STATUS DAN PERANAN PEREMPUAN DALAM AGAMA KATOLIK

83 seorang perempuan dapat menjadi pemimpin Gereja, apalagi menjadi imam, dan seorang perempuan tidal layak menjadi Kristus terhadap jama’at. Gereja Katolik mempunyai struktur hirarki kepemimpinan yang patriarkhis, kepemimpinan berada di tangan laki-laki. Berabad-abad model kepemimpinan ini turun-temurun diwariskan dari budaya nenek moyang Gereja, yakni budaya bangsa Yahudi. Budaya laki-laki berabad-abad hidup dan berakar dalam hidup orang Yahudi dan orang-orang Kristen pengikut Kristus perdana. Walaupun ada nabiah, tokoh imam, atau pemimpin perempuan sepert Sara, Rut, Ester, bahkan Ibu Maria, tetap kepemimpinan yang diwariskan bersifat patriarkat, yang memberikan peluang lebih banyak atau bahkan seluruhnya kepada kaum laki-laki.

C. STATUS DAN PERANAN PEREMPUAN DALAM AGAMA KATOLIK

Hubungan perempuan dan laki-laki harus dihayati dalam perdamaian dan kebahagiaan kasih yang tak terbagi. Kemajuan perempuan dalam masyarakat dan keluarga bukan untuk mengoreksi berbagai pandangan yang menganggap pria sebagai musuh yang harus dikalahkan. Hubungan laki-laki dan perempuan tidak dapat dicapai dengan oposisi penuh kecurigaan dan defensif. 79 b.1. Status dan Peran Perempuan dalam Kehidupan Keluarga Perempuan memainkan peran yang amat penting dalam kehidupan Gereja tidak hanya sebagai ibu rumah tangga, tetapi perempuan juga harus hadir dalam dunia kerja dan organisasi masyarakat, dan bahwa perempuan harus mempunyai akses 79 DOKPEN KWI, Kerja Sama Pria dan Perempuan dalam Gereja dan Dunia surat kongregasi ajaran iman kepada para uskup Gereja KatoliK h.19 84 kepada posisi tanggung jawab yang memungkinkannya mengilhami kebijakan bangsa yang tepat bagi masalah ekonomi dan sosial. Perempuan dengan sukarela membaktikan seluruh waktunya untuk kerja rumah tangga tanpa mendapat stigma dari masyarakat atau hukuman finansial jika mereka ingin melibatkan diri kedalam karya lain, mereka dapat melakukannya dengan jadwal kerja yang sesuai dan tidak terpaksa untuk memilih meninggalkan hidup keluarganya atau menahan stress bagi keseimbangan dan keserasian keluarganya. 80 Seperti yang ditulis oleh Yohannes Paulus II: “akan menjadi kehormatan masyarakat bila memungkinkan ibu tanpa hambatan memutuskan dengan bebas, tanpa diskriminasi psikologis dan praksis, dan tanpa kerugian dibandingankan dengan teman-temannya membaktikan diri bagi perawatan dan pendidikan untuk anak- anaknya sesuai dengan kebutuhan dan usianya.” 81 Perempuan sebagai ibu panggilan perempuan dalam Al-kitab dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: panggilan perempuan sebagai ibuistri yang sudah merupakan suatu ethos, panggilan perempuan karier, dan panggilan perempuan sebagai biarawati. 80 DOKPEN KWI, Kerja Sama Pria dan Perempuan dalam Gereja dan Dunia surat kongregasi ajaran iman kepada para uskup Gereja Katolik, Jakarta: 2004, h.19 81 DOKPEN KWI, Kerja Sama Pria dan Perempuan dalam Gereja dan Dunia surat kongregasi ajaran iman kepada para uskup Gereja Katolik h.19 85 Perempuan pada bagian ini dapat disebut dengan panggilan perempuan sebagai ibuistri yang bekerja dalam kehidupan domestik atau rumah tangga. Perempuan dikondisikan menjadi ibu atau istri. Hal ini tertera dalam kitab suci dan juga dalam ajaran sosial Gereja Laborem Excercens. Biasanya perempuan memiliki kewajiban berbeda dengan laki-laki, dan tentu saja perempuan memiliki karakter sendiri. Perempuan memiliki sifat menghargai, melindungi, memperhatikan, dan memelihara. Ketiga hal ini tidak bertentangan dan saling melengkapi. Dengan demikian, perempuan dianugerahi untuk memelihara dan mengajar anak-anaknya dan sekaligus memiliki sikap yang sama kepada suami dan kepada semua orang. 