8
Dari permasalahan yang dikemukakan di atas dan data yang ditampilkan, peneliti tertarik untuk menganalisis apakah ada pengaruh antara earning ratio, book to
market dengan EVA terhadap return saham. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian-penelitian terdahulu. Hal ini disebabkan peneliti ingin menguji kembali
hasil dari penelitian terdahulu. Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian terdahulu yaitu dengan menggunakan sampel yang lebih banyak dan untuk periode
laporan keuangan tahun 2008-2010 pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia,sehingga diharapkan penelitian ini menjadi lebih terbaru.
Berdasarkan uraian diatas,maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “
“Pengaruh Analisis Price Earning Ratio, Price Book Value dan Economic
Value Added EVA Terhadap Return Saham” 1.2 Perumusan Masalah
Seperti yang telah dikemukakan diatas,yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh analisis price earning ratio, terhadap return
saham? 2.
Apakah ada pengaruh analisis price book value, terhadap return saham? 3.
Apakah ada pengaruh analisis economic value added, terhadap return?
1.3 Tujuan Penelitian
9
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menjelaskan apakah ada 1.
pengaruh analisis price earning ratio terhadap return saham. 2.
pengaruh analisis price to book value terhadap return saham 3.
pengaruh analisis economic value added terhadap return saham
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Bagi penulis, melalui penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan penulis,khususnya mengenai perbandingan antara analisis
price erning ratio, price to book value, dan economic value added. 2.
Bagi perusahaan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan informasi dalam menentukan dan memutuskan antara
analisis price earning ratio, price to book value, dan economic value added untuk diterapkan dalam strategi portofolio investasi.
3. Bagi investor, hasil penelitian ini mampu menjadi dasar pertimbangan
untuk melakukan investasi pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
4. Bagi akademisi, penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai
bahan referensi dalam penelitian-penelitian selanjutnya yang sejenis khususnya yang berkaitan dengan pengaruh analisis erning ratio,book to
market,dan economic value added terhadap return saham.
BAB II
10
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Rasio Keuangan
Rasio dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan.rasio
keuangan merupakan suatu perhitungan rasio dengan menggunakan laporan keuangan sebagai alat ukur. Hubungan dalam rasio keuangan dinyatakan dalam hubungan
matematis antara dua kuantitas dalam bentuk perbandingan antara perkiraan- perkiraan laporan keuangan. Agar bermakna, sebuah rasio harus mengacu pada
hubungan ekonomis yang penting. Meskipun perhitungan rasio merupakan operasi arimatika sederhana, interpretasinya lebih kompleks.
Menurut Stice, etc al 2009:141 “hubungan antara jumlah-jumlah pada laporan keuangan disebut rasio keuangan”. Rasio keuangan membandingkan nilai
sebuah komponen neraca dengan informasi lain tentang struktur dan operasional usaha. Hasil perbandingan akan mencerminkan keadaan perusahaan.
Rasio keuangan atau analisis rasio ratio analysis ” merupakan salah satu alat analisis keuangan yang populer dan banyak digunakan”Wild, Subramanyam,
2010:40. Rasio keuangan perannya penting dan dapat menjadi pedoman dalam mengevaluasi kegiatan aktivitas perusahaan, selain itu membandingkan kinerja dan
hasil yang dicapai perusahaan antara periode tahun-tahun sebelumnya. Juga dapat menjadi ukuran perbandingan dengan perusahaan lainnya.
11
Menurut Simamora 2000:523 Terdapat dua hal penting yang harus diperhatikan ketika melakukan perhitungan rasio keuangan agar diperoleh hasil
perhitungan rasio lebih tepat. 1.
Untuk beberapa pengecualian, tidak ada ketentuan-ketentuan baku dan cepat untuk komputasi rasio.
