24
UIN Syarif Hidayatullah
atsiri biji jinten hitam dalam bentuk minuman untuk pencegahan yang diberikan selama 5 hari 8 mgkgday p.o. terbukti dapat
melindungi mencit dari hepatotoksisitas yang diinduksi oleh CCl
4
. Efek hepatoprotektif dari TQ terhadap hepatotoksisitas yang
diinduksi oleh CCl
4
ditunjukkan oleh pencegahan yang signifikan untuk peningkatan serum ALT, AST dan LDH yang terkait dengan
penghambatan yang signifikan dalam produksi peroksida oleh lipid di hati.
c. Antikanker
Pada jurnal Hassan, et al., 2008, telah dilakukan penelitian efek thymoquinone sebagai antikanker pada sel karsinoma
hepatoseluler HepG2. Studi ini dilakukan dengan memberikan pengobatan pada sel karsinoma hepatoseluler HepG2 dengan TQ
konsentrasi bertingkat 25-400 ?M selama 12-24 jam. Kemudian kelangsungan hidup dan proliferasi dari sel uji dimonitor. Hasil
dari studi ini dapat dilihat berdasarkan data yang menunjukkan bahwa pengobatan sel dengan konsentrasi 200 ?M menghasilkan
penghambatan yang signifikandari kelangsungan hidup sel pada 12-24 jam dibandingkan dengan kontrol.
2.13. Minyak Atsiri
Minyak atsiri merupakan kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap
sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Minyak atsiri memiliki bagian
utama berupa senyawa terpenoid yang merupakan penyebab wangi, harum, atau bau yang khas pada banyak tumbuhan. Semua terpenoid
berasal dari molekul isoprena CH
2
=CCH
3
–CH=CH
2
dan kerangka karbonnya dibangun oleh penyambungan dua atau lebih satuan C
5
ini. Terpenoid terdiri atas beberapa macam senyawa, mulai dari komponen
minyak atsiri, yaitu monoterpena dan seskuiterpena yang mudah menguap C
10
dan C
15
, diterpena yang lebih sukar menguap C
20
, sampai ke senyawa yang tidak menguap, yaitu triterpenoid dan sterol
C
30
, serta pigmen karotenoid C
40
. Golongan senyawa lainnya
25
UIN Syarif Hidayatullah
mungkin terdapat bersama-sama dengan terpena di dalam minyak atsiri seperti fenilpropanoid, dll Harborne, 1987.
Secara kimia, terpena minyak atsiri terdiri dari dua golongan yaitu monoterpena dan seskuiterpena, berupa isoprenoid C
10
dan C
15
dengan masing-masing memiliki titik didih yang berbeda, yaitu monoterpena
140-180
o
C dan seskuiterpena 200
o
C Harborne, 1987. Berdasarkan struktur kimianya, senyawa monoterpena terdiri dari
tiga golongan, yaitu asiklik misalnya geraniol, monosiklik misalnya limonene, atau bisiklik misalnya - dan =- pinene. Dalam setiap
golongan, monoterpena dapat berupa hidrokarbon tak jenuh misalnya limonene atau dapat mempunyai gugus fungsi dan berupa alkohol
misalnya mentol, aldehida, atau keton misalnya menton, carvone Harborne, 1987.
2.14. Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa-senyawa yang dapat mendonorkan satu atau lebih atom hidrogen. Menurut Schuler 1990, antioksidan
merupakan senyawa yang mampu menghambat atau mencegah terjadinya oksidasi. Senyawa antioksidan biasanya digunakan untuk mencegah
kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh senyawa radikal bebas. Zat oksidan atau lebih dikenal senyawa radikal bebas merupakan atom atau
molekul yang sifatnya sangat tidak stabil mempunyai satu atau lebih elektron tanpa pasangan, sehingga untuk memperoleh pasangan elektron
senyawa ini sangat reaktif dan merusak jaringan. Dengan adanya senyawa antioksidan, oksidan atau senyawa radikal bebas yang tadinya
sangat tidak stabil dan bersifat merusak sel tubuh dapat menjadi stabil dan kerusakan sel tubuh dapat dicegah.
Banyak senyawa organik mudah mengalami autooksidasi bila dipaparkan ke udara, dan lemak yang teremulsi terutama peka terhadap
serangan. Banyak obat yang biasa digabungkan ke dalam emulsi mudah menghasilkan penguraian. Pada autooksidasi, minyak-minyak tidak
jenuh, seperti minyak nabati, menimbulkan ketengikan dengan bau, penampilan, dan rasa yang tidak menyenangkan. Di lain pihak, minyak
mineral dan hidrokarbon-hidrokarbon jenuh yang berhubungan mudah
26
UIN Syarif Hidayatullah
mengalami degradasi oksidatif pada lingkungan yang langka Lachman, 2008.