82 Dalam kehidupan domestik berupa keluarga diperlukan adanya saling kerja sama antara laki- laki dan perempuan dan saling melengkapi pekerjaan masing-masing untuk mewujudkan kehidupan yang sejahtera dalam membesarkan anak-anak. Peran ibu bersama dengan ayah merupakan suatu keistimewaan dari sang Pencipta kepada umat manusia, yakni untuk meneruskan kehidupan di lingkungan masyarakat dan Negara dan sebagai perempuan memenuhi panggilannya sebagai ibu dalam mengandung dan membesarkan anak. 83 “Allah menciptakan manusia menurut gambaran-Nya; menurut gambaran-Nya ia menciptakan, sebagai laki-laki dan perempuan diciptakannya mereka”. 84 82 Dr. Edison R.L. Tambunan, o.carm, Perempuan menurut Pandangan Edith Stein Malang: Dioma, 2003, h.27 83 DOKPEN KWI, Keluarga dan Hak-hak Asasi, Jakarta: 2007,h.30 84 Lih. Kej 1:27 86 Dalam dokumen pokok gereja dibahas Surat Apostolik Mulieris Dignitatem MD yang dikeluarkan Paus Yohanes Paulus II. Dalam MD disebutkan bahwa ada dua keistimewaan bagi perempuan yang terletak pada aspek keperawanan dan dimensi keibuan seperti yang terjadi pada Perawan dari Nazareth seorang perawan dan juga ibu. Bunda Maria menjadi sosok ideal dan sentral untuk mendefinisikan peran perempuan Katolik. Namun karakter yang ditonjolkan dari Maria hanya sebatas pada sifat keibuan seseorang yang tulus, hangat, damai, dan saleh dan menerima tugas “yang tidak mudah”, sebagai istri dan ibu. perhatian Gereja Katolik terhadap kehidupan kaum ibu tidak boleh diabaikan oleh gerakan perempuan. Karena dalam sejarahnya, Vatikan secara aktif dan cukup berhasil dalam usaha memperjuangkan hak para istri dan ibu yang sering diabaikan masyarakat dan negara. 85 Perempuan memiliki karakter keibuan yang ditunjukkan dengan sikap mendampingi dan berusaha berpartisipasi dalam banyak hal yang kecil maupun hal yang besar; sikap ini juga diekspresikan dalam kegembiraan walaupun hatinya sedang dalam penderitaan, dalam pekerjaan dan dalam berbagai masalah. Sifat keibuan ditandai dengan rasa simpatik dan empatik terhadap sesama, sifat keibuan ini sangat diperlukan kaum remaja untuk mengarahkan kematangan diri dan juga demi perkembangan anak-anak. Sosok Maria merupakan figur seorang ibu yang ideal. Alasannya karena pusat hidup Maria adalah bersama dengan anaknya; ia melahirkan Yesus, membesarkan- Nya, selalu mengikuti-Nya dalam jalan-Nya, dalam hal ini Maria memenuhi panggiln 85 www.google.com 87 Tuhan. Ia merelakan Yesus kembali ke tangan Tuhan karena beliau menyadari bahwa Yesus bukan miliknya sendiri melainkan ia menerimanya yang datang dari Tuhan. Maria diterima sebagai yang mengandung, melahirkan, mendidik, dan mendewasakan Yesus dengan segala kedewasaan personal, kecerdasan spiritual, dan kemantapan profetik, tidak boleh dicerabut dari relasinya dengan Sang Ibu. Bahkan, peranan Maria diakui sedemikian penting dan istimewa dalam karya dan sejarah keselamatan Allah QS Maryam 19: 18-21. Dalam posisi itu, martabat perempuan telah diangkat tinggi, bukan saja sebagai citra Allah, tetapi sebagai Bunda Penebus. 