Pengertian Anak Yatim Piatu dan Dhuafa 1.

27 9 Meningkatkan keefektifan. Agar dapat memberikan dampak yang lebih luas.

B. Pengertian Anak Yatim Piatu dan Dhuafa 1.

Definisi Anak Anak adalah manusia yang berbentuk kecil, tetapi anak adalah makhluk yang masih lemah dalam seluruh jiwa dan jasmaninya maupun kehidupan fisik dan psikis anak berbeda dengan orang dewasa karena ia sedang masa pertumbuhan dan perkembangan yang mengikuti hukum genesa, secara individual berbeda dengan yanga lain. 12 Seperti dalam bukunya Hasan Langgung, menurut pandangan al- Ghozali mengatakan bahwa anak merupakan amanat dan tanggung jawab ditangan orang tua, jiwanya yang suci dan murni merupakan permata mahal dan bersahaja yang bebas dari ukiran dan gambaran dan ia bisa menerima setiap ukiran dan gambaran kepada siapa saja yang ia cenderungkan kepadanya. 13 b. Definisi Yatim Piatu Kata yatim berasal dari bahasa arab, yaitu dari kata : ﺎ و – ﺎ – ْ yang artinya : telah menyendiri, sedang menyendiri. 14 Sedangkan pada kamus Al-Munjid yatim adalah : لﺎﺟ ﺮ ا ﺦ ْ ْ و ﺎ أ ﺪ ﻓ ْ 12 Agus Suhanto, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Aksara Baru, 1996, Cet. Ke-7, h. 35 13 Hasan Langgulung, Pendidkan dan Peradaban Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1985, Cet. Ke-3, h. 19 14 Muhammad bin Abi Bakar bin Abd Qodir Ar-razi, Muhratus Shihab, h. 741 28 Artinya : adalah “anak yang kehilangan ayahnya sednagkan ia belum sampai pada batas orang dewasa”. Secara umum yatim terbagi menjadi dua yaitu : 1. Yatim adalah anak yang ditinggal wafat bapaknya, sedangkan ia belum berusia baligh. 2. Piatu adalah anak yang ditinggal wafat ibunya sedangkan ia belum berusia baligh. 15 Adapun pengertian yatim menurut istilah aalah tidak berbapak atau tidak beribu, atau tiak beriu bapak, tetapi sebagian orang memakai kata yaitu untuk yang bapaknya meninggal dunia. 16 Para ahli dan ulama berbeda pendapat tentang pengertian yatim piatu diantaranya sebagai berikut: a. Hasan Ayun mengatakan: “anak yatim adalah anak yang telah ditinggalkan ayah dan ibunya sebelum mencapai kedewasaanya dan jika sudah dewasa maka tidak disebut yatim piatu. 17 b. Sri Suhadjati Sukri mengatakan: yatim piatu adalah anak yang tinggal mati ayah dan ibunya. 18 c. H. Ahmad Zurzani Djunaidi mengatakan “anak yatim adalah seorang anak yang masih kecil, lemah dan belum mampu berdiri sendiri yang 15 W.J.S, Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: PN. Balai Pustaka, 1985, h. 1153 16 Petersalim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modern English, 1991, h. 1727 17 Hasan Ayub, Etika Islam: Menuju Islam yang Hakiki, Bandung: Trignda Karya, 1994, Cet. Ke-1, h. 1 18 Sri Suhadjati, Menyantunkan Anak Yatim Psiklogi, dalam Suara Merdeka 21 November 2003, h. 1 29 ditinggalkan oleh orang tua mereka yang menanggung biaya penghidupannya. 19 d. Rudi Setiadi mengatakan: anak yatim aalah anak yang dtinggal mati ayah dan ibunya selagi belum mencapai umur balig. 20 e. Drs. Moh. Ngajean bewrpendapat: yatim adalah yang ayahnya sudah meninggal ketika ia masih kecil. Piatu aalah anak yang tidak beribu. 21 f. Syeikh Othman Bin Syeikh Salim, BA, mengemukakan : yaitu adalah anak yang kematian kedua orang tuanya, sedang piatu adalah tiada beribu tiada berbapak, atau tiada sanak saudara. 22 Dalam UUD 1945, anak yatim adalah anak yang tinggal wafat ayahnya sedangkan ia masih belum berada usia baligh adalah batas usia dari masa anak- anak kepada masa dewasa. Untuk dapat mengetahui tanda-tanda baligh dan batas umur seorang anak yang disebut yatim adalah sebagai berikut. 