Autooksidasi adalah suatu oksidasi rantai radikal bebas. Oleh karena itu, reaksi tersebut dapat dihambat dengan tidak adanya oksigen,
oleh pemecah rantai radikal bebas atau oleh suatu zat pereduksi. Bahan- bahan yang berguna sebagai antioksidan dengan satu atau lebih dari tiga
mekanisme ini tertera dalam tabel di bawah. Pemilihan suatu antioksidan khusus tergantung pada keamanannya, dapat diterima untuk penggunaan
khusus, dan kemanjurannya. Antioksidan biasa digunakan pada konsentrasi yang berkisar dari 0,001 sampai 0,1.
Tabel 2.4 Contoh Antioksidan sumber: Lachman, 2008
Asam galat L-tokoferol
Propil galat Hidroksitoluen terbutilasi
Asam askorbat Hidroksianisol terbutilasi
Askorbil palmitat 4-hidroksimetil-2,6-di-ter-butilfenol
Sulfit Antioksidan mampu menghambat terbentuknya radikal bebas pada
tahap inisiasi dan menghambat kelanjutan reaksi autooksidasi pada tahap propagasi. Hal ini disebabkan karena antioksidan memiliki energi
aktivasi yang rendah untuk melepaskan satu atom hidrogen kepada radikal lemak, sehingga tahap oksidasi lebih lanjut dapat dicegah.
Berdasarkan sumbernya, antioksidan dibedakan ke dalam dua golongan yaitu antioksidan alami dan antioksidan sintetis. Antioksidan secara
alami terdapat pada lemak nabati. Contoh antioksidan alami antara lain tokoferol. Antioksidan sintetis ditambahkan ke dalam bahan pangan
untuk mencegah ketengikan. Batas penggunaan antioksidan sintetis harus diperhatikan karena sebagian besar antioksidan sintetis adalah senyawa-
senyawa fenolik yang dapat menyebabkan keracunan pada konsentrasi tertentu. Oleh karena itu dalam menggunakan antioksidan sintetis harus
memenuhi syarat-syarat aman bagi kesehatan, efektif pada konsentrasi rendah, larut dalam lemak, mempertahankan citarasa dari produk
makanan, dan ekonomis. Antioksidan sintetis yang sering digunakan adalah Buthylated Hydroxy Anisole BHA, Buthylated Hydroxy Toluene
BHT, Prophyl Gallate PG Khamidinal, et al., 2007.
27
UIN Syarif Hidayatullah
Gordon 1990 menjelaskan sesuai mekanisme kerjanya, antioksidan memiliki dua fungsi. Fungsi pertama merupakan fungsi
utama dari antioksidan yaitu sebagai pemberi atom hidrogen. Antioksidan AH yang mempunyai fungsi utama tersebut sering disebut
sebagai antioksiden primer. Senyawa ini dapat memberikan atom hidrogen secara cepat ke radikal lipida R, ROO atau mengubahnya
ke bentuk yang lebih stabil, sementara turunan radikal antioksidan A tersebut memiliki keadaan lebih stabil dibanding radikal lipida,
contohnya adalah antioksidan BHT dan BHA. Fungsi kedua merupakan fungsi sekunder antioksidan, yaitu memperlambat laju autooksidasi
dengan berbagai mekanisme di luar mekanisme pemutusan rantai autooksidasi dengan pengubahan radikal lipida ke bentuk yang lebih
stabil. Reaksi penghambatan antioksidan primer terhadap radikal lipida
Gordon, 1990: Inisiasi
: R + AH RH + A
Propagasi : ROO + AH
ROOH + A Penambahan antioksidan AH primer dengan konsentrasi rendah
pada lipid dapat menghambat atau mencegah reaksi autooksidasi lemak dan minyak. Penambahan tersebut dapat menghalangi reaksi oksidasi
pada tahap inisiasi maupun propagasi. Radikal-radikal antioksidan A yang terbentuk pada reaksi tersebut relatif stabil dan tidak mempunyai
cukup energi untuk dapat bereaksi dengan molekul lipid lain membentuk radikal lipid baru Gordon, 1990.
Besar konsentrasi
antioksidan yang
ditambahkan dapat
berpengaruh pada laju oksidasi. Pada konsentrasi tinggi, aktivitas antioksidan grup fenolik sering lenyap bahkan antioksidan tersebut
menjadi prooksidan. Pengaruh jumlah konsentrasi pada laju oksidasi tergantung pada struktur antioksidan, kondisi dan sampel yang akan diuji.
Antioksidan bertindak sebagai prooksidan pada konsentrasi tinggi Gordon, 1990 :
AH + O2 A + HOO
AH + ROOH RO + H2O + A
28
2.15. BHT Butylated Hydroxytoluene HOPE 6th Edition