2. dalam penghitungan banyak rasio,angka-angka laporan laba rugi
dibandingkan dengan angka-angka neraca.Karena laporan laba rugi mengacu pada suatu periode waktu dan neraca mengacu pada suatu titik waktu, maka
dalam penghitungan rasio-rasio adalah baik untuk menghitung rata-rata untuk angka-angka neraca.
Rasio merupakan alat untuk menyediakan pandangan terhadap kondisi yang mendasari. Rasio yang diinterpretasikan dengan tepat mengidentifikasi area yang
memerlukan investigasi yang lebih lanjut. Analisis rasio dapat mengungkapkan hubungan penting dan menjadi dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan
trend yang sulit untuk dideteksi dengan mempelajari masing-masing komponen yang membentuk rasio. Seperti alat analisis lainnya, rasio yang paling bermanfaat bila
orientasi ke depan. Hal ini berarti kita sering menyesuaikan faktor-faktor yang mempengaruhi rasio untuk kemungkinan tren dan ukurannya di masa depan.
Untuk dapat menginterpretasikan hasil perhitungan rasio keuangan, maka diperlukan adanya pembanding. Ada dua metode pembandingan rasio keuangan
1 Cross-sectional approach
Cross-sectional approach adalah analisis rasio dengan cara mengevaluasi dan membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya
yang sejenis pada saat yang bersamaan.
12
2 Time series analysis
Time series analysis atau trend, merupakan analsisis rasio dengan jalan membandingkan rasio-rasio finansial perusahaan dari satu periode ke periode lainnya.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan rasio keuangan sebagai alat analisis. Hal-hal tersebut akan membantu analis dalam
menginterpretasikan hasil perhitungan rasio keuangan sehingga dihasilkan kesimpulan yang lebih tepat. Syamsuddin 2000 : 40 mengemukakan beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan rasio keuangan sebagai alat analisis.
- Sebuah rasio saja tidak dapat digunakan untuk menilai keseluruhan operasi yang telah dilaksanakan. Untuk menilai keadaan perusahaan secara
keseluruhan sejumlah rasio haruslah dinilai secara bersama-sama.Kalau sekiranya hanya satu aspek saja yang ingin dinilai, maka satu atau dua rasio
saja sudah cukup digunakan. - Pembandingan yang dilakukan haruslah dari perusahaan yang sejenis dan
pada saat yang sama. Tidaklah tepat kita membandingkan rasio finansial perusahaan A pada tahun 19X0 dengan rasio finansial perusahaan B pada
tahun 19X1. - Sebaiknya perhitungan rasio finansial didasarkan pada data laporan
keuangan yang telah diaudit diperiksa. Laporan keuangan yang belum diaudit masih diragukan kebenarannya, sehingga rasio-rasio yang dihitung
juga kurang akurat. - Adalah sangat penting untuk diperhatikan bahwa pelaporan atau akuntansi
yang digunakan haruslah sama.
Rasio keuangan memiliki keunggulan, sehingga para pihak pemakai laporan keuangan sering menggunakan rasio keuangan. Menurut Harahap 2006 : 298 ada
beberapa keunggulan rasio keuangan yaitu : 1.
Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.
13
2. Rasio merupakan pengganti yang sederhana dari informasi yang disajikan
laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit. 3. Rasio mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.
4. Rasio sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi z-score.
5. Rasio menstandarisir size perusahaan. 6. Dengan rasio lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan
perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series.
7. Dengan rasio lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.
Namun rasio keuangan juga memiliki kekurangan menurut David 2004:162 analisis rasio bukan memiliki keterbatasan yaitu:
1. rasio keuangan didasarkan pada data akunting, dan perusahaan berbeda dalam
cara melakukan pos seperti depresiasi, menilai persediaan, pengeluaran litbang, biaya rencana pensiun, merger, dan pajak.
2. Faktor-faktor musiman dapat mempengaruhi rasio perbandingan. Oleh karena
itu, dengan rasio gabungan tidak secara otomatis menunjukkan perusahaan berperestasi dengan normal atau dikelola baik.