86 Dalam sejarah perempuan dan agama, kita mengenal Bunda Theresa dari Calcuta. Dia merupakan simbol perempuan yang menjalin harmoni dengan agama dalam melawan kekerasan, kemiskinan, dan ketidakadilan. Sebelum Bunda Theresa, di kalangan agama Katolik terdapat para santa yang merelakan hidup dan kekudusan mereka untuk membela iman dan agama berhadapan dengan kekerasan budaya, sosial, ekonomi, dan politik. Dan, agama Katolik menerima korban kekerasan itu bukan sebagai pesakitan yang harus dijauhi, melainkan sebagai mutiara, para santa. Dalam tradisi itulah perempuan mendapat posisi sederajat, tanpa subordinasi, kekerasan, marjinalisasi, maupun ketidakadilan dalam agama. Status Sebagai Anak Perempuan 86 www. google.com 88 Tingkah laku yang pantas dilingkungan gereja Katolik dipelajari oleh seorang anak kecil yang ikut ibunya ke gereja. Ayahnya hanya hadir pada waktu hari raya, seperti Natal atau Paskah. Karena sianak masih kecil dia diperbolehkan ikut ibunya di bagian wanita, walaupun ia seorang laki-laki. Ibunya sangat aktif terlibat dalam kegiatan gereja, seperti mengikuti paduan suara, kelompok pemahaman Al-kitab, dan sebagainya. Si anak tidak pernah melihat seorang laki-laki ikut serta dalam kegiatan tersebut karena segala aktivitas diselenggarakan oleh kaum perempuan, disini terlihat adanya dunia laki-laki dan perempuan dalam tubuh gereja. Dengan demikian bahwa gereja sebagai alat sosialisasi menjadikan seorang manusia menyadari bahwa Allah tidak hanya bersifat Bapa, tetapi juga bersifat Ibu atau feminin. Anak perempuan mendapatkan hak sama dengan anak laki-laki, baik itu dari segi pendidikan, bidang pekerjaan, dan lain-lain. b.2. Status dan Peran Perempuan dalam Kehidupan Publik Perempuan karier merupakan panggilan disamping sabagai istri atau ibu, perempuan yang memiliki kemampuan bisa melaksanakan kariernya asalkan ia mampu dan tidak melalaikan kewajibannya sebagai ibu atau istri bagi mereka yang sudah menikah. Tidak ada perempuan yang hanya perempuan dengan kata lain perempuan yang hanya mengerjakan pekerjaan domestic saja tetapi ia memiliki karakter individu dan kemampuan yang sama dengan laki-laki. Dari kemampuan yang dimiliki, perempuan memperoleh posisi yang secara professional seperti dalam 89 bidang seni, buruh, pengetahuan, tehnik, dan lain-lain. Tetapi kalau melihatr dari rasa keibuan perempuan hendaknya dapat mengembangkan diri dalam bidang kedokteran; seorang perawat, pendidik, guru , pekerja social, pemerintahan, pelayan, dan sebagainya. 87 Dalam melaksanakan semua profesi diatas maka perempuan bisa bekerja lebih baik dari kaum laki-laki dan bisa juga menjadi profesi yang berlawanan dengan kodratnya sebagai perempuan, yaitu buruh pabrik, pegawai kantor, polisi, dan bekerja di laboratorium yang sangat dekat terhadap bahaya. Posisi seperti itu tidak mungkin dilaksanakan sendirian tapi harus ada orang yang bekerja dengannya, baik itu laki- laki maupun perempuan. Dengan demikian perempuan bisa memberikan dan mengembangkan segala kemampuan yang dimiliki sebagai perempuan yang akan memberikan kontribusi yang nyata terhadap orang lain seperti berkurangnya rasa perikemanusiaan dan rasa simpatik. Dengan kata lain, rasa simpatik yang ada pada diri perempuan mampu memberikan semangat kepada orang lain didalam pekerjaannya. Partisipasi kaum perempuan diberbagai profesi menjadi suatu berkat bagi perkumpulan, baik itu publik maupun pribadi. Figur Maria merupakan sosok bagi kaum perempuan karir, sebagai contoh perkawinan di Kana dimana Maria 87 Victor Situmorang, Kedudukan Wanita Di Mata Hukum Jakarta: Bina Aksara,1991,h.80 90 mengamati, menemukan, dan melaksanakan apa yang menjadi kebutuhan orang lain tanpa meminta perhatian dan penghargaan. 