Pengertian Pesantren Bentuk-bentuk Aktivitas Pesantren

35

D. Pesantren

1. Pengertian Pesantren

Istilah pesantren secara terminologi bisa disebut dengan pondok saja atau kedua kata ini digabung menjadi pondok pesantren. Secara esensial, semua istilah ini mengandung makna yang sama, kecuali sedikit perbedaan. Asrama yang menjadi penginapan santri sehari-hari dapat dipandang sebagai pembeda antara pondok dan pesantren. 34 Secara Lembaga Reseach Islam Pesantren Luhur mendefinisikan pesantren adalah “suatu tempat yang tersedia untuk para santri dalam menerima pelajaran-pelajaran agama Islam seklaigus tempat berkumpul dan tempat tinggalnya. 35

2. Bentuk-bentuk Aktivitas Pesantren

Pesantren adalah tempat tinggal para santri yang belajar aau semacam asrama, dan disitu ada seorang beberapa orang kiai sebagai figur pimpinanuya dan tempat ibadah yang sekaligus sebagai tempat belajarnya seperti musholla atau masjid. Kiai mempunyai wewenang penuh unuk menentukan kebijaksanaan dalam pesantren, baik mengenai tata tertibnya maupun mengenai sistem pendidikannya seklaigus materi dan silabus pendidikanpengajaran. Sedangkan, santri siswa mempunyai hak untuk bisa menerima kebijaksanaan di dalam pesantren menjadi santri, maupun tidak setuju dengan kebijaksanaannya, sehingga mempunyai kebebasan untuk 34 Mujamil Qomar, Pesantren dari transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi , Jakarta: PT. Erlangga, 2005, h.1. 35 Ibid, 2. 36 meninggalkan atau pindah dari pesantren tersebut. Maka siswa yang telah memutuskan untuk menjadi santri di suatu pesantren, dari awal mulai sudah bertekad siap mengikuti segala aturan dan tata tertib serta kebijaksanaannya yang ada di dalamnya. 36 Secara umum, upaya pengembangan masyarakat dilaksanakan dalam tiga aktivitas: a. Berupaya membebaskan dan menyadarkan masyarakat. Kegiatan ini bersifat subjektif dan memihak kepada masyarakat tertindas dhuafa dalam rangka memfasilitasi mereka dalam mencapai suatu proses penyadaran sehingga memungkinkan lahirnya upaya untuk pembebasan diri dari kemiskinan dan keterbelakangan. b. Ia menggerakkan partisipasi dan etos swadaya masyarakat. Pesantren perlu menciptakan suasana dan kesempatan yang memungkinkan masyarakat mengidentifikasi masalah mereka sendiri, menjadi pelaksana program sendiri, melakukan evaluasi, menindaklanjuti serta menikmati hasilnya sendiri. c. Pesantren mendidik dan menciptakan pengetahuan. 37 d. Pesantren mempelopori cara mendekati masalah secara benar sehingga masyarakat mengetahui kebutuhan riilnya real-need. Jadi, masyarakat pada konteks ini dididik untuk mampu mengintegrasikan antara 36 Ahmad Qodri A. Azizy, Islam dan Permasalahan Sosial: Mencari Jalan Keluar, Yogyakarta, LKIS, 2000, h. 102. 37 Zubaedi, “Wacana Pembangunan Alternatif: Ragam Perspektif Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat , Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007, h.227. 37 penelitian dengan aksi-aksi konkret yang melibatkan elemen masyarakat sebagai pelaku utamanya. 38

3. Fungsi Pesantren