Dasar Hukum Penerapan GCG terhadap Badan Usaha Milik Negara

Akuntabilitas accountability, yakni adanya kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban dari organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan dapat terlaksana secara efektif. Konsepsi corporate governance harus menjamin adanya pedoman strategis perusahaan, pemantauan yang efektif terhadap manajemen perusahaan yang dilakukan oleh Dewan Komisaris, dan akuntabilitasnya terhadap perusahaan dan pemegang saham. Pertanggungjawaban responsibility, yakni kesesuaian dalam pengelolaan perusahaan terhadap ketentuan yang berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat. Kewajaran fairness, yakni keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang- undangan yang berlaku. 79 Konsepsi corporate governance juga harus menjamin adanya perlakuan yang sama terhadap seluruh pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas dan asing. Seluruh pemegang saham harus memiliki, kesempatan untuk mendapatkan penggantian atau perbaikan atas pelanggaran dari hak-hak mereka. Hal ini juga mensyaratkan adanya perlakuan yang sama atas saham-saham yang berada dalam satu kelas, melarang praktek-praktek insider trading dan self dealing, dan mengharuskan anggota Dewan Komisaris untuk melakukan keterbukaan jika menemukan transaksi-transaksi yang mengandung benturan kepentingan conflict of interest. 80

B. Dasar Hukum Penerapan GCG terhadap Badan Usaha Milik Negara

BUMN secara konstitusional diakui memainkan peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional, disamping swasta dan koperasi. Dalam 79 Ibid., 80 Ibid., Universitas Sumatera Utara sistim perekonomian nasional, BUMN ikut berperan dalam menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Peran BUMN dirasakan semakin penting sebagai pelopor atau perintis dalam sector-sektor usaha yang belum diminati sector usaha swasta. Di samping itu, BUMN juga mempunyai peran strategis sebagai pelaksana pelayanan publik, penyeimbang kekuatan swasta besar dan turut membantu pengembangan usaha kecil dan koperasi. BUMN juga merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang signifikan dalam bentuk berbagai jenis pajak, dividen dan hasil privatisasi. Sedikitnya terdapat dua faktor yang menyebabkan permasalahan Corporate Governance di Indonesia lehih serius dibandingkan Negara lain. Pertama mekanisme pengawasan perusahaan oleh pasar masih tergolong lemah baik untuk BUMN maupun perusahaan yang mempunyai koneksi yang kuat, pengembangan strategi dan posisi kompetitif tidak didasarkan pada efisiensi dan kinerja finansial, tetapi didasarkan jaringan hubungan personal dengan struktur kekuasaan. Kedua, korupsi di Indonesia tergolong sangat akut. Korupsi di lembaga pemerintah, legislatif, dan di lembaga peradilan membuat penegak hukum nyaris tidak mampu berbuat banyak. 81 Namun demikian, peran strategis BUMN tersebut belum disertai dengan kinerja pengelolaan yang baik. Dalam kenyataannya, walaupun BUMN telah mencapai tujuan awal sebagai agen pembangunan dan pendorong terciptanya korporasi, namun tujuan tersebut dicapai dengan biaya yang sangat tinggi. Kinerja 81 Ridwan Khairandy Camelia Malik, Good Corporate Governance, Perkembangan Pemikiran dan Implementasinya di Indonesia dalam Perspektif Hukum, 2007 Penerbit Kreasi Total Media, Hal 164 Universitas Sumatera Utara BUMN dinilai belum memadai, seperti tampak pada rendahnya laba yang diperoleh dibandingkan dengan modal yang ditanamkan. 82 Krisis ekonomi yang berkepanjangan menambah beban yang berat bagi BUMN ditambah lagi adanya tekanan eksternal berupa globalisasi dan internasionalisasi kegiatan ekonomi, seperti disebutkan oleh Dorojatun Kuncoro Djakti : Krisis ekonomi yang berkepanjangan, tuntutan persaingan global, dan kebutuhan akan modal mengharuskan pemerintah Republik Indonesia memobilisasi capital dengan meluncurkan berbagai inisiatif stratejik antara lain restrukturisasi sector perbankan, program privatisasi dan reformasi GCG. Terkait dengan reformasi GCG, pemerintah pada intinya mengharapkan agar dengan mengimplementasikan GCG yang lebih baik, persepsi investor terhadap perusahaan-perusahaan Indonesia akan menguat. 83 Untuk dapat mengoptimalkan peran BUMN dan kemampuannya untuk mempertahankan keberadaannya dalam perkembangan ekonomi dunia yang semakin terbuka dan kompetitif, BUMN wajib menumbuhkan budaya korporasi dan profesionalisme, antara lain melalui pembenahan pengurusan dan pengawasannya. Pengurusan dan pengawasan BUMN harus dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip good corporate governance. Oleh karena itu, pada tanggal 31 Juli 2002 Menteri Negara BUMN mengundangkan Keputusan Menteri BUMN No.Kep-117M-MBU2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara. Pasal 2 Kepmen BUMN tersebut menegaskan kewajiban BUMN menerapkan good corporate governance secara konsisten dan atau menjadikan 82 Perhatikan lebih lanjut Penjelasan Umum UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN. 83 Dorojatun Kuncoro Djakti, Good Corporate Governance di Indonesia : Komisaris Independen Penggerak Praktik GCG di Perusahaan, Jakarta : PT. Indeks, 2004, hal. 25 Universitas Sumatera Utara good corporate governance sebagai landasan operasionalnya. Prinsip-prinsip GCG yang wajib diterapkan BUMN berdasarkan Kepmen BUMN tersebut terdiri dari prinsip : a. transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan; b. kemandirian, yaitu suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruhtekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat; c. akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban Organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif; d. pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat; e. kewajaran fairness, yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak- hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang- undangan yang berlaku. 84 Ada 6 enam tujuan yang ingin dicapai dengan kewajiban penerapan praktek GCG pada BUMN, yakni untuk : 84 Keputusan Menteri BUMN Nomor : KEP-117M-MBU2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara, Pasal 3 Universitas Sumatera Utara a. memaksimalkan nilai BUMN dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan adil agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional; b. mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, transparan dan efisien, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian Organ; c. mendorong agar Organ dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang- undangan yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggungjawab sosial BUMN terhadap stakeholders maupun kelestarian lingkungan di sekitar BUMN; d. meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional; e. meningkatkan iklim investasi nasional; f. mensukseskan program privatisasi. 85 Setahun setelah diberlakukannya Keputusan Menteri BUMN No. KEP- 117M-MBU2002 tersebut pemerintah mengundangkan UU No.19 Tahun 2003 tentang BUMN. UU ini kembali memberikan penegasan yang cukup kuat tentang kewajiban BUMN untuk menerapkan GCG. Pasal 5 ayat 3 UU BUMN tersebut menyebutkan : Dalam melaksanakan tugasnya, anggota Direksi harus mematuhi anggaran dasar BUMN dan peraturan perundang-undangan serta wajib melaksanakan prinsip-prinsip profesionalisme, efisiensi, transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggung jawaban, serta kewajaran. 85 Ibid., Pasal 4 Universitas Sumatera Utara Pengelolaan BUMN dengan berpegang pada prinsip-prinsip GCG bukanlah sebuah pilihan bagi BUMN tetapi merupakan sebuah kewajiban dan keharusan. Sofyan A. Djalil menegaskan bahwa melalui penerapan prinsip-prinsip korporasi diniliai lebih efektif dibandingkan dengan pengelolaan BUMN dengan menggunakan system birokrasi yang dilakukan oleh Kementerian BUMN. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menjadikan BUMN yang sehat, berdaya saing tinggi dan memiliki nilai tambah bagi Negara, khususnya bagi perekonomian dan kesejahteraan rakyat. 86

