Teori-teori Feminisme KAJIAN TEORI

33 IV. Teori Sosio-Biologis Teori ini dikembangkan oleh Pierre van den Berghe, Lionel Tiger dan Robin Fox dan intinya bahwa semua pengaturan peran jenis kelamin tercermin dari biogram dasar yang diwarisi manusia modern dari nenek moyang primat dan hominid 43 mereka. Intensitas keunggulan laki-laki tidak saja ditentukan oleh faktor biologis tetapi elaborasi kebudayaan atas biogram manusia. Teori ini disebut bio-sosial karena melibatkan faktor biologis dan sosial dalam menjelaskan relasi gender. Biologi manusia adalah suatu komponen yang penting dalam perilaku yang berbeda antara jenis-jenis kelamin. 44 Faktor biologis dan sosial menyebabkan laki-laki lebih unggul dari perempuan. Fungsi reproduksi perempuan dianggap sebagai faktor penghambat untuk mengimbangi kekuatan dan peran laki-laki.

C. Teori-teori Feminisme

Untuk mengkaji persoalan tentang perbedaan laki-laki dan perempuan menurut pandangan para feminis, ada beberapa pandangan yang dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu: I. Feminisme Liberal Tokoh utama yang membawa aliran ini antara lain Margareth Fuller 1810-1850, Harriet Martineau 1802-1876, Anglina Grimke 1792-1873, dan 43 Manusia dari sejenis Homo sapiens. Mereka biasa dianggap sebagai salah satu spesies yang dapat bertahan hidupdalam genus Homo. Manusia biasanya menggunakan daya penggerak dua kaki yang sempurna. 44 Dr. Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur’an, cet.II, h.68 25 33 Susan Anthony 1820-1906. 45 Mereka meinginkan agar semua manusia baik laki-laki maupun perempuan hidup berdampingan, serasi, dan seimbang agar tidak terjadi penindasan antara satu dengan yang lain. Perempuan mempunyai hak yang sama dengan laki-laki. 46 Para feminis liberal meskipun menuntut persamaan hak antara laki-laki dengan perempuan tetapi mereka menolak persamaan secara menyeluruh terutama dalam hal fungsi reproduksi, aliran ini masih tetap memandang perlu adanya perbedaan antara laki-laki dengan perempuan. Kelompok ini membenarkan bahwa perempuan harus bekerja bersama laki-laki, perempuan juga harus dilibatkan dalam semua peran termasuk bekerja diluar rumah tidak saja domestik tapi juga publik. Dengan demikian tidak ada lagi jenis kelamin yang lebih dominan. Bagi kalangan feminisme liberal, mereka mengharapkan sebuah Negara untuk melindungi kebebasan sipil, misalnya saja hak kepemilikan sipil, hak memilih, hak kebebasan untuk berbicara, kebebasan untuk beragama, dan kebebasan untuk bernegara. Feminis liberal menerangkan bahwa keadilan gender menuntut kita untuk membuat aturan permainan yang adil dan memastikan tidak satu pun dari semua kebaikan bagi masyarakat dirugikan secara sistematis, keadilan gender tidak 45 Dr. Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur’an, cet.II, h.64 46 Rosemarie Putnam Tong, Feminist Thought pengantar paling komprehensif kepada arus utama pemikiran feminis , cet.II, Jalasutra, Yogyakarta:1998, h.2 26 33 menuntut kita untuk memberikan argumen yang kalah ataupun yang menang. 47 Feminis liberal mendapat pengaruh dari pemikiran Harriet Taylor dalam karyanya yang berjudul The Enfranchisement dan John Stuart Mill dalam karyanya yang berjudul The Subjection of Women 1869. Mill dalam teorinya membela hak pilih terhadap perempuan, hak perempuan sama dengan hak anak- anak mereka; persamaan dihadapan hukum, dan hak bagi perempuan menikah untuk mengontrol dan mengelola kekayaan mereka sendiri. 48 Perjuangan yang dilakukan oleh feminisme liberal adalah membebaskan perempuan dari penindasan peranan gender, yaitu peranan yang diberikan kepada perempuan karena berdasarkan jenis kelaminnya. 49 Sedangkan agenda dari kaum feminisme liberal adalah memperjuangkan hak-hak perempuan di bidang politik, pendidikan, kerja, dan ini ditempuh melalui jalur hukum dengan memperbaharui sistem yang ada. Agar perempuan teremansipasi dan terbebaskan dari keterkungkungan sosial, kalangan feminisme juga menganjurkan untuk mempraktekkan androgini di dalam diri perempuan dan laki-laki. II. Feminisme Marxis-Sosialis Aliran ini mulai berkembang pesat di Jerman dan di Rusia yang dipelopori oleh Clara Zetkin 1857-1933 dan Rosa Luxemburg 1871-1919. 