7
UIN Syarif Hidayatullah
dalam air adalah penting dan umumnya terdapat dalam praktik Ansel, 2008.
Teori plastik atau teori antarmuka menempatkan zat pengemulsi pada antarmuka antara minyak dan air, mengelilingi tetesan fase dalam
sebagai suatu lapisan tipis atau film yang diadsorpsi pada permukaan dari tetesan tersebut. Lapisan tersebut mencegah kontak dan bersatunya fase
terdispersi; makin kuat dan makin lunak lapisan tersebut, akan makin besar dan makin stabil emulsinya. Sudah tentu, cukupnya bahan yang
membentuk lapisan tersebut juga penting untuk melindungi seluruh permukaan dari tiap tetesan fase dalam Ansel, 2008.
Dalam kenyataannya, tidak mungkin bahwa suatu teori emulsifikasi tunggal bisa digunakan untuk menerangkan cara dari
kebanyakan zat pengemulsi yang beraneka ragam dalam membentuk tipe emulsi dan stabilitasnya. Biasanya dalam suatu sistem emulsi tertentu
lebih dari suatu teori emulsifikasi dapat diterapkan dan berperan dalam menjelaskan pembentukan dan stabilitas emulsi tersebut. Misalnya
tegangan antarmuka penting dalam pembentukan awal dari suatu emulsi, tetapi pembentukan suatu baji pelindung dari molekul-molekul atau film
dari zat pengemulsi penting untuk stabilitas emulsi selanjutnya. Tidak disangsikan zat-zat pengemulsi tertentu sanggup melaksanakan kedua
tugas tersebut Ansel, 2008.
2.3. Komponen Pembentuk Emulsi
Komponen pembentuk emulsi secara umum yaitu: a.
Fase Minyak Secara umum fase minyak dari emulsi merupakan suatu zat
aktif yang memiliki aktivitas farmakologi. Parafin cair, minyak castor, minyak ikan, minyak wijen merupakan contoh minyak yang
biasa diformulasi menjadi emulsi untuk sediaan oral. Minyak biji kapas, minyak kacang kedelai, dan minyak safflower biasa
digunakan sebagai emulsi untuk penggunaan infus. Minyak turpentine dan benzyl benzoate biasa diformulasi emulsi untuk
penggunaan eksternal Aulton and Taylor, 2001.
8
UIN Syarif Hidayatullah
b. Fase Air
Fase air atau pelarut yang digunakan dalam pembuatan emulsi adalah aquademineralisata. Aqua demineralisata ini
diperoleh dengan cara penyulingan, pertukaran ion, osmosis terbalik, atau cara lain yang sesuai. Air yang digunakan harus
bebas mineral, partikel, dan mikroba Rowey, Sheskey dan Owen, 2006.
c. Emulsifying Agent
Emulgator Dalam membentuk emulsi yang stabil bahan pembentuk
emulsi ini bekerja dengan menurunkan tegangan permukaan antara fase minyak dan air atau merusak lapisan yang mengelilingi globul
emulsi Silva, et al., 2011. Bahan pengemulsi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tragakan. Tragakan 1,5 dipilih karena merupakan emulgator alam dan berdasarkan penelitian sebelumnya dihasilkan
emulsi dengan viskositas yang paling baik Nabiela, 2013. Tragakan tidak larut dalam air, etanol 95, dan pelarut organik
lain. Meskipun tidak larut dalam air namun tragakan dapat mengembang 10 atau 20 kali dari beratnya baik di dalam air panas
ataupun air dingin Rowey, Sheskey dan Owen, 2006; Anief, 2006.
Data praformulasi dari tragakan yaitu: HOPE, 6th Edition Sinonim
:gum tragacanth, tragacantha Organoleptis
:serbuk, berwarna putih hingga kekuningan,
tidak berbau.
