Pergerakan Perempuan dalam Agama Katolik di Barat

69 sebagai perfect society ditolak. 59

B. Pergerakan Perempuan dalam Agama Katolik di Barat

Gerakan perempuan sudah muncul sejak akhir abad ke-19 dan awal abad ke- 20. gerakan yang sudah dimulai sejak abad itu menuntut persamaan hak antara laki- laki dan perempuan dan Negara harus melindungi dan menjamin persamaan hak itu secara normal. 60 pada pertengahan abad ke-20 muncul beberapa gerakan kenabian, yakni teologi pembebasan yang memihak pada kaum miskin yang ditindas oleh tatanan ekonomi moderen, teologi feminis yang berusaha memikirkan kembali teologi melalui sudut pandang perempuan yang tertekan dan ekoteologi yang memikirkan pemeliharaan dunia ciptaan Allah. Ketiga aliran ini melawan dosa struktural, yaitu tatanan yang menindas dan memiskinkan golongan tertentu. patriarkhi ditantang karena meremehkan kaum perempuan, menggunakan alam sebagai sumber kekayaan bagi manusia yang bermodal dan berilmu. Karena itu membahayakan kelangsungan hidup generasi mendatang dan memusnahkan jenis makhluk hidup. Ketiga aliran itu saling terkait. 61 Teologi pembebasan berpijak pada kenyataan bahwa Allah memihak pada orang-orang yang tertindas dan yang dikesampingkan. Ia membebaskan sekelompok 59 DOKPEN KWI, Dokumen Konsili Vatikan II Jakarta: dokpen KWI, 1993,h. 350 60 Nunuk p. Murniati, Getar-getar Gender Perempuan Indonesia dalam Perspektif Agama, Budaya, dan Keluarga , vol.I Magelang: Yayasan Indonesia Tera, 2004,h. xxviii 61 Marie Claire Barth, Hati Allah Bagaikan Hati Seorang Ibu: pengantar teologi feminis,h. 19 70 pekerja paksa dari “rumah perbudakan di Mesir”, menjadikan mereka umt-Nya, serta mengikat perjanjian dengan mereka dan memberikan hokum kemerdekaan untuk mengatur hidup bermasyarakat mereka. Teologi feminis mencari pembebasan dan patriarkat dan menuju hubungan baru. Artinya pihak yang tadi berkuasa melepaskan tuntutan dan kesombongannya, lalu membuka diri pada pihak yang lemah. Dengan demikian dikembangkan suatu persekutuan baru diantara mitra yang sederajat sebagai sesama makhluk Allah dan saudara Yesus. Ada tiga cara menganalisis kitab suci yang ditawarkan oleh teolog perempuan Katrine Doob Sakenfeld: a Menganalisis kitab suci yang meremehkan perempuan, b Menganalisis kitab suci secara keseluruhan dan membahas pandangan kitab suci yang patriarkis, c Menganalisis perikopa tentang peranan perempuan dalam kitab suci yang hidup dalam kebudayaan patriarkhi. 62 Sesudah paro pertama abad ke-20 sebagian besar aliran utama dalam Gereja Protestan sudah mulai memutuskan untuk mendukung perempuan, bahkan banyak gerakan perempuan muncul dari kalangan Gereja-gereja tersebut. Semenjak tahun 50- an Gereja Protestan mulai menerima tahbisan perempuan. Menjelang akhir tahun 70- an, hampirr semua aliran besar dalam Gereja Protestan telah menahbiskan pendeta, imam, bahkan rabbi perempuan. Dalam kurun waktu yang sama, Gereja Katolik melalui Paus Yohanes XXIII mulai membuka jendela Vatikan dan memecah kebekuan didalamnya. Gereja merasa perlu merumuskan hubungannya dengan dunia; Gereja perlu berkomunikasi dengan 62 Nunuk p.Murniati, Getar-getar Gender Perempuan Indonesia dalam Perspektif Agama, Budaya, dan Keluarga , vol.I,h.13 71 dunia tempat dimana ia hidup. Ketika Konsili Vatikan perempuan telah siap dengan aspirasi yang ingin disampaikannya. Perempuan-perempuan Eropa mempersenjatai diri dengan argumen-argumen untuk mendobrak sidang di Vatikan. Di Amerika perempuan menikmati kebebasannya untuk menyuarakan perhatian mereka atas eksistensi perempuan dalam Konsili Vatikan II, khususnya mempertanyakan posisi perempuan dalam Gereja Katolik melalui media massa. Dua tokoh perempuan yang saat itu berpengaruh yaitu Margareth Mouley Ketua Dewan Nasional Perempuan Katolik dan Rosemary Goldie Sekretaris Eksekutif, Komite Tetap untuk kongres Apostolat Awam Internasional di Roma. Keduanya mengkritisi Gereja Katolik yang gagal mengenali bahwa perempuan adalah kekuatan inti dalam komunitas awam yang siap untuk menyumbang lebih banyak bagi Gereja, jika mereka diberi kesempatan. Akibat tekanan yang semakin gencar dari para perempuan dan teolog yang berpikir progresif, akhirnya Kardinal Leo Suenens dari Malina, Brussel yang menjadi salah satu moderator konsili