50 Para feminis meinginkan agar struktur kelas dalam masyarakat berdasarkan jenis kelamin dihilangkan, perbedaan peran antara laki-laki dan 47 Rosemarie Putnam Tong, Feminist Thought pengantar paling komprehensif kepada arus utama pemikiran feminis , cet.II, h.3 48 Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pengantar Kajian Gender, h.96 49 Gadis, Arivia, Filsafat Berperspektif Feminis Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, 2003,h. 99 50 Dr. Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur’an, cet.II, h.65 27 33 perempuan lebih disebabkan oleh factor budaya alam. Aliran ini juga menolak anggapan tradisional yang mengatakan bahwa perbedaan antara laki-laki dan perempuan karena factor biologis dan latar belakang sejarah. Feminis Marxis-sosialis beranggapan bahwa untuk mencapai kebebasan sejati dalam masyarakat ditentukan berdasarkan kelas. Semua aturan sosial dalam masyarakat yang lebih besar menguntungkan laki-laki dari pada perempuan. Feminis marxis berpendapat bahwa ketertinggalan perempuan bukan disebabkan oleh tindakan individu secara sengaja, tetapi akibat dari struktur sosial, politik, dan ekonomi, yang erat kaitannya dengan sistem kapitalisme. Menurut mereka, tidak mungkin perempuan dapat memperoleh kesempatan yang sama seperti laki- laki jika mereka masih tetap hidup dalam masyarakat berkelas. 51 Hampir sama dengan teori konflik, kelompok ini menganggap bahwa posisi inferior perempuan berkaitan dengan struktur dan keluarga dalam masyarakat kapitalis. Istri mempunyai ketergantungan lebih tinggi pada suami dari pada sebaliknya. Perempuan senantiasa mencemaskan keamanan ekonominya karenanya mereka memberikan dukungan kekuasaan kepada suaminya. Bedanya dengan teori konflik, teori ini tidak terlalu menekankan factor kepemilikan harta pribadi seperti halnya dalam teori konflik tetapi teori ini lebih menyoroti factor seksualitas dan gender dalam kerangka dasar ideologinya. III. Feminisme Radikal Aliran ini muncul di permulaan abad ke-19 dengan mengangkat isu besar yaitu menggugat semua lembaga patriarki yang dinilai merugikan perempuan dan 51 Dr. Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur’an, cet.II, h.66 28 33 jelas-jelas menguntungkan laki-laki. Pergerakan feminisme radikal juga memfokuskan diri pada akar permasalahan mengenai ketertindasan perempuan. Mereka melihat bahwa walaupun sudah reformasi sistem melalui jalur hukum sudah diupayakan oleh kalangan feminis liberal, tetapi tetap saja perempuan masih tertindas. Kaum feminis radikal mencurigai akan adanya pemisahan antara ranah publik dan ranah privat yang menyebabkan perempuan mengalami ketertindasan karena mereka menganggap perempuan hanya di ranah privat domestik bukan publik. Kaum feminis radikal tidak hanya menuntut persamaan hak antara laki- laki dan perempuan, mereka juga menuntut persamaan seks dalam arti kepuasan seksual yang bisa diperoleh dari sesama perempuan sehingga mentolerir praktek lesbian. 52 Persamaan secara total pada akhirnya akan menempatkan dan merugikan perempuan itu sendiri, laki-laki yang tanpa beban organ reproduksi secara umum akan sulit diimbangi oleh perempuan. Feminis radikal lebih ekstrim dari feminis liberal. Mereka beranggapan bahwa sistem patriarki ditandai dengan kuasa, dominasi, hirarki, dan kompetisi. Sistem patriarki harus dibentuk ulang, dicabut dari akar dan cabang-cabangnya guna memberikan jalan bagi pembebasan perempuan lewat lembaga sosial dan kultural terutama keluarga, gereja, dan akademis. Feminis radikal dibagi menjadi dua aliran, yaitu; a Feminis radikal-libertarian, yang beranggapan bahwa feminis radikal berfokus pada seks, gender, dan reproduksi. Mereka lebih cenderung 52 Rosemarie Putnam Tong, Feminist Thought pengantar paling komprehensif kepada arus utama pemikiran feminis , cet.II, h.4 29 33 pada androgini yang melegalkan semua jenis hubungan seks seperti; heteroseksual, lesbian, dsb, dan memandang teknologi pembantu reproduksi merupakan hal yang mutlak bagi perempuan. Mereka juga beranggapan bahwa setiap perempuan harus didorong untuk bereksperimen secara seksual dengan dirinya sendiri, dengan perempuan lain, dan juga dengan laki-laki. Ia harus merasa bebas untuk mengikuti apapun hasrat dirinya itu. Mereka mengklaim bahwa menjadi ibu biologis memeras perempuan baik secara fisik maupun psikologis. 53 Menurut mereka, perempuan harus bebas untuk menggunakan teknologi lama pengendali reproduksi, dan juga teknologi baru pembantu reproduksi sesuai dengan keinginannya. Hal tersebut untuk mencegah atau menghentikan kehamilan yang tidak diinginkan atau sebaliknya untuk memungkinkan mereka memilki anak ketika mereka menginginkannya sebelum atau sesuadah menopause, cara mereka menginginkannya dalam rahim sendiri atau dalam rahim perempuan lain, dan dengan siapa mereka meinginkannya. b Feminis radikal-kultural, mereka menolak androgini yang mereka anggap sebagai sesuatu yang berbahaya bagi perempuan. Para feminis radikal kultural tidak setuju jika pornografi, prostitusi, pelecehan seksual, perkosaan, kekerasan terhadap perempuan, laki-laki mengendalikan seksualitas perempuan untuk kenikmatan laki-laki. 53 Rosemarie Putnam Tong, Feminist Thought pengantar paling komprehensif kepada arus utama pemikiran feminis , cet.II, h.5 30 33 Untuk menjadi bebas perempuan harus melepaskan diri dari pembatasan heteroseksual dengan menciptakan seksualitas perempuan yang eksklusif melalui selibat, lesbianisme, sendiri atau bersama dengan perempuan lain, seorang perempuan dapat menemukan kenikmatan seksual yang sesungguhnya. 54 Mereka mengklaim bahwa menjadi ibu biologis merupakan sumber kekuatan paripurna perempuan. Perempuan yang menentukan apakah suatu spesies akan hidup berlanjut atau tidak. Perempuan harus melindungi dan memberikan kekuatan hidup karena tanpa itu laki-laki tidak akan menghargai perempuan dan semakin tidak melihat manfaat perempuan seperti yang ada sekarang. Perjuangan feminis radikal adalah memperjuangkan isu-isu kesehatan. Kalangan feminis radikal berupaya mempelopori argumentasi aborsi dan penggunaan alat kontrasepsi yang aman. “hak untuk memilih” adalah slogan yang dilontarkan untuk iso aborsi. 55 Hak bagi setiap perempuan untuk menentukan apakah ia ingin mempunyai anak atau tidak. Salah usaha yang ingin disadarkan oleh kalangan feminis radikal adalah tubuh perempuan adalah milik perempuan. Menurut mereka, keputusan tersebut berada di tangan perempuan yang memiliki badannya sendiri, dan bukannya di tangan dokter, hakim atau rohaniawan. Apabila kita berfikir tentang watak perempuan dalam diri Allah, pusat perhatian tidak hanya pada segi-segi melahirkan, mengasuh, dan berbelas kasih 54 Rosemarie Putnam Tong, Feminist Thought pengantar paling komprehensif kepada arus utama pemikiran feminis , cet.II, h.6 55 Gadis Arivia, Filsafat Berperspektif Feminis, h. 101 31 33 tetapi juga pada daya kekuatan yang menciptakan dan menyelamatkan. Hal ini mungkin sesuai dengan beberapa refleksi dewasa ini tentang roh sebagai watak perempuan dalam diri Allah. Hal ini juga berkaitan dengan gagasan tentang roh sebagai yang imanen intim bila dibandingkan dengan Bapa sebagai yang transenden. Peranan roh dalam penjelmaan kuasa Allah yang meliputi Maria, kerapkali dilihat bersifat laki-laki. Berkenaan dengan Yesus, bagi perempuan yang menderita mengidentifikasikan Yesus sebagai yang menderita dan melihat penderitaan dan ketertindasan mereka banyak mempunyai nilai penebusan dalam persatuan dengan penderitaan Yesus. Beberapa orang memusatkan perhatian pada ketuhanan Yesus yang menaklukkan setiap bentuk dominasi, termasuk dominasi laki-laki. Beberapa orang lagi melihat sifat-sifat seperti asih-asuh dan belas kasih dalam hidup dan mukjizat-mukjizat Yesus. Dan beberapa orang yang lain lagi menggunakan bahasa yang lebih bersifat simbolis untuk melihat Yesus sebagai ibu atau terkasih. 32 33

BAB III SEKILAS TENTANG AGAMA KATOLIK