2.1.1.1 Jenis-jenis Rasio Keuangan
Menurut Wild, Subramanyam 2010:44 rasio dapat diklasifikasikan menjadi 5 tipe berikut ini yaitu :
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi biasanya dalam jangka pendek.
Rasio ini dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban jangka pendeknya. Menurut Stice, et al 2009:806 “rasio lancar adalah sebuah ukuran tidak
langsung atas kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang akan datang”. Rasio-rasio berdasarkan arus kas dari kegiatan operasi memberikan
14
indikasi langsung terhadap kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas yang cukup untuk memenuhi prediksi jumlah kas yang harus dipenuhi. Pihak kreditor
jangka pendek sangat peduli dengan rasio lancar ini. 2.
Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh
mana aktiva perushaan dibiayai oleh utang. Dalam artian luas rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan memenuhi seluruh kewajibannya, baik
kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang. Menurut Stice, et al 2009:145 “rasio solvabilitas atau leverage merupakan perbandingan jumlah kewajiban terhadap
jumlah asset yang ada pada sebuah perusahaan memberikan indikasi sejauh mana dana yang dipinjamkan untuk mendanai leverage investasi pemilik dan meningkatkan
ukuran perusahaan”. 3.
Rasio Aktivitas Menurut David 2004:160 “rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber dayanya”. Menurut Wild, Subramanyam 2010:45 rasio aktivitas dapat dklasifikasikan menjadi
“rasio perputaran kas cash turover, rasio perputaran piutang usaha account receveible turnover, rasio perputaran persediaan inventory turnover, rasio
perputaran modal kerja working capital turnover, rasio perputaran aset tetap PPE turnover, dan rasio perputaran total aset total asset turnover.
4. Rasio profitabilitas
15
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba baik dalam
hubungannya dengan penjualan, assets maupun modal sendiri. Rasio ini memberikan ukuran mengenai efektifitas perusahaan dalam memperoleh keuntungan dan ukuran
tingkat efektivitas manajemen perusahaan. 5.
Rasio Ukuran Pasar Rasio ini disebu juga market meansure Wild, Subramanyam. 2010:45.
Analisis rasio keuangan yang menjadi obyek penelitian bagi peneliti adalah rasio ukuran pasar.
Rasio Ukuran Pasar
Rasio ini adalah rasio yang paling sering dipergunakan oleh pihak investor di bursa efek. Rasio ini menggambarkan kondisi atau keadaan prestasi perusahaan di
pasar modal. Indikator ini biasanya dipakai investor untuk mengukur tingkat ketertarikan terhadap harga saham tertentu. Rasio ini menunjukan perbandingan
harga saham dipasar dengan nilai buku saham tersebut yang di gambarkan di Neraca. Semakin tinggi rasio yang didapat, maka semakin tinggi pula minat investor untuk
membeli saham tersebut. Yang berdampak naiknya harga pasar saham di pasar modal.
2.1.2 Pasar Modal
Menurut Lubis 2008:7 “pada dasarnya pasar modal hampir sama dengan pasar-pasar lain. Yang membedakan pasar modal dengan pasar lain adalah dalam hal
komoditas yang diperdagangkan. Pasar modal dapat dikatakan sebagai pasar abstract¸
16
karena yang diperjual belikan adalah dana-dana jangka panjang, yaitu dana yang keterkaitannya dalam investasi lebih dari satu tahun”. Pasar modal memiliki peran
besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus yaitu fungsi ekonomi, dan fungsi keuangan. Pasar modal memiliki fasilitas
yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki dana investor dan pihak yang memerlukan dana issuer
Pasar modal memiliki manfaat bagi berbagai pihak antara lain sebagai berikut :
1. Menyediakan sumber pembiayaan jangka panjang dan memungkinkan alokasi
sumber dana secara optimal. 2.
Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi.