1. Telah berumur 15 tahun 2. Telah keluar mani 3. Telah haid bagi anak perempuan 23 a. Pola Pemeliharaan Anak Yatim 19 Ahmad Zurzani Djunaidi dan Ismail Maulana Syarif, Sepuluh Inti Perintah Allah, Jakarta: PT. Fikhati Aneska, 1991, Cet. Ke-2,h. 19 20 Rusdi Setiadi, Mentantuni Anak Yatim, dalam Renunmgan Jum’at, 10 Desember 2004, h. 1. 21 Mohammad Ngajean, Kamus Etimologi Bahasa Indonesia, Semarang: dahara Prize, 1992, cet ke-3, h. 139. 22 Md. Nor Bin. Hj. Ab. Ghani, BA, Kamus Dewan Edisi Baru, Slogor Darul Ehsan: Dewan Bahasa dan Pustaka Lot 1037, 1991, cet. Ke-1, h. 1469. 23 Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, Bandung: Sinar Batu Al-Gensido, 1994, Cet. Ke-27, h. 316. 30 Adapun beberapa hal yang pokok dalam memeliharaan anak yatim yang penulis gambarkan sebagai berikut: 1. Manjemanin Makan dan Minum Makan dan minum adalah kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Tanpa makan dan minum, manusia akan lemah baik fisik maupun daya pikirannya. Di dalam hadits Nabi Muhammad SAW. Dijelaskan mengenai balasan bagi orang yang memberi makan dan minum bagi anak yatim, yaitu : ا ْ ْ او أر ْ او ْا ْ ْرا ﻚ ﺟ ﺎ كرْﺪ و ﻚ ْ ْ ْنأ ﺟ ﺎ ْكرْﺪ و ﻚ ْ ْ كﺎ ﺎ ءادرد أ ﻰ ا ﺮ ا اور Artinya : “Apakah engkau menyukai supaya hatimu lunak dan engkau memperoleh keingnan. Kalau begitu, kesihilah anak- anak yatim dan usaplah kepalanya dan beri makanlah daripada makanmu, nanti haimu akan lunak dan engkau akan mencapaiu kehendakmu”. HR. Thabrani dari Abi Darda. 24 2. Memelihara Hartanya Harta peninggalan ayah dari seorang anak yatim merupakan amanah yang harus dijaga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan bagi anak yatim yang masih usianya kecil dan belum bisa mengurus harta peninggalan bapaknya sebaiknya dititipkan kepada orang yang dapat mengurus hartanya tersebut agar terhindar dari perbuatan yang tida baik. Seperi firman Allah SWT, yang berbunyi. 24 Ass al-Hasyim, Ip,Cit., h. 52 31 yŠ‹ˆ ‰Íoތ  ¯2lµ.‹lÞ xŠ´ ¹¯Ž´ SsµK ÅGV{ځˆ Artinya : Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan maksud yang baik” Al-An’am, 152 25 3. Memberi Kasih Sayang Kasih sayang yang diberikan dari orang tuanya merupakan kasih sayang yan paling dibanggakan bagi setiap anak. Namun bila sudah tidak memiliki orang tua maka harus ada pula yang menyayangi dan menjaga seperti orang tua mereka sendiri, maka dari itu kita sebagai orang mukin haruslah saling membantu dan menyayangi saudara sesama muslim ajar jiwa anak tersebut tidak terganggu dan terlan tar dirinya. 4. Memberikan Pendidikan Pendidikan sangat penting bagi perkembangan seorang nak, apalaghi jika yang tertimpa musibah adalah bagi anak yang tidak lagi memiliki orang tua maka dari itu sebagai tempat tinggal anak asuh yaim pesantren haruslah memberi pelayanan sosial juga baik itu pendidikan formal maupun non formal seperti keghiatan pelatihan keterampilan maupun kegiatan sosial lainnya. b. Dhuafa 25 Al-Qur’an dan Terjamahnya, h. 214. 32 Menurut Najah Maqiyah kaum dhuafa adalah orang-orang yang menderita hidupnya secara sistemik atau orang-orang miskin yang ada dijalanan, dipinggiran dan disudut lingkungan kumuh. 26 Menurut Maratua Simanjuntak ada dua bentuk kedhuafaan jika kita melihat dalam konteks surat Al-maun yaitu: yatim dan miskin.30 Jadi, penulis menyimpulkan istilahYatim adalah mereka yang tidak punya ayah,berarti sama artinya dengan seseorang yang tidak memiliki tempat berlindung,bergantung,dan tempat mengadu setiap memiliki masalah. Jadi yatim dhuafa bisa juga yatim kaya karena tak ada ayah pembimbing sekaligus pengayom,berarti dia sangat memerlukan bimbingan yang sama seperti kedudukannya seperti ayah.

C. Pemberdayaan Masyarakat