Membentuk lapisan transparan Kelarutan
:praktis tidak larut dalam air, ethanol 95, dan pelarut organik
lain. Bisa mengembang dengan cepat dengan sepuluh kali beratnya
dalam air baik air panas atau dingin Keasaman-kebasaan
: pH 5-6 pada larutan terdispersi 1 wv
Nilai keasaman : 2-5
9
UIN Syarif Hidayatullah
Kandungan air : 15 ww
Manfaat penggunaan :agen pensuspensi, agen peningkat
viskositas Stabilitas dan penyimpanan
:stabil pada pH 4-8 dan pada wadah tertutup rapat dengan kondisi sejuk
dan kering Inkompatibilitas
:menurunkan efek sebagai pengawet pada
benzalkonium klorida,
klorbutanol, dan methylparaben Selain tragakan, zat pengemulsi dan penstabil untuk sistem farmasi
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Zat Pengemulsi dan Penstabil [sumber: Ansel, 2008]
Jenis Zat Pengemulsi Contoh
1. Bahan-bahan karbohidrat
Akasia gom, tragakan, agar, kondrus
2. Zat-zat protein
Gelatin, kuning telur, dan kasein 3.
Alkohol dengan bobot molekul tinggi
Stearil alkohol, setil alkohol, dan gliseril monostearat
4. Zat-zat pembasah, yang bisa
bersifat kationik, anionik, dan nonionik.
Kationik: benzalkonium klorida Nonionik: ester-ester sorbitan dan
turunan polietilen
5. Zat padat yang terbagi halus
Tanah liat
koloid termasuk
bentonit, magnesium
hidroksida, dan
aluminium hidroksida
d. Pengawet
Pengawet yang digunakan kali ini adalah natrium benzoat dengan konsentrasi 0,1. Natrium benzoat dipilih sebagai
pengawet karena kompatibel dengan tragakan. Natrium benzoat larut dalam etanol 95 1:75, etanol 90 1:50, dan air pada
suhu 20
o
1:1,8 dan pada suhu 100
o
1:1,4. Natrium benzoat memiliki aktivitas sebagai bakteriostatik dan anti jamur yang
10
UIN Syarif Hidayatullah
optimal pada pH 2-5 serta pada kondisi basa hampir tidak memiliki efek Rowey, Sheskey and Owen, 2006.
Data praformulasi dari natrium benzoat yaitu: Sinonim
:sodium benzoic acid, benzoic acid sodium salt
Organoleptis :berupa serbuk, granul, atau kristal
yang sedikit higroskopis, berwarna putih, tidak berbau
Kelarutan :ethanol 95 1 in 75, ethanol 90
1 in 50, air 1 in 1,8; 1 in 1,4 at 100
o
C Keasaman-kebasaan
:pH 8 Densitas
:1,497-1,527 gcm
3
at 24
o
C Manfaat penggunaan
:pengawet, lubrikan tablet dan kapsul Stabilitas dan penyimpanan :penyimpanan pada wadah tertutup
rapat dengan kondisi sejuk dan kering Inkompatibilitas
:inkompatibel dengan
senyawa kuartener, gelatin, garam Fe, garam
kalsium, logam berat seperti merkuri, perak
e. Pemanis
Pemanis yang digunakan yaitu sukrosa. Sukrosa merupakan pemanis yang umum digunakan dalam pembuatan sediaan oral.
Sukrosa disini berfungsi untuk menutupi rasa dari sediaan yang kurang enak. Konsentrasi sukrosa sebagai pemanis pada sediaan
oral yaitu 50-67. Sukrosa praktis tidak larut dalam kloroform, larut dalam etanol 1:400, etanol 95 1:170, propan-2-ol
1:400, dan air pada suhu 20
o
C 1:0,5 dan pada suhu 100
o
C 1:0,2 Rowey, Sheskey and Owen, 2006.
f. Pelarut Aquademineralisata
Aquademineralisata adalah air murni yang diperoleh dengan cara penyulingan. Air murni dapat diperoleh dengan cara
penyulingan, pertukaran ion, osmosis terbalik, atau dengan cara
11
UIN Syarif Hidayatullah
yang sesuai. Karena akan digunakan untuk sediaan oral, maka digunakan air yang bebas mineral, partikel dan mikroba Rowey,
Sheskey dan Owen, 2006.
2.4. Evaluasi Sediaan Emulsi