3. Menyediakan leading indicator bagi trend ekonomi negara.
4. Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah.
5. Penyebaran kepemilikan, keterbukaan dan profesionalisme, menciptakan iklim
berusaha yang sehat. 6.
Menciptakan lapangan kerja.profesi yang menarik. 7.
Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek.
8. Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko yang
bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi investasi. 9.
Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha, memberikan akses kontrol sosial.
17
10. Pengelolaan perusahaan dengan iklim keterbukaan, mendorong pemanfaatan
manajemen profesional. 11.
Sumber pembiayaan dana jangka panjang bagi emiten. Bursa Efek Indonesia merupakan bentuk konkrit dari pasar modal. Dalam
bursa efek pemodal besar maupun pemodal kecil, baik perseorangan atau lembaga dapat membeli dan menjual saham atau efek lainnya.
2.1.3 Strategi Portofolio Saham
Portofolio saham adalah investasi yang terdiri dari berbagai saham perusahaa yang berbeda dengan harapan bila harga salah satu saham menurun, sementara yang
lain meningkat, maka investasi tersebut tidak mengalami kerugian Zubir, 2011:2. Portofolio saham akan dapat memperkecil varians perusahaan dengan
korelasi antara return satu saham dengan saham lain. Untuk melakukan investasi dalam saham menurut Bodie, Kane, dan Marcus Zubir, 2011:2 ada dua langkah
yang harus dilakukan dalam proses investasi saham yaitu : 1.
Melakukan analisis terhadap return dan risiko-risiko saham yang akan dimasukkan ke dalam portofolio
2. Membentuk portofolio optimal dari saham-saham yang akan dipilih.
Pembentukan portofolio merupakan hal yang penting dalam investasi saham karena return dan risiko investasi ditentukan oleh jenis saham dan proporsi setiap
saham dalam portofolio tersebut. Strategi portofolio yang umum dikenal ada dua yaitu strategi portofolio aktif dan strategi portofolio pasif.
18
A. Strategi Portofolio Aktif
Dalam strategi aktif, investor mengharapkan expected return portofolio setinggi mungkin. Ada dua prose dalam pengelolaan investasi saham aktif, yaitu top-
down dan bottom-up equity management style. Pendekatan top-down equity management style dimulai dengan analisis lingkungan ekonomi secara umum
kemudian membuat forecast perkembangan dalam jangka pendek dan
mengidentifikasi sektor industri yang menarik dan tidak menarik untuk investasi. Pendekatan bottom-up equity management style lebih berfokus pada analisis suatu
saham individual stocks dan kurang memperhatikan siklus ekonomi serta pasar Zubir, 2011:272
B. Stategi Portofolio Pasif
Strategi pasif diambil oleh investor yang memandang bahwa pasar dalam kondisi efisien dan untuk mengelola portofolio secara aktif dibutuhkan biaya yang
besar. Ada dua jenis strategi portofolio pasif, yaitu buy and hold strategy dan indexing Zubir, 2011:274.
2.1.4 Econoic Value added
EVA merupakan residual income. Kedua konsep tersebut secara efektif adalah sama. EVA sebenarnya merupakan merek dagang dari Stern Stewart Co
Govindarajan, et al. 2005:335. EVA mulai dikenal secara luas pada tahun 1991, setelah dikembangkan oleh Stern Stewart.
Ada beberapa pengertian EVA menurut beberapa ahli yaitu sebagai berikut :
19
1. Stewart 2010
Economic Value Added merupakan sebuah ukuran laba ekonomis yang dapat ditentukan dari selisih antara laba bersih operasional setelah pajak Net
Operating Profit After Tax dengan biaya modal. Biaya modal ini ditentukan melalui biaya rata-rata tertimbang dari hutang dan ekuitas Weighted Average
Cost of Debt and Equity Capital-WACC dan jumlah dari modal yang digunakan.