88 Kerja sama kaum laki-laki dan perempuan dalam profesi hidup dapat terjadi jika kedua belah pihak menyadari panggilan mereka dan mengambil kesimpulan untuk dilaksanakan. Sebagaimana sabda Tuhan: “Tuhan menciptakan umat manusia laki-laki dan perempuan dan menciptakan mereka menurut gambaranNya” Kej. 1:27. Hanya dengan bekerja sama kaum laki-laki dan perempuan merupakan panggilan perempuan karir dapat menghasilkan buah untuk mendekati Tuhan. Hanya dengan cara ini perempuan menafsirkan hal-hal duniawi dan kehidupan Ilahi. Perempuan Dalam Dunia Politik Pada abad pertengahan sampai dengan permulaan abad ke-9 kaum perempuan di dunia tidak mendapat kedudukan, hak yang layak yang dilindungi oleh undang- undang dan hukum. Dimana kaum perempuan disamakan dengan barang-barang yang hanya milik kaum laki-laki dan juga hanya sebagai pemuas nafsunya belaka. Pendidikan kaum perempuan hanya terbatas kepada hal-hal yang berhubungan dengan kerumah tanggan seperti mengurus rumah tangga, memasak, menjahit, dan mengasuh anak. Akan tetapi pada zaman modern sekarang ini, perempuan telah jauh melangkah ke depan, dimana kaum perempuan pada zaman modern ini telah mendapat kedudukan, dan hak yang layak sebagai umat manusia yang sama derajat dan martabatnya dengan kaum pria. 88 Dr. Edison R.L. Tambunan, o.carm, Perempuan menurut Pandangan Edith Stein, h.30 91 Kaum perempuan dalam dunia politik mempunyai hak pilih aktif dan pasif dalam pemilihan lembaga-lembaga. Kaum perempuan mendapat kesempatan yang sama dalam mendapatkan pekerjaan dimana saja sesuai dengan kemampuannya seperti halnya dengan kaum pria. Demikian pula dalam bidang politik, kesehatan, pendidikan, hukum, dan hak untuk bertindak dalam hukum serta dalam bidang ekonomi. Keikutsertaan perempuan dalam hukum dan pembangunan mutlak adanya tanpa mengurangi peranan perempuan menurut kodratnya sebagai pembina keluarga. Pada perempuan juga diberikan hak untuk memilih dalam semua pemilihan dan dapat dipilih umtuk pemilihan didalam badan-badan yang dipilih oleh hukum, hak memilih untuk semua referendum pemungutan suara yang terbuka bagi umum, dan hak untuk menduduki jabatan resmi dan melakukan semua tugas resmi. Hak yang demikian harus dijamin oleh hukum. 89 c.3. Status dan Peran Perempuan Dalam Kehidupan Sosial Keagamaan Sejak masa penciptaan manusia, laki-laki dan perempuan berbeda dan akan tetap demikian seterusnya. Bila ditempatkan dalam misteri paskah kristus, mereka tidak lagi melihat perbedaan sebagai sumber perselisihan untuk diatasi dengan penyangkalan atau penghapusan, melainkan lebih kepada kemungkinan kerja sama yang harus ditumbuhkembangkan dengan hormat agar timbul hubungan timbal balik dalam perbedaan itu Dalam pandangan yang seperti itu, orang mengerti bahwa tahbisan imam hanya bagi kaum pria saja tetapi itu semua tidak menghambat akses perempuan ke 89 Victor Situmorang, Kedudukan Wanita Di Mata Hukum ,h.81 92 jantung kehidupan kristiani. Perempuan dipanggil menjadi teladan yang unik dan saksi bagi semua orang kristiani, bagaimana ia bertanggung jawab dalam kasih untuk mencintai sesama. 90 Dalam Alkitab mengatakan bahwa perempuan tidak boleh ditahbiskan sebagai pendeta. Perempuan harus berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan jema’at dan tidak diizinkan mengajar atau memerintah laki-laki Kor 14:34; Tim 2:12. Jika mereka ingin mengetahui sesuatu, baiknya mereka harus menanyakan suaminya di rumah, sebab tidak sopan bagi perempuan dalam pertemuan jema’at. Dalam Konsili Vatikan II terdapat entri yang menjelaskan tentang perempuan yang didalamnya tertulis: “Saatnya akan datang, dan nyatanya sudah datang, dimana panggilan kaum wanita diakui kepenuhannya; saat dimana kaum wanita di dalam dunia ini memperoleh pengaruh, hasil, dan kuasa yang tak pernah dicapainya hingga saat ini”. 