2
UIN Syarif Hidayatullah
BHT merupakan antioksidan sintetik yang sering digunakan untuk sediaan farmasi. Selain memiliki aktifitas yang baik terhadap radikal, BHT
juga mempunyai kelarutan yang baik dalam minyaklemak, serta cukup tahan terhadap proses pemanasan. Karena itu BHT memiliki potensi yang
sangat besar sebagai salah satu alternatif antioksidan yang digunakan untuk memperbaiki stabilitas emulsi MBJH Herawati, et, al., 2006.
Formulasi emulsi dari berbagai jenis bahan alami telah dibuat dan digunakan dalam industri makanan, farmasi, dan kosmetik. Ada berbagai
bahan yang ditambahkan untuk meningkatkan nilai gizi maupun sifat fisikokimia dari sediaan yang dibuat. Bahan tambahan ini terkadang
mengalami degradasi secara perlahan dan bahkan bisa sampai menghilangkan aktivitasnya sebagai antioksidan karena mengalami
oksidasi, bereaksi dengan komponen yang ada dalam sistem sehingga dapat membatasi bioavailibilitas, atau mengubah warna dan rasa produk,
dimana hal ini akan mempengaruhi keamanan dan efektivitas dari sediaan yang dibuat Achouri, Zamani, and Boye, 2012.
Pada penelitian sebelumnya telah dibuat emulsi MBJH, tetapi kurang stabil secara kimia ditandai dengan berkurangnya kadar
thymoquinone yang merupakan komponen utama minyak atsiri dalam
MBJH. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dibuat emulsi MBJH yang dimodifikasi dengan penambahan antioksidan BHT.
Formula yang digunakan adalah MBJH 10 Handbook of Herbs and Spices, tragakan 1,5 optimasi Nabiela, 2013, sukrosa 25
optimasi Indayanti, 2014, natrium benzoat 0,10 optimasi Indayanti, 2014, BHT 0,02 optimasi Herawati, et, al., 2006 dan aquadest ad
100. Penyimpanan dilakukan selama 21 hari Baby, et al., 2007.
1.2. Batasan Masalah
Dalam penelitian uji stabilitas fisik dan komponen senyawa pada emulsi MBJH Nigella sativa L. tipe minyak dalam air menggunakan
GCMS ini masalah dibatasi pada evaluasi stabilitas fisik dan komponen kimia senyawa pada MBJH setelah diformulasi menjadi emulsi tipe
minyak dalam air dengan penambahan antioksidan BHT sebelum dan setelah penyimpanan selama 21 hari pada suhu ruang.
3
UIN Syarif Hidayatullah 1.3.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana stabilitas fisik emulsi MBJH tipe minyak dalam air
dengan antioksidan BHT 0,02 dalam penyimpanan selama 21 hari dan perbandingannya dengan emulsi MBJH tanpa antioksidan
BHT? 2.
Bagaimana stabilitas komponen kimia penyusun minyak atsiri biji jinten hitam dalam formulasi emulsi tipe minyak dalam air dengan
antioksidan BHT 0,02 dalam penyimpanan selama 21 hari dan perbandingannya dengan emulsi MBJH tanpa antioksidan BHT?
1.4. Tujuan Penelitian
1. Untuk menguji stabilitas fisik emulsi MBJH tipe minyak dalam air
dengan antioksidan BHT 0,02 dalam penyimpanan selama 21 hari dan membandingkannya dengan emulsi MBJH tanpa
antioksidan BHT. 2.
Untuk menguji stabilitas komponen kimia penyusun minyak atsiri biji jinten hitam dalam formulasi emulsi tipe minyak dalam air
dengan antioksidan BHT 0,02 dalam penyimpanan selama 21 hari dan membandingkannya dengan emulsi MBJH tanpa
antioksidan BHT.
1.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah mengetahui stabilitas senyawa aktif yang terkandung di dalam MBJH dengan penambahan
antioksidan BHT sebelum dan setelah penyimpanan selama 21 hari pada suhu ruang.
4
UIN Syarif Hidayatullah BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Emulsi
Emulsi adalah suatu dispersi di mana fase terdispersi terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang
tidak bercampur. Dalam batasan emulsi, fase terdispersi dianggap sebagai fase dalam dan medium dispersi sebagai fase luar atau fase kontinu.
Emulsi yang mempunyai fase dalam minyak dan fase luar air disebut emulsi minyak dalam air dan biasanya diberi tanda sebagai emulsi “ma”.
Sebaliknya emulsi yang mempunyai fase dalam air dan fase luar minyak disebut emulsi air dalam minyak dan dikenal sebagai emulsi “am”.
Umumnya untuk membuat suatu emulsi yang stabil, perlu fase ketiga atau bagian ketiga dari emulsi, yakni zat pengemulsi emulsifying agent
Ansel, 2008. Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya
terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang mencegah
koalesensi, yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah. Bahan pengemulsi
surfaktan menstabilkan dengan cara menempati antar permukaan antara tetesan dan fase eksternal, dan dengan membuat batas fisik di sekeliling
partikel yang akan berkoalesensi. Surfaktan juga mengurangi tegangan antar permukaan antara fase, sehingga meningkatkan proses emulsifikasi
selama pencampuran FI IV. Semua emulsi memerlukan bahan antimikroba karena fase air
mempermudah pertumbuhan mikroorganisme. Adanya pengawet sangat penting dalam emulsi minyak dalam air karena kontaminasi fase eksternal
mudah terjadi. Karena jamur dan ragi lebih sering ditemukan daripada bakteri, lebih diperlukan yang bersifat fungistatik dan bakteriostatik.
Bakteri ternyata dapat menguraikan bahan pengemulsi non ionik dan anionik, gliserin, dan sejumlah bahan penstabil alam seperti tragakan dan
gom guar FI IV.
5
UIN Syarif Hidayatullah
Kesulitan muncul pada pengawetan sistem emulsi, sebagai akibat memisahnya bahan antimikroba dari fase air yang sangat memerlukannya,
atau terjadinya kompleksasi dengan bahan pengemulsi yang akan mengurangi efektivitas. Karena itu, efektivitas sistem pengawetan harus
selalu diuji pada sediaan akhir. Pengawet yang biasa digunakan dalam emulsi adalah metil-, etil-, propil-, dan butil-paraben, asam benzoat, dan
senyawa amonium kuartener FI IV.
Secara farmasetik, proses emulsifikasi memungkinkan ahli farmasi dapat membuat suatu preparat yang stabil dan rata dari campuran dua
cairan yang saling tidak bisa bercampur. Dalam hal ini obat diberikan dalam bentuk bola-bola kecil bukan dalam bulk. Untuk emulsi yang
diberikan secara oral, tipe emulsi minyak dalam air memungkinkan pemberian obat yang harus dimakan tersebut mempunyai rasa yang lebih
enak walaupun yang diberikan sebenarnya minyak yang tidak enak rasanya, dengan menambahkan pemanis dan pemberi rasa pada pembawa
airnya, sehingga mudah dimakan dan ditelan sampai ke lambung. Ukuran partikel yang diperkecil dari bola-bola minyak dapat mempertahankan
minyak tersebut agar lebih dapat dicernakan dan lebih mudah diabsorpsi, atau jika bukan dimaksudkan untuk itu, tugasnya juga akan lebih efektif,
misalnya meningkatkan efikasi minyak mineral sebagai katartik bila diberikan dalam bentuk emulsi Ansel, 2008.
2.2. Teori Emulsifikasi