2. Hansen, Mowen 2005:130
“Economic value added adalah laba operasional setelah pajak dengan total biaya modal tahunann. Jika EVA positif, perusahaan telah menciptakan
kekayaan. Jika negatif maka perusahaan telah menyia-yiakan modal. Dalam jangka panjang, hanya perusahaan-perusahaan yang menghasilkan modal atau
kekayaan yang dapat bertahan”. 3.
Menurut Young, O’byrane 2001:17 “EVA didasarkan pada gagasan keuntungan ekonomis juga dikenal sebagai
penghasilan sisa atau residual income yang menyatakan, bahwa kekayaan hanya diciptakan ketika sebuah perusahaan meliputi biaya operasi dan biaya
modal”. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa EVA merupakan
salah satu tolak ukur yang tepat untuk menilai kinerja keuangan. EVA dapat menjadi tujuan perusahaan untuk meningkatkan nilai dari modal yang telah ditanamkan
investor dan pemegang saham.
20
2.1.5 Keunggulan dan Kelemahan EVA
Eva memiliki beberapa kelemahan dan keunggulan, sebagai penilai kinerja perusahaan EVA memiliki beberapa keunggulan. Berikut keunggulan EVA menurut
Pradhono, Christiawan 2004: 1.
EVA sebagai pengukur kinerja terletak pada kemampuannya untuk menyatukan tiga fungsi manajemen, yaitu : capital budgeting, performance appraisal dan
encentive compensation 2.
EVA merupkan ukuruan kinerja keuangan yang paling baik untuk menjelaskan economic profit suatu perusahaan, dibandingkan dengan ukuran yang lain.
3. EVA juga merupakan ukuran kinerja yang berkaitan langsung dengan
kemakmuran pemegang saham sepanjang waktu. Menurut Iramani, 2005 eva juga memiliki keunggulan yang lain yaitu sebagai
berikut : a.
EVA memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan memperhitungkan sebagai konsekuensi investasi.
b. Konsep EVA adalah sebagai alat perusahaan dalam mengukur harapan
dari segi ekonomis dalam pengukurannya yaitu dengan memperhatikan harapan paara penyandang dana secara adil dimana derajat keadilan
dinyatakan dengan ukuran tertimbang dari struktur modal yang ada dan berpedoman pada nilai pasar dan bukan pada nilai buku.
21
c. Perhitungan EVA dapat dipergunakan secara mandiri tanpa memerlukan
data pembanding seperti standar industri atau data perusahaan lain sebagai konsep penilaian.
d. Konsep EVA dapat digunakan sebagai dasar penilaian pemberian bonus
pada karyawan terutama pada divisi yang memberikan EVA lebih sehingga dapat dikatakan bahwa EVA menjalankan stakeholders
satisfaction concepts. e.
Pengaplikasian EVA yang mudah menunjukkan bahwa konsep tersebut merupakan ukuran praktis, mudah dihitung, dan mudah digunakan
sehingga merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam mempercepat pengambilan keputusan bisnis.
Namun EVA juga memiliki kelemahan, menurut Pradoho, Christiawan. 2004, yaitu sebagai berikut :
1. Sebagai ukuran kinerja masa lampau EVA tidak mampu memprediksi dampak
strategi yang kini diterapkan untuk masa depan perusahaan. 2.
Pengukurannya bersifat jangka pendekk, sehingga manajemen cenderung menolak untuk berinvestasi jangka panjang, karen bisa mengakibatkan
penurunan nilai EVA dalam periode yang bersangkutan. 3.
EVA mengabaikan kinerja non keuangan yang sebenarnya bisa meningkatkan kinerja keuangan.
22
2.1.6 Perhitungan EVA
Untuk dapat menjadi alat pengukur kinerja, EVA dihitung sebagai berikut Young, O’bryne 2001:32 :
Penjualan bersih
= laba operasi pendapatan sebelum bunga dan pajak,EBIT
- Biaya operasi .
= laba operasi bersih sesudah pajak NOPAT
- Pajak ...