91 Itulah sebabnya pada saat ini dimana bangsa manusia tengah mengalami transformasi yang begitu mendalam, kaum wanita dengan semangat Injil dapat berbuat banyak untuk menolong manusia agar tidak jatuh. Pernyataan ini merupakan pernyataan yang cukup keras menyangkut partisipasi perempuan dalam jama’ah Gereja. Pernyataan bahwa gambar dan citra Allah bukan ditujukan untuk laki-laki saja tetapi semua manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah agar mereka saling menghormati dan menghargai sebagai 90 DOKPEN KWI, Kerja Sama Pria dan Perempuan dalam Gereja dan Dunia surat kongregasi ajaran iman kepada para uskup Gereja Katolik, h.23 91 DOKPEN KWI, Mulieris Dignitatem martabat kaum perempuan Jakarta: 1994,h. 9 93 pelayan Kristus yang sepadan, juga perempuan tetap dipanggil Allah sebagai imam dan pendeta. Relasi subordinat perempuan telah menempatkan kaum laki-laki sebagai pemimpin. Dalam kenyataan hidup, kondisi menghasilkan berbagai macam ketidakadilan gender seperti streotipe, beban ganda perempuan, marginalisasi, dan kekerasan terhadap perempuan. Ketidakadilan ini berlanjut dengan penindasan dan kekerasan karena posisi ordinat bermuatan kekerasan. 92 Relasi subordinat pun selalu bermuatan sama yaitu kekuasaan. Dimana relasi antar manusia tidak lagi menunjukkan relasi yang setara dihadapan Allah, tetapi ada kelompok yang memposisikan dirinya sebagai kelompok yang berkuasa atas kelompok lainnya. Kekuatan yang berasal dari Allah bukan untuk memelihara rahmat tetapi menjadi kutukan karena ingin menguasai sesama. 93 Pandangan Thomas Aquinas mengatakan bahwa segala urusan spiritualitas atau kehidupan beragama, laki-laki lebih baik dibantu oleh laki-laki dari pada perempuan. Perempuan masih dipandang sebagai penggoda, sebagaimana keyakinan akan turunnya Adam ke bumi. Pandangan seperti itu sangat berpengaruh terhadap dasar pandangan atas posisi Maria ibunda Yesus, yang dimuliakan melalui dogma- dogma yang bias gender. Keberadaan Maria dipertentangkan dengan kejatuhan Eva ke dalam godaan. Eva dan Maria dilihat dari sudut pandang kaum laki-laki, dengan 92 A.Nunuk.p. Murniati, Getar-getar Gender Perempuan Indonesia dalam perspektif Agama, Budaya, dan Keluarga , vol.I, h. xxiii 93 A. Nunuk.p. Murniati, Getar-getar Gender Perempuan Indonesia dalam perspektif Agama, Budaya, dan Keluarga , vol.I, h. xxiii 94 satu sisi sebagai perempuan penggoda Eva, dan disisi lain sebagai ibu Maria. Perempuan digunakan sebagai simbol perempuan yang feminin, penuh kasih sayang dan sebagai pelayan cinta. 94 Posisi dan kepemimpinan perempuan juga mempengaruhi jema’at-jema’at di Asia kecil hal ini disebabkan posisi keagamaan dan pengaruh sosial kaum perempuan di kawasan tersebut. Bahkan dibawah kepemimpinan Romawi sekalipun sangat menonjol pada bidang politik, sosial, dan keagamaan negeri tersebut. Yesus dalam susunan hirarkhi patriarkhat tidak mutlak dalam tradisinya. Hal ini dapat dilihat dari pemanggilan Yesus terhadap kaum perempuan untuk masuk dalam kelompok murid-murid-Nya, dan ia menunjukkan bahwa hirarkhi patriarkat tidak mempengaruhi Dia. Selain itu Yesus tidak mempersyaratkan akan selibat sebagai salah satu syarat yang mutlak bagi kemuridannya. 