C. Penerapan Prinsip GCG, Khususnya Prinsip Keterbukaan dalam

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Dalam Pemberdayaan UMKM Kabupaten Asahan (Studi pada program kemitraan PT. Perkebunan Nusantara IIIDistrik Asahan)

10 119 140

Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Kehati-hatian Direksi Dalam Perjanjian Kerja Sama Untuk Proses Pengadaan Barang Dan Jasa (Studi Penelitian PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan)

5 60 172

Kajian Strategi Bisnis dalam Pelaksanaan Pengembangan Areal (Studi Kasus di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero))

3 64 114

Penerapan Prinsip-Pprinsip Good Corporate Governance, Khususnya Prinsip Keterbukaan Dalam Proses Pengadaan Barang Dan/Atau Jasa Di Lingkungan Bumn Perkebunan (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero))

2 74 145

Penerapan Prinsip Good Corporate Governance (GCG) Pada BUMN Di PTP Nusantara IV (Persero) Medan

0 36 117

Pengaruh Peranan Audit Internal Terhadap Penerapan Good Corporate Governance Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

0 35 129

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1. Corporate Social Responsibility (CSR) dalam perspektif Good - Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Dalam Pemberdayaan UMKM Kabupaten Asahan (Studi pada program kemitraan PT. Perkebunan

1 5 27

Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Dalam Pemberdayaan UMKM Kabupaten Asahan (Studi pada program kemitraan PT. Perkebunan Nusantara IIIDistrik Asahan)

0 3 9

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang - Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Kehati-hatian Direksi Dalam Perjanjian Kerja Sama Untuk Proses Pengadaan Barang Dan Jasa (Studi Penelitian PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan)

0 1 31

Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Kehati-hatian Direksi Dalam Perjanjian Kerja Sama Untuk Proses Pengadaan Barang Dan Jasa (Studi Penelitian PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan)

0 0 16