= EVA
- Biaya modal modal yang diivestasikan x biaya modal .
Dapat disimpulkan dari perhitungan diatas yaitu sebagai berikut : 1.
Jika EVA 0 hal ini menunjukkan terjadi nilai tambah ekonomis bagi perusahaan.
2. Jika EVA 0 hal ini menunjukkan tidak terjadi nilai tambah ekonomis bagi
perusahaan. 3.
Jika EVA = 0 hal ini menunjukkan perusahaan dalam keadaan impas karen semua laba yang tersedia digunakan untuk membayar kewajiban kepada para
pemegang saham dan investor.
A. Net Operating Profit After Taxes NOPAT
Menurut Young, O’Bryne NOPAT 2001:39 “NOPAT merupakan laba operasi perusahaan, setelah pajak, dan mengukur laba yang diperoleh perusahaan dari operasi
berjalan. Laba bersih merupakan salah satu tujuan utama perusahaan didirikan, laba
23
bersih merupakan tolak ukuran keberhasilan manajemen mengelola perusahaan dan pencapaian target yang direncanakan. Namun, laba bersih tidak selalu mencerminkan
kinerja yang sebenarnya dari operasi sebuah perusahaan dan keefektifitasan manajemen menggunakan sumber daya. Ukuran yang lebih baik untuk
membandingkan kinerja diantara para manjer adalah laba operasi bersih setelah pajak NOPAT.
B. Biaya Modal
Menurut Houston 2006:484 “WACC atau biaya modal adalah biaya ekuitas dan biaya utang dikalikan presentase ekuitas dan utang dalam struktur modal
perusahaan. Biaya utang adalah tingkat sebelum pajak yang dibayar perusahaan kepada pemberi pinjamannya Young, O’Bryne. 2001:150.
Untuk menghitung WACC menurut Young, O’Bryne 2001:149 digunakan rumus sebagai berikut :
WACC = utangpembiayaan total biaya utang 1-T+ ekuitaspembiayaan total biaya ekuitas.
2.1.7 Price Earning Ratio
Price Earning Ratio PER merupakan rasio pasar yang berhubungan dengan laba per saham. Price Earning Ratio PER merupakan ukuran nilai penting yang
digunakan para pemodal di bursa. Rasio ini digunakan sebagai metode berjalan going concern methods dalam menilai saham Tineke 2007. Selama perusahaan
merupakan entitas bisnis yang untung, nilai Riil atau nilai berjalan di cerminkan
24
melalui keuntungan. PER yang tinggi menunjukkan prospek yang baik pada harga saham, namun semakin tinggi pula resikonya. PER yang rendah dapat berarti laba
perusahaan yang tinggi, dan potensi dividen yang tinggi pula. Sedangkan, menurut Stice, et al 2009:807 “ratio yang tinggi biasanya dikaitkan dengan perusahaan yang
diramalkan memiliki pertumbuhan pesat di masa yang akan datang”. Price Earning Ratio PER menurut Wild, Subramanyam 2010:45 dihitung
dengan rumus sebagai berikut : Price to Earning Ratio =
ℎ���� ����� ��� ������ ��ℎ�� ���� ��� ��ℎ��
Menurut Stice, et al 2009:810 rumus ini menggambarkan “jumlah yang akan dibayarkan investor untuk setiap dolar dari laba. Price to Earning Ratio
Mengindikasikan potensi pertumbuhan pada perusahaan”.
