferior. Perbedaan itu selanjutnya berlaku dalam tata peribadatan dan perilaku sehari-hari.
Adapun pengertian Gender yang dimaksud disini berasal dari bahasa Inggris yang padanan katanya tidak ada dalam kamus Indonesia. Dalam Webstre’s
New World Dictionary, gender diartikan sebagai “perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku”. Di dalam
Women’s Studies Encyclopedia dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultiral yang berupaya membuat pembedaan dalam hal peran, perilaku, mentalitas,
dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat. Gender secara umum digunakan untuk mengidentifikasi
perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi sosial budaya. Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa gender adalah suatu konsep yang digunakan
untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari segi sosial budaya. Gender dalam arti ini mendefinisikan laki-laki dan perempuan dari sudut
non biologis.
9
Mengenai teori-teori gender, dalam buku Argumen Kesetaraan Gender karangan DR.Nasaruddin Umar terdapat beberapa teori yaitu; Teori Psikoanalisis
Identifikasi, diperkenalkan oleh Sigmund Freud; Teori Fungsionalis Struktural yang diperkenalkan oleh Hillary M. Lips dan S.A. Shield. Lebih condong ke
persoalan sosiologis sedangkan fungsionalis lebih condong ke persoalan psikologis; dan yang ketiga Teori Konflik yang banyak mendapat pengaruh
9
Dr. Nasaruddin Umar, MA., Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur’an, cet.II, h. 33
10
dengan teori Marx didalamnya.
10
Perbedaan Gender tidak disebabkan oleh faktor biologis melainkan karena perbedaan kelas yang berkuasa antara proletar dan
borjuis.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah