11
UIN Syarif Hidayatullah
yang sesuai. Karena akan digunakan untuk sediaan oral, maka digunakan air yang bebas mineral, partikel dan mikroba Rowey,
Sheskey dan Owen, 2006.
2.4. Evaluasi Sediaan Emulsi
Evaluasi sediaan emulsi ini dilakukan untuk mengetahui kestabilan dari suatu sediaan emulsi dalam jangka waktu penyimpanan tertentu.
Evaluasi sediaan emulsi ini dilakukan melalui pengamatan organoleptis bau, warna, pengamatan secara fisik viskositas, diameter globul rata-
rata, pH, dan volume creaming, serta pengamatan secara kimia degradasi zat aktif Martin, et al., 1993; Ansel, 2008; Lachman, et al., 1994.
2.5. Penguraian dan Penstabilan Bahan Obat
Kebanyakan penguraian bahan farmasi dapat digolongkan sebagai hidrolisis atau oksidasi. Kebanyakan obat mengandung lebih dari satu
gugus fungsional, dan obat ini mungkin bisa terhidrolisis dan teroksidasi bersama-sama. Reaksi lain seperti isomerisasi, epimerasi, dan fotolisis
juga dapat mempengaruhi kestabilan obat dalam berbagai produk cairan, padatan, dan semisolid Martin, et al., 1993.
2.5.1. Reaksi Hidrolisis
Obat dengan gugus fungsi seperti eter, amine, keton, ester, amida, lakton atau laktam secara umum dapat mengalami degradasi yang
disebabkan hidrolisis. Air memiliki peran penting dalam terjadinya reaksi hidrolisis. Hal ini disebabkan karena air berperan sebagai media terjadinya
interaksi Fathima, et al., 2011; Niazi, 2007. Reaksi hidrolisis adalah reaksi penguraian garam oleh air atau reaksi ion-ion garam dengan air.
Garam-garam yang berasal dari asam lemah atau basa lemah atau keduanya akan terurai dalam air membentuk asam bebas dan basa bebas.
Reaksi salah satu atau kedua ion larutan garam dengan air menyebabkan perubahan konsentrasi ion H
+
maupun ion OH
-
dalam larutan. Akibatnya, larutan garam dapat bersifat asam, basa, maupun netral. Dalam penguraian
garam dapat terjadi beberapa kemungkinan: Hardjono, 2005 1.
Ion garam bereaksi dengan air menghasilkan ion H
+
, sehingga menyebabkan [H
+
] dalam air bertambah mengakibatkan [H
+
] [OH
-
] dan larutan bersifat asam.
12
UIN Syarif Hidayatullah
2. Ion garam bereaksi dengan air menghasilkan ion OH
-
, sehingga menyebabkan [H
+
] [OH
-
] dan larutan bersifat basa.
3. Ion garam tidak dengan air sehingga [H
+
] dalam air akan tetap sama dengan [OH
-
] dan air akan tetap netral pH=7. Contoh: HCl + NH4OH
NH4
+
+ Cl
-
+ H2O
2.5.2. Reaksi Oksidasi Reaksi dekomposisi pada larutan obat yang umum terjadi pada
senyawa selain hidrolisis adalah oksidasi. Reaksi oksidasi dapat dipandang sebagai reaksi pengikatan oksigen oleh suatu zat. Hal ini
berdasarkan kenyataan bahwa pada reaksi terjadi pengikatan oksigen oleh reaktan. Jadi pada reaksi ini terjadi pengikatan oksigen oleh salah
satu reaktan. Atau salah satu reaktan adalah oksigen. Reduksi merupakan
penambahan elektron pada molekul dan oksidasi merupakan pelepasan elektron dari molekul. Dalam kimia organik, oksidasi sering dianggap
sinonim dengan lepasnya hidrogen dehidrogenasi. Bila suatu reaksi
melibatkan molekul oksigen biasanya disebut autooksidasi karena
biasanya terjadi secara spontan dalam keadaan normal. Oksidasi sering melibatkan radikal bebas dan yang diikuti reaksi-reaksi berantai. Radikal
bebas adalah molekulatom yang mengandung satu atau lebih elektron
tidak berpasangan seperti R, hidroksil bebas OH, dan molekul oksigen O-
O. Radikal ini cenderung untuk menarik elektron dari zat lain sehingga
terjadi oksidasi. Dalam kebanyakan reaksi oksidasi, laju reaksi
berbanding lurus dengan konsentrasi dari molekul pengoksidasi tetapi mungkin tidak bergantung pada konsentrasi oksigen. Reaksi ini biasanya
dikatalisis oleh oksigen, logam berat, dan peroksida organik. Obat dengan gugus fungsi aldehid, alkohol, fenol, alkaloid, atau yang
mengandung minyak dan lemak tak jenuh mudah mengalami reaksi oksidasi ini Martin, et al., 1993; Fathima, et al., 2011; Niazi, 2007.
2.5.3. Reaksi Isomerisasi Reaksi isomerisasi merupakan proses kimia dari suatu senyawa
yang berubah menjadi bentuk senyawa isomer lainnya namun tetap
13
UIN Syarif Hidayatullah memiliki komposisi kimia yang sama dengan senyawa asalnya hanya
memiliki perbedaan pada struktur atau konfigurasi sehingga memiliki
sifat fisika dan kimia yang berbeda juga dengan senyawa asalnya. Senyawa isomer yang terbentuk ini mungkin juga memiliki sifat
farmakologi atau toksikologi yang berbeda Fathima, et al., 2011.
Reaksi isomerisasi terhadap ikatan rangkap umumnya dikatalisis oleh basa kuat seperti KOH atau NaOH dalam metanol. Selain dengan basa
kuat isomerisasi juga dapat berlangsung dengan baik di bawah pengaruh gelombang mikro microwave Sitorus, 2009.
2.6. Stabilitas Sediaan Emulsi
Stabilitas merupakan suatu kemampuan produk obat atau kosmetik agar dapat mempertahankan spesifikasi yang diterapkan sepanjang periode
penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin identitas, kekuatan, kualitas, dan kemurnian produk Djajadisastra, 2004. Stabilitas sebuah
emulsi adalah sifat emulsi untuk mempertahankan distribusi halus dan teratur dari fase terdispersi yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang
Voight, 1995. Begitupun tanpa adanya koalesen dari fase intern, creaming, serta terjaganya rupa yang baik, bau dan warnanya Anief,
1999. Kestabilan dari emulsi farmasi berciri tidak adanya penggabungan fase dalam, tidak adanya creaming, dan memberikan penampilan, bau,
warna, dan sifat-sifat fisik lainnya yang baik Martin, et al., 1993. Beberapa fenomena yang menjadi parameter dalam menentukan
ketidakstabilan fisik dalam emulsi yaitu: a.
Creaming Creaming
merupakan peristiwa pembentukan agregat dari bulatan fase dalam yang memiliki kecenderungan yang lebih besar
untuk naik ke permukaan emulsi atau jatuh ke dasar emulsi tersebut daripada partikel-partikelnya sendiri Martin, et al., 1993.
b. Koalesen
Koalesen merupakan proses penipisan atau terganggunya lapisan film antardroplet sehingga menyebabkan adanya fusi dari
dua atau lebih droplet yang ukurannya menjadi lebih besar dari ukuran semula Wiley, et al., 2013.