2.1.8 Price to Book Value
Salah satu rasio dari ukuran pasar market meansure adalah price to book, atau price to book value PBV. Rasio nilai buku terhadap nilai pasar, yang disebut
juga book to market, sering digunakan dalam anlisis investasi. Menurut Stice, et al 2009:807 ”rasio ini mencerminkan perbedaan antara nilai dalam neraca perusahaan
dengan nilai pasar sesungguhnya dari perusahaan”. Rasio buku terhadap nilai pasar sebuah perusahaan seringkali berada di bawah dari satu karena banyak aset
dilaporkan dengan harga perolehan, yang biasanya lebih rendah dari nilai pasar. Perusahaan dengan nilai rasio nilai buku terhadap nilai pasar book to
market yang tinggi akan memperoleh tingkat pengembalian saham yang tinggi pada
25
tahun berikutnya. Dengan alasan bahwa nilai buku akuntansi mencerminkan nilai mendasar yang fundamental dan rasio nilai buku terhadap nilai pasar yang tinggi
mengindikasikan bahwa pasar terlalu rendah menilai suatu perusahaan. Untuk menghitung PBV terlebih dahulu dihitung nilai buku perlembar saham
book value per share. Menurut Tinneke 2007 ”book Value Per Share digunakan untuk mengukur nilai share holder’s Equity atas setiap saham, dan besarnya dihitung
dengan cara membagi total shareholder’ s Equity dengan jumlah saham yang diterbitkan outstanding shares”. Rumus untuk menghitung book value per share
adalah sebagai berikut : Book value per share =
������� �����ℎ ���� ��ℎ�� ���� �����������
Setelah didapat book value per share nya, dapat dihitung PBV. Menurut Wild, Subramanyam dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Price to Book =
ℎ���� ����� ��� ������ ��ℎ�� ����� ���� ��� ������ ��ℎ��
2.1.9 Return Saham
Menurut Zubir 2011:2 “saham adalah sertifikat bukti kepemilikan sebuah perusahaan. pemilik saham berhak atas laba perusahaan yang disebut sebagai deviden
dan juga menanggung resiko bila perusahaan merugi”. Return kembalian merupakan tingkat keuntungan yang diperoleh pemodal atau investor atas investasi
yang dilakukan. Setiap investasi baik jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan pokok untuk mendapatkan keuntungan yang disebut sebagai return
26
baik langsung maunpun tidak langsung Robert Ang, 1997 dalam Faried . Dalam berinvestasi, investor yang rasional akan mempertimbangkan dua hal yaitu
pendapatan yang diharapkan expected return dan risiko risk yang terkandung dari alternatif investasi yang dilakukan. Komponen Return saham terdiri dari dua macam
yaitu capital gain dan deviden yield. Capital gain adalah selisih antara harga jual dan harga beli saham per lembar dibagi dengan harga beli, dan deviden yield adalah
deviden per lembar dibagi dengan harga beli saham per lembar Zubir, 2011:4. Untuk mengukur return saham ada dua cara menurut Zubir 2011:4 yang
paling sering digunakan yaitu : 1.
Rerata hitung arithmetic mean rerata hitung yaitu nilai yang dihitung dengan membagi jumlah suatu series
angka atau data ΣR
i
dengan banyak data yang tersedia n. Nilai rerata hitung merupakan ukuran terhadap central tendency suatu distribusi return
selama periode tertentu. 2.
Rerata ukur geometric mean Rerata ukur banyak digunakan dalam bidang keuangan, khususnya untuk
menghitung tingkat pertumbuhan realisasi perubahan kekayaan selama beberapa periode yang lalu. Rerata ukur didefinisikan sebagai akar pangkat
dari perkalian return relative selama n periode atau disebut juga compound rate of return.
Dalam penelitian ini return yang diukur adalah return portofolio. Menurut Zubir 2011:10 “return portofolio adalah selisih antara nilai pasar porfolio pada akhir
27
periode dan awal periode ditambah deviden dari saham-saham dalam portofolio yang diterima selama periode observasi, kemudian dibagi dengan nilai investasi awal”.