95 Gereja dalam paradigma Yudais-Kristiani sudah dapat disebut demokratis dalam arti yang sesungguhnya; suatu komunitas yang berada dalam kebebasan, kesetaraan serta persaudaraan. Berdasarkan pada paradigma yang demokratis ini gereja dalam komunitas Yudais-Kristiani bukan institusi kekuasaan tidak juga merupakan sesuatu inkusisi 96 agung, melainkan sebuah komunitas yang anggota- anggotanya bebas, tidak ada perbedaan ras, kelas, kasta, serta pelayanan tetapi suatu 94 A. Nunuk.p. Murniati, Getar-getar Gender Perempuan Indonesia dalam perspektif Agama, Budaya, dan Keluarga , vol.I, h. xxv 95 A. Heuken, Ensiklopedi Gereja II, Jakarta: Cipta Loka Caraka, 1992,h. 102 96 Inkuisisi adalah suatu pengadilan yang dibentuk oleh gereja untuk menyelidiki pernyataan iman para anggotanya sesuai dengan ajaran gereja 95 komunitas yang memiliki prinsip dasar kesetaraan dimana semua orang adalah saudara satu terhadap yang lain. Kehidupan Sosial Perempuan mampu melaksanakan berbagai kegiatan asalkan mereka mampu dan tidak melalaikan kewajibannya sebagai ibuistri bagi yang menikah. Partisipasi perempuan dalam berbagai profesi merupakan suatu berkat bagi perkumpulan baik itu pribadi maupun publik. Para perempuan dalam hal ini, mereka menjalankan program katekese- katekese di paroki-paroki, mereka juga mengajar teologi di universitas-universitas, sekolah tinggi, seminari-seminari, dan mereka juga dipercaya memberikan bimbingan rohani. Pada tahun 1994, sesudah kongregasi untuk ibadat pada akhirnya memutuskan bahwa perempuan dapat membantu Misa sebagai putri altar. Para perempuan juga banyak yang berperan sebagai administrator di paroki-paroki yang tidak mempunyai imam yang menetap. Peran mereka juga meliputi tugas pastoral. 97 Fakta yang banyak diketahui tentang perempuan dalam kehidupan sosial yaitu; bahwa perempuan bertindak sebagai pelayan Rm 16:1; sebagai tuan rumah untuk berkumpulnya umat lokal Kol 4:15; sebagai suami yang berkeliling dan istri menjadi rekan sekerjapenginjil Rm 16:3-5; 1Kor 16:19; menjalankan peran profetis 97 Thomas. P. Rausch, Katolisisme teologi bagi kaum awam h. 350 96 dalam kumpulan umat 1Kor 11:5; atau para perempuan juga sangat menonjol dikalangan para rasul Rm 16:7. 98 Dalam surat kepada jema’at Gal Santo Paulus memproklamasikan kemerdekaan bagi umat manusia dengan rumusan yang besar: “Dalam hal ini tak ada orang Yahudi atau Yunani, tak ada hamba atau orang merdeka, tak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu dalam Kristus Yesus”. 99 Di dalam gereja perempuan termasuk biarawati diberi kompensasi yang adil atas pekerjaan mereka. Gereja juga mendukung dan memberikan kesempatan kepada perempuan yang memungkinkan mereka belajar teologi seperti beasiswa, fasilitas pengasuhan anak bagi mahasiswi yang memiliki anak, pemberian kursus-kursus paruh waktu dengan jadwal yang disesuaikan dengan kondisi perempuan serta mudah di jangkau. 100 Teologi perempuan juga sudah mulai diperkenalkan di seminari- seminari dan pusat-pusat pendidikan bagi para calon imam Dari buku kumpulan Dokumen Ajaran Sosial Gereja tahun 1891-1991dari Rerum Novarum sampai kontesimus Annus, ditemukan beberapa entry mengenai perempuan, antara lain: 101 98 Thomas. P. Rausch, Katolisisme teologi bagi kaum awam h. 348 99 Perjanjian Baru, Lembaga Al-kitab Indonesia, lih. Gal 3:28 100 Iswanti, Kodrat Yang Bergerak gambar, peran, dan kedudukan perempuan dalam gereja Katolik, Yogyakarta: Kanisius, 2003, h.31 101 Iswanti, Kodrat Yang Bergerak gambar, peran, dan kedudukan perempuan dalam gereja Katolik h.27 97 • Perempuan dan Kerja Rerum Novarum 43; Laborem Exercens 19,4; Centesimus Annus 7,1; 33,4 • Undang-undang bagi kaum perempuan Ogtogesima Adveniens 13,2 • Peranan Perempuan Quadragesimo Anno 71, Ogtogesima Adveniens 13,2 • Perempuan dan keluarga Sollicitudo Rei Sicialis 25 102 Fakta ini menunjukkan bahwa semakin besarnya perhatian gereja Katolik pada masalah perempuan khususnya ditingkat