21
pemberdayaan pesantren assurur yatim piatu dan dhuafa di kebon jeruk Jakarta barat.
Dalam konteks penulisan skripsi ini, penulis menggunakan model atau jenis evaluasi yang dipilih penulis adalah pendekatan LFA yang
diuraikan di bawah ini:
4. Desain Evaluasi
Desain penelitian ialah rencana dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat memperoleh jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan di dalam penelitian. Rencana ini merupakan suatu skema menyeluruh yang mencakup program-program penelitian,
memaparkan mengenai hal-hal yang dilakukan, dan menetakan kerangka bingkai bagi pengkajian relasi variabel-variabel yang diteliti.
7
Desain penelitian mempunyai maksud dan kegunaan untuk mengontrol atau mengendalikan varian, serta membantu mendapatkan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan peneliti.
8
Jadi, desain peneliti peneliti gunakan sesuai dengan tujuan evaluasi yaitu tujuan evaluasinya berkaitan
dengan keputusan program tersebut akan berlanjut atau tidak, maka evaluasi yang digunakan adalah evaluasi hasil.
5. Pendekatan Metode LFA Logical Framework Analysis
Langkah selanjutnya menentukan pendekatan yang akan digunakan. Ada beberapa pendekatan evaluasi, yang uraiannya dikutip
dari buku “Panduan Standarisasi Monitoring Evaluasi Program
7
Landing R. Simatupang, Asas-asas Penelitian Behavioral, Bandung: Gadjah Mada University Perss UGM 1990, h.483.
8
Ibid, h.484.
22
Pemberdayaan Fakir Miskin” Hal.133, namun contoh-contohnya telah disesuaikan oleh peneliti dengan objek penelitian dakwah. Berikut
uraiannya tertulis di bawah ini:
9
a. Pendekatan yang digunakan dalam rangka monitoring dan evaluasi
yang merupakan metode standar yang digunakan secara internasional yakni menggunakan Analisis Kerangka Kerja Logis Logical
Framework AnalysisLFA. Di dalam LFA terdapat beberapa faktor
penting yang harus diketahui sebagai proses sistematis. Kegiatan evaluasi didasarkan atas penentuan indikator dan cara melakukan
pengumpulan data dari setiap indikator yang ditentukan. Dalam menyusun indikator kinerja diperlukan pemahaman yang
baik tentang programkegiatan, tujuannya, sumber daya yang tersedia, ruang lingkup kegiatan dan saling hubungan yang terdapat diantara
berbagai kegiatan tersebut yang dilaksanakan. 1
Indikator masukan inputs Indikator masukan yang disusun harus mengidentifikasi
sumber daya yang tersedia untuk menghasilkan keluaran. Indikator input mengukur jumlah sumber daya seperti: ketersediaan dana,
ketersediaan SDMpetugas, ketersediaan informasi, ketersediaan jamaah, ketersediaan bantuanmodal usaha, ketersediaan panduan
teknis dan ketersediaan waktu.
9
Nurul Hidayati, Metode Penelitian Dakwah, h.125.
23
2 Indikator keluaran outputs
Indikator output digunakan untuk mengukur keluaran yang dihasilkan oleh suatu programkegiatan. Dengan membandingkan
keluaran dan sasaran program kegiatan, dapat diketahui apakah kemajuan pelaksana dan pencapaian programkegiatan tersebut
sesuai dengan rencana. Indikator output hanya dapat menjadi landasan untuk menilai kemajuan suatu programkegiatan apabila
indikator ini dikaitkan dengan sasaran-sasaran programkegiatan yang didefinisikan secara jelas dan terukur.
3 Indikator hasilmanfaat outcomes
Dalam programpelaksanaan ibadah haji, indikator ini sangat penting untuk menunjukkan keberhasilan secara fungsional.
Indikator ini menggambarkan hasil nyata atau manfaat yang diperoleh suatu programkegiatan. Namun informasi yang
diperlukan untuk mengukur outcome seringkali tidak lengkap dan tidak mudah diperoleh. Oleh karena itu setiap pengelola
programkegiatan perlu mengetahui berbagai metode dan teknik untuk mengukur keberhasilannya programkegiatan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai. 4
Indikator dampak impacts Indikator ini menggambarkan pencapaian tujuan dalam jangka
panjang seperti yang dirumuskan dalam tujuan goals, baik dampak positif maupun dampak negatif. Indokator ini dapat
24
diketahui, jika pengukuran dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama dan setelah pelaksanaan ibadah haji
selesai dilaksanakan. Contoh dari indikator dampak positif adalah; meningkatnya
taraf kesejahteraan jama’ah haji, meliputi: peningkatan keimanan, peningkatan ibadah, meningkatnya rasa kemanusiaan,
meningkatnya aksebilitas jama’ah haji terhadap pelayanan bimbingan haji. Sedangkan contoh dari indikator dampak negatif
adalah; setelah dibimbing haji timbulnya ketergantungan terhadap para pembimbing haji.
Selain menggunakan 4 empat indikator di atas LFA Logical Framework
Analysis juga menggunakan sembilan indikator yang digunakan oleh Feurstein, indikator yang paling sering digunakan
untuk mengevaluasi suatu kegiatan: 5
Indikator Ketersediaan Indicators of Avalability. Indikator ini melihat apakah unsur yang seharusnya ada dalam suatu prose situ
benar-benar ada. 6
Indikator Relevansi Indicators of Relevance. Indikator ini menunjukkan seberapa relevan ataupun tepatnya sesuatu yang
teknologi atau layanan yang ditawarkan. 7
Indikator Keterjangkauan Indicators of Accessibility. Indikator ini melihat apakah layanan yang ditawarkan masih berada dalam
“jangkauan” pihak-pihak yang membutuhkan.
25
8 Indikator Pemanfaatan Indicators of Utilisation. Indikator ini
melihat seberapa banyak suatu layanan yang sudah disediakan oleh pihak pemberi layanan, dipergunakan dimanfaatkan oleh
kelompok sasaran. 9
Indikator Cakupan Indicators of Coverage. Indikator ini menunjukkan proporsi orang-orang yang membutuhkan sesuatu
dari menerima layanan tersebut. 10
Indikator Kualitas Indicators of Quality. Indikator ini menunjukkan standar kualitas dari layanan yang disampaikan ke
kelompok sasaran. 11
Indikator Efisien Indicators of Efficiency. Indikator ini menunjukkan apakah sumber daya dan aktivitas yang
dilaksanakan guna mencapai tujuan dimanfaatkan secara tepat guna efisien, atau tidak memboroskan sumber daya yang ada
dalam upaya mencapai tujuan. 12
Indikator Dampak Indicators of Impact. Indikator ini melihat apakah sesuatu yang kita lakukan benar-benar memberikan suatu
perubahan di masyarakat.
10
6. Tujuan dan Pentingnya Evaluasi