Rumus untuk rate of return portofolio adalah sebagai berikut :
Rp =
�
1
−� +�
1
�
Dimana : R
p
: rate of retun portofolio
V
o
: nilai pasar portofolio pada awal periode
V
1
: nilai pasar pada akhir periode
D
1
: deviden yang diterima atas saham-saham dalam portofolio
pada akhir periode
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Raden tinneke 2007 melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Economic Value Added EVA dan Faktor-Faktor Fundamental Perusahaan Lainnya
Terhadap Return Saham. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Price earning ratio PER, price to book value PBV, EVA, DER, ROE.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Return Saham. Penelitian ini dilakukan pada perusahaansektor industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta dari tahun 2002 sampai dengan 2005 dengan sampel sebayak 77 perusahaan. Hasil penelitian membuktikan bahwa PER berpengaruh negatif secarsignifikan
terhadap return saham, PBV berpengaruh positif secara sinifikan terhadap return
28
saham, EVA berpengaruh positif terhadap return saham tetapitidak signifikan, dan DER berpengaruh positif terhadap return saham tetapi tidak signifikan, sementara
ROE harus dikeluarkan dari analisis karena multikolinear dengan PBV. Asbi Rachman Faried 2010 melakukan penelitian mengenai Analisis
Pengaruh Faktor Fundamental dan Nilai Kapitalisasi Pasar Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur di BEI. Variabel independen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah faktor fundamental yang terdiri dari PBV price to book value, ROA return on asset, NPM Net Profit Margin, DER debt to equity ratio.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Return saham. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari
tahun 2002-2006 dengan sampel 49 peusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara secara simultan ariabel bebas berpengaruh terhadap return saham dengan nilai
signifikansi F sebesar 0,000. Secara parsial hanya variabel Return on Asset ROA, Price to Book Value PBV dan nilai kapitalisasi pasar yang berpengaruh signifikan
terhadap return saham perusahaan manufaktur di BEI tahun 2002-2006 karena signifikansi kurang dari 5 yaitu berturut-turut sebesar 1,2 , 2,6 , 0,8 .
Sedangkan Net Profit Margin NPM dan Debt to Equity Ratio DER tidak
mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham.
29
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Peneliti
Tahun Penelitian Variabel
Penelitian Hasil
Penelitian
1. Raden Tinneke
2007 Variabel independen:
Price earning ratio PER, price to book
value PBV, EVA, DER, ROE
Variabel Dependen: Return Saham
Hasil penelitian membuktikan PER
berpengaruh negatif secara signifikan
terhadap return saham, PBV berpengaruh
positif secara signifikan, EVA dan DER
berpengaruh secara positif tetapi tidak
signifikan, ROE harus dikeluarkan dari analisis
karen multikolinier dengan PBV.
2. Asbi Rachman
Faried 2008 Variabel independen:
Faktor fundamental PBV, ROA, NPM,
DER Variabel Dependen:
Return saham Secara simultan variabel
bebas PBV, ROA, NPM, DER
berpengaruh terhadap return saham
Pengujian secara parsial Hanya variabel ROA
dan PBV yang berpengaruh secara
signifikan terhadap return saham,
sedangkan NPM dan DER tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap return saham.
3. Yogi Marshal
2009 Variabel independen:
Economic value added, market value added, dan
arus kas operasi Variabel dependen:
Return saham Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Economic value added,
market value added, dan arus kas operasi tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap
return saham.
30
4. Subekti Puji Astuti
2006 Variabel independen:
Current ratio, PBV, TATO dan kinerja
keuangan alternatif EVA dan MVA
variabel dependen: Return saham
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
variabel current ratio, PBV dan TATO secara
Parsial signifikan berpengaruh terhadap
return saham. kinerja keuangan alternative
yang tercermin melalui EVA
dan MVA menunjukkan pengaruh yang lemah.
Hal tersebut disebabkan
karena EVA dan MVA pada saat ini merupakan
rasio keuangan yang kurang
begitu dikenal oleh investor, sehingga
pengetahuan investor mengenai EVA dan
MVA masih relatif kecil
Sumber data diolah penulis 2012
2.3 Kerangka Konseptual