lokal yang langsung hidup berdampingan dengan situasi dan kondisi nyata terhadap perempuan. Semakin banyak perempuan yang berfikir kritis dan maju, yang terlibat sedemikian luas di luar Gereja Katolik dan dapat diandalkan, tetapi ketika harus berhadapan dengan system hirarkhi gereja Katolik yang patriarkhis, perempuan harus surut ke belakang kembali kepada warga kelas dua. Di dunia barat mulai ada tuntutan agar perempuan diijinkan menjadi imam atau pastor, tetapi ditolak oleh ptmpinan tertinggi demi nilai sejarah Gereja Katolik. Tuntutan perempuan menjadi imam memang hampir mustahil terjadi di Indonesia, apalagi jawa yang sangat kental budaya patriarkhi. Tetapi bila direnungkan, perempuan yang menuntut itu bukan semata-mata demi ambisi atau nafsu untuk bekuasa, tuntutan itu lebih merupakan ajakan refleksi bagi gereja terhadap nilai-nilai yang lebih luhur mengenai kesetaraan disamping nilai-nilai patriarki yang dipegang erat-erat seperti harta yang harus dipertahankan. Bukankah dalam sabda Yesus “Kerajaan Allah ada padamu, didalam 102 Ibid, h.27 98 mulutmu dan di dalam hatimu” , dapat dipastikan bahwa yang dimaksud bukan hanya mulut dan hati kaum laki-laki tapi juga perempuan. 103 Perempuan juga harus berkarya disegala bidang pekerjaan merupakan hak mutlak yang melekat pada diri perempuan sejak ia diciptakan. Apabila dalam kenyataannya hak tersebut belum diperoleh kaum perempuan, maka perempuan sendirilah orang yang paling bisa memperjuangkan dan mengembalikan hak-haknya itu. Perempuan harus mengubah posisi dari tidak berperan menjadi berperan, dari lemah menjadi kuat, dan dari tidak mampu menjadi mampu. Jadi perempuan sendiri yang harus meningkatkan kualitas dan membuktikan bahwa dirinya mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama dengan laki-laki sesuai dengan panggilan Allah. Dengan begitu, apabila perempuan ingin maju dan berperan, ia tidak perlu menunggu apalagi menuntut diberikan kesempatan dan kedudukan bagi dirinya. 104 ]rulch]fcs1 ]ag0]parPerempuan tidak perlu minta pengakuan dari pihak lain, khususnya laki- laki, karena pengakuan terhadap eksistensi perempuan akan datang dengan sendirinya seiring dengan peran perempuan yang nyata ditengah gereja dan masyarakat. Pengakuan kepada perempuan akan diberikan dengan sendirinya apabila perempuan bisa membuktikan kualitas diri. Dalam hal ini perempuan tertantang untuk berkompetisi secara positif dengan laki-laki. Kompetisi ini bukan untuk mengalahkan 103 Dr. J. B. Banawiratma SJ, Gender dalam Gereja Katolik Jakarta: Seri Forum LPPS no. 38, 1997, h. 4 104 Retnowati, Perempuan-perempuan dalam Al-kitab peran, partisipasi, dan perjuangannya, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004- i.30 99 atau merendahkan pihak lain, namun lebih pada tantangan upaya peningkatan kualitas. Dengan diterapkannya “Dasawarsa Oikumenis Gereja-gereja dalam Solidaritas dengan Perempuan” oleh Dewan Gereja-gereja se-Dunia, gereja-gereja dipanggil untuk menguji kembali struktur gereja dan mengusahakan keseimbangan dalam arti memberi peranan penuh dari seluruh anggotanya tanpa terkecuali. Masalah perempuan sudah waktunya diperhatikan secara serius. Masalah perempuan mulai diangkat dan peningkatan SDM khususnya perempuan mulai diperhatikan. 105 Sebagai gambar Allah, perempuan diciptakan sempurna. Sama baiknya dengan laki-laki. Perempuan mempunyai hak dan kesempatan yang sama. Gereja dipanggil untuk memberdayakan kemampuan dan keahlian perempuan agar semakin hari perempuan semakin berkualitas.

D. PERANAN TEOLOGI FEMINIS DALAM MENSOSIALISASIKAN IDE TENTANG