dan bersimpati dengan masalah ini membuat ‘tekanan’ untuk menghadirkan perempuan dalam konsili. Uskup Agung George Hakim dari Galilea juga mengungkap hal yang sama, mengkritisi Gereja yang telah membungkam perempuan serta memberi kesan bahwa perempuan tidak eksis. Uskup Agung George Hakim juga mengingatkan kemajuan yang dicapai Gereja sebagai hasil dedikasi dan pelayanan para perempuan. Gerakan perempuan Katolik semakin besar dengan dibentuknya berbagai organisasi yang independen baik pada tingkat regional maupun internasional, seperti; St. Joans Alliance 1911, The National Council of Catholic Women 1920, The 72 Women Ordination Conference Amerika-1968, Australian Catholic Womens Movement Australia, DLL. 63 Salah satu pendiri dari organisasi ini adalah Anne Brennan. 64 Dia mempercayakan keyakinannya pada Katolik dengan terbukti menjadi Anggota Serikat Sosial Perempuan Katolik St. Joan’s Alliance, pelajaran dan tulisannya yang dipublikasikan adalah pekerja perempuan sosial dan pengganti horizon. Dialah yang mendirikan komite anggota Serikat Kerja Sosial Perempuan Katolik pada tahun 1916. Dia menjabat presiden dari 1918-1920. Ia bergabung dengan cabang utama dari Persekutuan Internsional St. Joan’s, ia menjabat presiden di kantor tersebut dari tahun 1938-1945 dan berlanjut sampai 1948 kemudian ia meninggal di tahun 1962. Anna dengan keyakinannya yang penuh ingin memajukan perempuan Katolik pada bidang sosial karena menurutnya perempuan harus bisa bangkit dan tidak harus bekerja di dalam rumah domestik. 65 The National Council of Catholic Women 1920 merupakan dewan Nasional Perempuan Katolik yang terdiri dari lima ribu anggota yang disebut organisasi 63 Iswanti, Kodrat Yang Bergerak gambar, peran, dan kedudukan perempuan dalam gereja Katolik , Yogyakarta: Kanisius, 2003, h.22 64 Anne Brennan merupakan anak ke-13 dari seorang ayah yang bernama Michael Brennan, ia seorang petani dan istrinya bernama Mary Nee Maher. Ia belajar ilmu kedokteran di universitas Melbourne pada tahun 1904 tapi ia tidak mendapat izin untuk melanjutkan karena ia gugup pada saat pebedahan. Dia memulai studinya lagi pada bidang hukum di tahun 1906, dan tamat pada 1909 di universitasnya ia menjadi anggota Princess Ida Club untuk pelajar perempuan. 65 Anna Teresa Brennan 1879-1962, Australian Dictionary of Biography, vol.7 Cartlon: Melbourne University Press; 1979. Diakses tanggal 7 september 2008 73 perempuan Katolik di Nagara Kesatuan yang mewakili seratus dari seribu perempuan Katolik. 66 Dewan Nasional Perempuan Katolik berusaha memberikan semangat kepada para anggotanya yang mayoritas perempuan, kekuatan, dan pendidikan spiritual kepada semua perempuan Katolik, kepemimpinan, dan pelayanan. Program dewan Nasional Katolik merespon nilai-nilai Injil yang dibutuhkan untuk perhimpunan dan Gereja didunia moderen. Australian Catholic Womens Movement Australia merupakan gerakan perempuan internasional dimana mereka menggambarkan spiritual dalam diri, kebudayaan, dan gerakan sosial dari perempuan di bawah agama Kristen dan komite untuk tujuan transformasi dunia sampai masyarakat keseluruhan untuk keadilan dan perdamaian. Didirikan di Sydney pada tahun 1937, awal kedatangannya pada tahun 1936 di Nazareth. Organisasi Internasional Perempuan Katolik dengan kantor pusat di Netherlands. 67 Mereka mencari arti peranan dari perempuan katolik di Gereja. Pada pandangan Sally Kennedy, seorang penemu agama dan feminisme Sydney 1985, ia menggabungkan kekuatan perasaan dari dalam diri perempuan di Gereja katolik dengan realitas perasaan perempuan yang kelihatan. Fokus utama dari konsep ini adalah mengkhususkan latihan kepemimpinan muda. Fokus pendidikan perempuan 66 http:student britanica.comcomptonsarticle-9312647National-Council-of-Catholic- Women. Diakses tanggal 7 september 2008 67 Selly Kennedy, Faith and Feminism: catholic women’s struggles for self-expression Sydney: Studies in the Christian Movement; 1985. Diakses tanggal 7 september 2008. http:www.sydney catholic.org.auworksdetails.asp?ID=80 74 dan pengembangan diri, sosial, dan analisis kebudayaan serta pengaturan aksi terhadap kerja paksa di kalangan bawah perempuan yang berpusat di Sydney dan Melbourne.

C. Pergerakan Perempuan dalam Agama Katolik di Indonesia